Tingkat Polusi Udara Tiongkok Meningkat Pasca Lockdown

Leonard Leonard - Selasa, 26 Mei 2020
Tingkat Polusi Udara Tiongkok Meningkat Pasca Lockdown

Pasca lockdown, polusi udara di Tiongkok seperti sebelum pandemi. (Foto: Unsplash/Victor Kiryanov)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

TINGKAT polusi udara Tiongkok meningkat ketika negara itu mulai membuka lockdownnya. Selama penguncian pemerintah menghentikan lalu lintas transportasi dan berbagai industri. Melansir laman Now This, negara itu mengalami penurunan signifikan emisi CO2. Namun para ilmuwan memperingatkan penurunan itu bersifat sementara.

Menurut sebuah studi baru oleh organisasi penelitian independen Pusat Penelitian Energi (CREA), polusi udara di negara itu kembali seperti sebelum pandemi COVID-19 dimulai. Studi ini menganalisa tingkat polusi saat ini antara bulan April dan Mei, membandingkan dengan tingkat polusi selama penguncian. Mereka juga membandingkan tingkat polusi dengan periode yang sama tahun lalu.

Baca juga:

Bali Siap Menyambut Pelancong di bulan Oktober

1
Emisi CO2 sempat turun drastis saat masa lockdown (Foto: Unsplash/Joran Quinten)

"Tingkat polusi udara turun drastis selama penguncian skala nasional pada bulan Februari. Mencapai titik terendah pada awal Maret dan sekarang melampaui level sebelum krisis," kata CREA dalam penelitian tersebut.

Studi mengatakan sudah diasumsikan bahwa melanjutkan produksi dan transportasi menyebabkan lebih banyak polusi udara kembali. Tetapi tingkat emisi yang meningkat mungkin menandakan bahwa sebagian besar industri sarat polusi tinggi di negara itu memimpin pemulihan ekonominya, dan menghasilkan pemulihan "kotor".

Studi itu mengingatkan kalau tingkat pencemaran udara yang meningkat adalah demonstrasi pentingnya memprioritaskan ekonomi hijau dan energi bersih dalam pemulihan dari krisis COVID-19.

Baca juga:

Strategi Pariwisata Hawaii Pasca COVID-19

2
Produksi dan transportasi mengakibatkan timbulnya polusi udara (Foto: Unsplash/Adrian Schwarz)

Setelah penguncian yang ketat, Tiongkok telah mulai kembali pada kehidupan normal termasuk Beijing dan Shanghai serta Wuhan. Namun negara ini tidak membuka beberapa daerah termasuk kota timur laut Shulan karena masih adanya kasus COVID-19.

Meskipun langkah-langkah jarak sosial telah menyebabkan peningkatan kualitas udara di beberapa negara. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa penurunan emisi bersifat sementara. Pemangku kebijakan dan konsumen harus melakukan upaya bersama untuk benar-benar membuat perbedaan abadi.

"Dalam hal dampak langsung dan fisik, ya kita melihat penurunan emisi. Tapi tentu saja, yang penting adalah emisi kumulatif," kata pakar University of Wisconsin-Madison, Andrea Dutton, kepada National Geographic pada bulan April. (lgi)

Baca juga:

Eropa Berencana Membuka Perbatasan Menjelang Liburan Musim Panas

#Perubahan Iklim #Polusi Tiongkok #Polusi Udara #COVID-19 #Virus Corona
Bagikan
Ditulis Oleh

