Harus Tahu, 3 Fakta Nikotin


Dampak nikotin bagi tubuh. (Foto: Unsplash/Irina Riser)
NIKOTIN merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat pada rokok dan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.
Selama ini, kandungan nikotin dianggap dan dilabeli sebagai senyawa berbahaya bagi tubuh yang dapat memicu berbagai penyakit terutama akibat merokok. Namun, benarkah demikian? Ahli toksikologi Universitas Airlangga Shoim Hidayat, seperti dilansir ANTARA, mengungkap tiga fakta terkait dengan nikotin.
Baca juga:
Rokok Elektrik Tidak Efektif Obati Kecanduan Nikotin
1. Dampak nikotin pada tubuh

Nikotin memang merupakan senyawa kimia yang secara alami terdapat dalam berbagai tumbuhan seperti kentang, tomat, dan terung. Namun, tembakau merupakan tanaman yang sangat dikenal sebagai sumber yang paling kaya akan nikotin.
Sama seperti kafein, nikotin memiliki sifat sebagai stimulan ringan dan adiktif sehingga dapat menimbulkan efek ketergantungan. Kendati sering dituduh sebagai senyawa berbahaya, bila dikonsumsi dalam dosis rendah, nikotin bisa menimbulkan rasa nyaman, rileks, bahkan membantu penggunanya jadi lebih fokus.
2. Nikotin tidak bersifat karsinogenik

Secara alami, nikotin merupakan senyawa yang terkandung dalam tembakau yang merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan rokok. Sejatinya nikotin tidak menyebabkan ketergantungan dan tidak tergolong ke penyebab penyakit akibat merokok.
Senyawa kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya atau HPHC (harmful and potentially harmful chemicals) yang berisiko mengganggu kesehatan baru terbentuk saat rokok dibakar. Artinya, pembakaran pada rokok menyebabkan asap yan mengandung senyawa kimia berbahaya tersebut.
Baca juga:
Rokok Putih dan Kretek, Mana Lebih Aman?
Senyawa HPHC tersebut bersifat toksik dan berpotensi menimbulkan penyakit berbahaya pada perokok termasuk menyebabkan pertumbuhan sel kanker yang memicu penyakit jantung. Senyawa HPHC tersebut antara lain asetaldehid, akrolein, benzene, karbon monoksida, formaldehid, dan nitrosamine specific tobacco.
3. Nikotin vs TAR

Pada saat merokok, perokok melakukan proses pembakaran dengan suhu tinggi agar nikotin yang terkandung di dalam rokok dapat dinikmati. Proses pembakaran pada suhu tinggi tersebut menghasilkan asap yang di dalamnya terdapat TAR, kemudian asap dan TAR tersebut ikut terhirup ke paru-paru.
TAR merupakan total partikulat dalam asap rokok yang minus air dan nikotin. Di dalam TAR terdapat senyawa HPHC khususnya senyawa karsinogen yang dapat memengaruhi jantung.
"Jadi yang perlu dipahami bahwa senyawa kimia yang berbahaya dan berpotensi membawa penyakit berbahaya itu TAR, bukan nikotin. Informasi ini harus sampai ke telinga masyarakat secara luas terutama perokok dewasa," pungkas Shoim. (waf)
Baca juga:
Berhenti Merokok Buat Orang Mengonsumsi Lebih Banyak Junk Food
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
