Tantang Hirup Bibir Pasien COVID-19, Seniman Surabaya ini Diperiksa Polda Jatim
Seniman asal SurabayaTaufiq Hidayat (Taufiq "Monyong) saat mengungkapkan pernyataannya terkait vlog yang viral di masyarakat. Foto: MP/Andika Eldon
MerahPutih.com - Seniman asal Surabaya Taufiq Hidayat (Taufiq "Monyong) langsung diperiksa Cybercrime Ditreskrimsus Polda Jatim, Kamis (11/6) akibat video viral di vlognya
Dalam vlog tertanggal 6 Juni 2020 dan viral pada 9 Juni 2020, Taufiq menyatakan Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 cuma konspirasi fitnah dan tersebar di media sosial.
Baca Juga
Langgar Perwali, Dishub dan Satlantas Polresta Surakarta Bubarkan Pesepeda Massal
Bahkan, masih di dalam vlognya Taufiq dengan berani berujar ingin menghirup bibir pasien COVID-19 sebagai pembuktin bahwa corona bukan penyakit yang mematikan.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Trunoyudo Wisnu Andhiko dan Kasubdit Cybercrime AKBP Catur Cahyo Wibowo, Taufiq yang mengatakan, aparat Polda Jatim akan memproses Taufik terkait videonya yang memunculkan dugaan-dugaan baru kepada masyarkat.
"Kita sudah melakukan proses konfirmasi dan pemeriksaan awal kepada Saudara Taufik Hidayat alias Taufik Monyong. Berikutnya, segera memberikan upaya kepastian hukum maupun konten yang disampaikan olehnya," ungkap Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi oleh awak media, Taufik menyampaikan berbeda dengan isi vlognya yang terlanjur viral.
"Siapa bilang Corona itu nggak ada? Saya minta maaf mungkin dari apa yang sudah saya sampaikan di video itu membuat kegaduhan di tengah masyarakat," tutur Taufiq.
Vlog tersebut menampilkan lokasi di gang setan (Sebutan para seniman di jalan Tunjungan). Ia sempat bertutur bahwa kita harus kembali kepada nilai Pancasila, terutama sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Percayalah bahwa yang bisa menyelamatkan kita adalah Tuhan. Bangsa kita harus menjadi bangsa yang adil dan beradab. Bukan manusia yabg nggak adil dan tak beradab. Sila ketiga, Persatuan Indonesia, di mana perpecahan antar masyarakat membuat kita pecah.
Terkait corona, menurut Taufiq ada orang yang belum mati diklaim mati atau dipaksa mati. Akibat Corona, orang terisolasi di kampungnya sekaligus di tengah warganya.
"Seperti halnya saat melihat gang-gang yang ada di kampung nampak ditutup gerbangnya,"tandasnya.
Bahkan, ia mengaku kerap melihat driver Ojol yang hendak masuk kampung harus membayar Rp 3 ribu.
Baca Juga
Freddy Numberi Tegaskan Kasus Floyd dan Persoalan di Papua Berbeda
"Bayangin aja kalau ada 20 gang, driver Ojol bisa-bisa membayar Rp 60 ribu, dimana makna persatuan kebangsaan ini? Mari kita kembali dan dukung pemerintah ini menuju ke new normal. Dengan hidup normal menjaga protokol kesehatan, dan hapus lockdown," kata Taufiq dalam vlognya. (*)
Berita ini merupakan laporan Andika Eldon, kontributor merahputih.com untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya
Bagikan
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Tragedi Musala Al-Khoziny Sidoarjo, DPR Minta Polisi Tetapkan Pihak yang Bertanggung Jawab Secara Hukum
Fakta Baru Ambruknya Ponpes Al Khoziny: Polda Jatim Temukan Adanya Kegagalan Konstruksi
Kasus Ponpes Al Khoziny Ambruk Naik Penyidikan, Tersangka Belum Ada
Polda Jatim Proses Hukum Tragedi Ponpes Al Khoziny Setelah Identifikasi Korban Tuntas
Update Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny: 118 Orang Ditemukan, 14 Meninggal Dunia, dan 49 Masih Hilang
Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny Sulit Diidentifikasi, Segera Lakukan Tes DNA
Polda Jatim Amankan 997 Orang dalam Demonstrasi Anarkis, Catat Kerugian hingga Rp 256 Miliar
Situasi Surabaya dan Jawa Timur secara Umum Relatif Kondusif dan Terkendali Pasca-Demonstrasi yang Memanas, Sebut Polda