Leonard

Berita Terkait

Indonesia
Banjir Bandang di Sumatra, Presiden Perintahkan Pemda Siap Hadapi Perubahan Iklim
Presiden menyampaikan prioritas pemerintah saat ini adalah mengirimkan bantuan yang diperlukan, termasuk bahan bakar minyak dan listrik.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 01 Desember 2025
Banjir Bandang di Sumatra, Presiden Perintahkan Pemda Siap Hadapi Perubahan Iklim
Indonesia
Banjir dan Longsor di Sumatra, Wakil Ketua MPR RI: Alarm Krisis Lingkungan Indonesia
Eddy Soeparno menilai bencana di Sumatra sebagai bukti krisis iklim. BNPB mencatat 303 korban tewas. Ia minta pemerintah tegas terhadap perusakan lingkungan.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 30 November 2025
Banjir dan Longsor di Sumatra, Wakil Ketua MPR RI: Alarm Krisis Lingkungan Indonesia
ShowBiz
Penggemar K-Pop Curi Perhatian di COP30 Brasil, Tunjukkan Aksi Peduli Iklim
Aksi penggemar K-pop di Indonesia yang berdonasi Rp 1,4 miliar untuk korban bencana alam di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat 2021 jadi contoh nyata. ?
Dwi Astarini - Kamis, 20 November 2025
Penggemar K-Pop Curi Perhatian di COP30 Brasil, Tunjukkan Aksi Peduli Iklim
Indonesia
Indonesia Raih Rp 7 Triliun Dari Perdagangan Karbon di COP30 Brasil
Pemerintah Indonesia menargetkan transaksi hingga 90 juta ton CO2 dengan nilai transaksi sebesar Rp 16 triliun.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 18 November 2025
Indonesia Raih Rp 7 Triliun Dari Perdagangan Karbon di COP30 Brasil
Dunia
Setiap Hari Ada 67 Ribu Orang Meninggalkan Rumah Akibat Bencana Dari Perubahan Iklim
Disebutkan bahwa lokasi kamp pengungsian berada di wilayah yang sudah mengalami kondisi cuaca ekstrem atau akan mengalaminya dalam waktu dekat.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 11 November 2025
Setiap Hari Ada 67 Ribu  Orang Meninggalkan Rumah Akibat Bencana Dari Perubahan Iklim
Indonesia
Ajaib! Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Sabet Kategori Baik WHO, Warga Boleh Buka Jendela Tanpa Takut Batuk
Dengan kondisi udara yang baik ini, warga bahkan disarankan untuk membuka jendela agar dapat menikmati udara bersih yang masuk dari luar
Angga Yudha Pratama - Selasa, 11 November 2025
Ajaib! Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Sabet Kategori Baik WHO, Warga Boleh Buka Jendela Tanpa Takut Batuk
Indonesia
Pavilion Indonesia Dibangun di COP30, Targetkan Bawa Rp 16 Triliun Dari Perdagangan Karbon
Pemerintah Indonesia menargetkan transaksi senilai Rp 16 triliun dari perdagangan karbon dengan mutu tinggi di semua sektor selama berlangsungnya COP30 di Belém, Brasil.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 11 November 2025
Pavilion Indonesia Dibangun di COP30, Targetkan Bawa Rp 16 Triliun Dari Perdagangan Karbon
Indonesia
Di Belém Leader Summit, Indonesia Janji Bauran Energi Capai 23 Persen di Tahun 2030
Presiden Prabowo Subianto di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk mematuhi Perjanjian Paris guna mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 07 November 2025
Di Belém Leader Summit, Indonesia Janji Bauran Energi Capai 23 Persen di Tahun 2030
Indonesia
Udara Jakarta Lebih Berbahaya 10 Kali Lipat dari Batas WHO pada Jumat (31/10), Ini Tips Bertahan Hidup dari Dinkes
Masyarakat kini dapat memantau kondisi lingkungan secara real-time melalui portal udara.jakarta.go.id dan aplikasi JAKI
Angga Yudha Pratama - Jumat, 31 Oktober 2025
Udara Jakarta Lebih Berbahaya 10 Kali Lipat dari Batas WHO pada Jumat (31/10), Ini Tips Bertahan Hidup dari Dinkes
Indonesia
Cemari Udara dan Air Hujan, Pemprov DKI Cari Landasan Berikan Sanksi Sosial Bagi Warga Pembakar Sampah
Berbeda dengan sanksi hukum yang bersifat mengikat, sanksi sosial lebih menekankan pembinaan moral dan tanggung jawab kolektif.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 30 Oktober 2025
Cemari Udara dan Air Hujan, Pemprov DKI Cari Landasan Berikan Sanksi Sosial Bagi Warga Pembakar Sampah
Bagikan