Terkonfirmasi, Lapar Bikin Marah


Kadar gula darah rendah membuat orang lebih impulsif, marah, dan agresif. (freepik/jcomp)
GAGASAN bahwa orang menjadi hangry (gabungan hungry dan angry), yakni kondisi mudah tersinggung dan cepat marah ketika mereka lapar, telah sering diungkapkan dan menjadi bagian dari narasi modern. Sampai-sampai, kata itu bahkan telah ditambahkan ke dalam kamus.
Meskipun penelitian di masa lalu telah menunjukkan bahwa kadar gula darah rendah membuat orang lebih impulsif, marah, dan agresif, ada tambahan bukti kuat bahwa penelitian itu terjadi dalam lingkup kehidupan nyata.
Penelitian terbaru telah mengonfirmasi bahwa fenomena tersebut benar-benar ada dalam kehidupan sehari-hari. Studi yang diterbitkan dalam jurnal PLoS ONE menjadi yang pertama menyelidiki bagaimana rasa lapar memengaruhi emosi orang sehari-hari.
BACA JUGA:
"Banyak dari kita yang sadar bahwa lapar dapat mempengaruhi emosi, tetapi yang mengejutkan hanya sedikit penelitian ilmiah yang berfokus pada hangry," ujar penulis utama profesor psikologi sosial Viren Swami di Anglia Ruskin University, Cambridge, Inggris.

Dia dan rekan peneliti dari Karl Landsteiner University of Health Sciences di Austria merekrut 64 orang dari Eropa Tengah yang menyelesaikan program 21 hari di mana mereka diminta untuk melaporkan perasaan mereka pada aplikasi ponsel pintar lima kali sehari. Mereka melaporkan tingkat kelaparan, kemarahan, mudah tersinggung, kesenangan, dan gairah mereka.
Kemarahan dinilai pada skala lima poin tetapi tim menjelaskan bahwa efek kelaparan tidak mungkin hanya kemarahan, jadi mereka juga bertanya tentang mudah tersinggung. Dan, untuk mendapatkan pandangan emosi yang lebih holistik, juga tentang kesenangan dan gairah.
Peneliti juga menanyakan tentang perilaku makan selama tiga minggu sebelumnya, termasuk frekuensi makan utama, perilaku ngemil, makan sehat, merasa lapar, dan tentang perilaku diet.
BACA JUGA:
Lapar saat Tengah Malam? 5 Makanan Ini Aman untuk Cemal-cemil
Penulis mengatakan, penggunaan aplikasi memungkinkan pengumpulan data dilakukan di lingkungan sehari-hari subjek, seperti tempat kerja dan di rumah.
"Hasil ini memberikan bukti bahwa tingkat kelaparan sehari-hari dikoneksikan dengan emosi negatif dan mendukung gagasan menjadi 'hangry'," ungkap para peneliti seperti diberitakan WebMD (7/7).
"Efeknya sangat besar, bahkan setelah memperhitungkan faktor demografis," kata tim peneliti tersebut. Demografis mencakup seperti usia dan jenis kelamin, indeks massa tubuh, perilaku diet, dan ciri kepribadian individu.
Para penulis mengatakan, temuan mereka menunjukkan bahwa pengalaman menjadi lapar itu nyata, kelaparan dikoneksikan dengan potensi kemarahan dan lekas tersinggung yang lebih besar, dan kesenangan yang lebih rendah, seperti terungkap dalam sample selama tiga minggu.

Penelitian ini mengumpulkan data dengan aplikasi sehingga bisa mengambil sampel dalam lingkup keseharian. (freepik/drobotdean)
Meskipun sebagian besar peserta (55 persen) mengatakan mereka memerhatikan rasa lapar, hanya 23 persen yang mengatakan bahwa mereka tahu kapan mereka kenyang dan kemudian berhenti makan. Sementara itu, 63 persen mengatakan mereka tahu kapan mereka kenyang tetapi kadang-kadang terus makan. Sedikit (4,7 persen) orang mengatakan mereka tidak tahu kapan mereka kenyang.(aru)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
