Rokok Elektrik Tidak Efektif Obati Kecanduan Nikotin


Kerusakan paru-paru yang ditemukan memiliki hubungan dengan bahan kimia dalam cairan vape. (Foto: Pixabay/haiberliu)
ORANG yang menggunakan rokok elektrik untuk berhenti merokok tembakau menemukan bahwa mereka kurang terbantu dibandingkan bila menggunakan alat bantu berhenti merokok yang lebih tradisional, sebuah studi baru menemukan.
Studi tersebut, yang diterbitkan Senin (7/2) di jurnal BMJ, menganalisis data terbaru 2017 hingga 2019 dari Population Assessment of Tobacco and Health Study, yang mengikuti penggunaan tembakau di kalangan orang Amerika dari waktu ke waktu.
"Ini adalah pertama kalinya kami menemukan rokok elektrik kurang populer dibandingkan alat bantu farmasi yang disetujui FDA, seperti obat-obatan atau penggunaan patch, permen karet, atau permen pelega tenggorokan," kata John P. Pierce, direktur ilmu kependudukan di the Moores Cancer Center di University of California, San Diego, AS.
Baca juga:
"Rokok elektrik juga dikaitkan dengan kurang berhasilnya berhenti selama jangka waktu tersebut," kata Pierce, seorang profesor emeritus kedokteran keluarga dan kesehatan masyarakat. Faktanya, hampir 60 persen mantan perokok baru-baru ini yang merupakan pengguna rokok elektrik harian telah kembali merokok pada 2019, studi baru menemukan.
"Tidak ada bukti bahwa penggunaan rokok elektrik dapat membantu penghentian yang efektif," kata Pierce.
Uji coba acak selama tiga bulan di Inggris, yang diterbitkan pada 2019, menemukan bahwa rokok elektrik, bersama dengan intervensi perilaku, memang membantu perokok berhenti dari rokok tembakau. Dalam panduan yang diterbitkan pada akhir 2021, National Institute for Health and Care Excellence Inggris memutuskan untuk merekomendasikan perokok menggunakan rokok elektrik untuk membantu mereka berhenti.

Namun, studi observasional di Amerika Serikat yang mempelajari merokok di lingkungan dunia nyata belum menemukan kebenarannya, kata Pierce. Sebuah studi tahun 2021 oleh timnya menemukan orang yang berhenti merokok antara tahun 2013 dan 2016 dengan beralih ke rokok elektrik atau produk tembakau lainnya, 8,5 persen lebih mungkin untuk melanjutkan merokok jika dibandingkan dengan orang yang berhenti dari semua produk tembakau.
Digunakan oleh remaja
Pendukung rokok elektrik sebagai alat berhenti merokok mengatakan versi nikotin yang lebih tinggi dapat membantu perokok untuk berhenti dari rokok tembakau karena mereka akan dapat mengambil lebih sedikit isapan dengan vape daripada menghabiskan seluruh rokok, kata Pierce.
“Pada 2017, penjualan rokok meningkat 40 persen,” dengan mayoritas pangsa pasar dipegang oleh rokok elektrik merek baru dengan kadar nikotin yang sangat tinggi, ujarnya.
"Kami ingin melihat versi tinggi nikotin yang baru ini dan melihat apakah ada bukti bahwa mereka membantu orang berhenti merokok karena yang sebelumnya tidak," dia menambahkan.
Baca juga:
Alih-alih peningkatan konsumsi perokok, penelitian ini menemukan penggunaan rokok elektrik sebagai bantuan berhenti merokok turun 25 persen selama periode dua tahun, kata Pierce.
"Kami tidak dapat mempelajari efektivitas rokok elektrik tinggi nikotin ini karena tidak ada perokok yang menggunakannya selama lebih dari periode dua tahun," kata Pierce. Ada sedikit peningkatan pada 2019, tambahnya, yang perlu dianalisis ketika data PATH berikutnya dirilis.
Lebih banyak remaja menggunakan vape selama periode itu, menurut data yang dikumpulkan oleh Food and Drug Administration AS. Pada September 2018, Komisaris FDA saat itu Dr. Scott Gottlieb menyebut penggunaan rokok elektrik oleh remaja sebagai "sebuah epidemi."
Pekerjaan sebelumnya oleh Pierce dan timnya telah menemukan bahwa rokok elektrik dapat berfungsi sebagai gerbang bagi banyak remaja untuk masuk dalam kecanduan. Remaja berusia 12 hingga 24 tahun yang menggunakan rokok elektrik tiga kali lebih mungkin menjadi perokok harian di masa depan, sebuah studi tahun 2021 menemukan.

Selain hubungan dengan merokok di kemudian hari, vaping oleh remaja juga dikaitkan dengan masalah psikologis, sakit kepala, sakit perut, dan kecanduan nikotin yang signifikan. Pada 2019, remaja mulai meninggal karena kerusakan paru-paru yang kemudian dihubungkan dengan bahan kimia dalam cairan vape, termasuk vitamin E asetat, menurut American Lung Association.
FDA mengatakan kepada CNN bahwa badan tersebut tidak mengomentari studi tertentu, tetapi mengevaluasinya sebagai bagian dari bukti untuk memajukan pemahaman kita tentang masalah tertentu dan membantu dalam misi kami untuk melindungi kesehatan masyarakat.
"FDA sedang meninjau temuan makalah ini," kata petugas pers FDA Alison Hunt melalui email kepada CNN. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
