Kesehatan

Tiga Autoimun yang Terjadi di Masa Pandemi

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Rabu, 03 November 2021
Tiga Autoimun yang Terjadi di Masa Pandemi

Autoimun kulit paling sering terjadi di masa pandemi (Foto: Pexels/Armin Rimoldi)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BATUK dan sesak napas menjadi penyakit yang diwaspadai selama masa pandemi COVID-19. Padahal, selain kedua penyakit tersebut, ada jenis penyakit lain dan tidak kalah berbahaya yang banyak terjadi di masa pandemi. Penyakit tersebut adalah Autoimun Kulit.

Autoimun Kulit dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, karena penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat kronis jangka panjang dan dan bersifat kambuhan. Penyakit autoimun sendiri merupakan suatu penyakit akibat gangguan sistem imun. Pada pasien autoimun, sistem imun salah mengenali sel tubuhnya sendiri.

Baca Juga:

Kenali Kanker Kulit Ganas Melanoma

kulit
Autoimun Kulit dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. (Foto: Dr Batra's)

Normalnya, sistem imun membantu menyingkirkan infeksi virus dan bakteri. Namun pada penyakit autoimun, sel tubuh dianggap sebagai suatu benda asing yang akhirnya menyerang tubuhnya sendiri. Sayangnya, masih tidak diketahui alasannya. Penyakit autoimun bisa terjadi pada seluruh anggota tubuh. Everyday Health menyebutkan salah satu organ yang dapat mengalami gangguan autoimun adalah kulit yang kemudian disebut Autoimun Kulit.

dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis kulit dan kelamin (Dermato-venereologi) Klinik Pramudia menyebutkan secara umum, gejala autoimun kulit yang biasa ditemukan adalah berupa bercak kemerahan atau bercak berwarna putih yang dapat terjadi pada permukaan kulit, rambut maupun kuku. "Kadang disertai dengan lepuhan dan keterlibatan mukosa seperti mukosa mulut, mata maupun kelamin. Perjalanan penyakit autoimun kulit ini
cenderung kronis jangka panjang dan bersifat kambuhan,” ujar Amelia.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa faktor pemicu bisa berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). “Penyakit autoimun kulit pada dasarnya bukan penyakit yang menular. Secara internal, Autoimun Kulit bisa terjadi karena faktor genetik, misalnya ada anggota keluarga yang juga mengidap penyakit yang sama. Secara eksternal, Autoimun Kulit ini bisa terjadi akibat faktor lingkungan seperti infeksi, obat-obatan, merokok, obesitas,
pajanan sinar UV yang berlebihan, dan lain-lain,” urainya.

Amelia menyebutkan ada tiga penyakit autoimun kulit yang kerap muncul selama masa pandemic. Berikut autoimun yang mungkin timbul di masa pandemi.

Baca Juga:

Sering Dijumpai, 5 Jenis Penyakit Kulit Ini Ternyata Menular

1. Psoriasis

psoriasis
Psoriasis, peradangan kulit yang kronik dan sering kambuh. (Foto: Ciputra Hospital)


Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dan sering kambuh. Psoriasis dapat timbul pada semua usia, terutama pada golongan usia 15-30 tahun dan 50-60 tahun. “Prevalensi terjadi sekitar 0,1-3% dengan Ras Kaukasia paling banyak dilaporkan," jelas Amelia. Di Indonesia, dilaporkan sekitar 2,5% dari populasi, dan dapat
terjadi pada laki-laki maupun perempuan.

2. Vitiligo

autoimun kulit vitiligo
Vitiligo, kelainan kulit berupa bercak putih seperti kapur, kadang disertai gatal. (Foto: Pexels/Armin Rimoldi)


Vitiligo merupakan suatu kelainan kulit berupa bercak putih seperti kapur, kadang disertai gatal. Vitiligo dapat terjadi pada semua usia. Namun sekitar 50% kasus terjadi sebelum usia 20 tahun dan prevalensi meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Baca Juga:

Merawat Kulit Berjerawat dan Berminyak


3. Urtikaria

urtikaria
Urtikaria, ondisi di mana terdapat lesi pada kulit yang meninggi dan gatal. (Foto: klikdokter)

Urtikaria merupakan kondisi di mana terdapat lesi pada kulit yang meninggi dan gatal. Umumnya, lesi tersebut berwarna merah, dan terasa gatal hingga perih. “Prevalensi urtikaria autoimun dilaporkan sekitar 0,05-3% dan ditemukan 2 kali lebih banyak pada perempuan dengan rentang usia 40-49 tahun,” tambah dr. Amelia.

Secara umum, penyakit autoimun kulit bersifat kronis jangka panjang dan kambuhan. Tingkat kekambuhan bisa diminimalisir dan bisa dicegah dengan control rutin dan pola hidup sehat. “Pasien tentu harus menerapkan gaya hidup sehat, misalnya makan makanan bergizi yang kaya akan vitamin D dan menghindari rokok," sarannya.

Amelia menambahkan menjaga kesehatan mental juga tak kalah penting bagi pasien, seperti tetap aktif dan berpikir positif, serta mampu memanajemen stress. "Dan yang terpenting, segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis kulit jika mengalami gejala atau jika mengalami kekambuhan,” katanya.

Terkait pengobatan, baik Psoriasis, Vitiligo, maupun Urtikaria tentu memiliki cara pengobatan spesifiknya masing-masing. Namun secara umum, tatalaksana penyakit Autoimun Kulit yaitu berupa obat oles (topikal), obat minum (oral), obat suntik, maupun fototerapi atau fotokemoterapi. “Pertimbangan pemberian terapi ini tentu disesuaikan
dengan jenis penyakit, luas dan derajat keparahan penyakit, serta kondisi penyertanya atau komorbiditas," urainya. Selain obat-obatan, penatalaksanaan non-medikamentosa juga penting, yaknidengan menghindari garukan dan trauma, hingga manajemen stress yang baik juga berperan penting dalam membantu mengendalikan penyakit autoimun kulit ini,” imbuhnya. (avia)

Baca Juga:

Air Rebusan Kulit Nanas Punya Banyak Manfaat

#Kesehatan #Penyakit Autoimun #Vitiligo
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Pemerintah akan memutihkan tunggakan 23 juta peserta BPJS Kesehatan mulai akhir 2025.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Indonesia
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Program penghapusan tunggakan iuran BPJS Kesehatan ini akan dimulai pada akhir 2025
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Lifestyle
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Selain mengonsumsi nutrisi seimbang, dokter juga mengingatkan pentingnya memastikan tubuh selalu terhidrasi secara cukup selama cuaca ekstrem
Angga Yudha Pratama - Selasa, 04 November 2025
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Indonesia
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Komunitas-komunitas yang diajak kerja sama juga nantinya dapat melakukan layanan CKG di tempat-tempat strategis, contohnya mall.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 03 November 2025
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Indonesia
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Diharapkan mempermudah para pengguna moda transportasi publik, komuter, pekerja, dan warga sekitar dalam mengakses layanan kesehatan yang cepat, nyaman, dan profesional.
Dwi Astarini - Rabu, 22 Oktober 2025
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
ShowBiz
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Konsumsi suplemen zat besi sejak dini penting bagi perempuan.
Dwi Astarini - Selasa, 14 Oktober 2025
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Bagikan