Tangguhnya Wartawan Koran Pertahankan Eksistensialisme

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Senin, 20 September 2021
Tangguhnya Wartawan Koran Pertahankan Eksistensialisme

Ketangguhan jurnalis media cetak. (Sumber: Pexels/kaboompics)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

COBA ketik 'banjir' di kolom pencarian Google. Di laman depan mesin pencari tersebut, dengan judul 'cerita populer', pasti langsung muncul artikel-artikel terkait kata kunci yang tadi kamu masukkan di kolom pencarian.

Masih kurang informasi tentang banjir? Pilih opsi 'berita' di bawah kolom pencari, tepatnya di sebelah kanan opsi 'peta'. Setelahnya akan muncul seabrek berita tentang banjir, dari yang terbaru hingga paling lama.

Semudah itulah mencari berita di masa serba canggih ini. Kamu tidak perlu langganan koran, punya kuota internet saja sudah cukup untuk selalu up to date dengan isu-isu terkini. Semua isu hangat tersebut bisa pula kamu akses di manapun.

Baca Juga:

Kalahkan Diri Sendiri, Bukti Psoriasis Warrior Juga Jagoan Tangguh!

Mungkin kemajuan teknologi ini amat menguntungkan untuk kamu. Tapi bagi Sari, (bukan nama asli), kemajuan teknologi ini membuatnya harus lebih tangguh menjalankan profesinya sebagai wartawan media cetak.

Sudah tidak terhitung lagi berapa media cetak dengan nama besar yang harus tergerus oleh keadaan. Sementara sebagian lainnya harus mempertahankan eksistensi di tengah gempuran informasi baik dari warganet maupun portal online.

Dengan semakin terseok-seoknya langkah perusahaan, otomatis wartawan yang berada di dalamnya pun mendapat tekanan tinggi. Mulai dari pengurangan karyawan besar-besaran hingga pemotongan gaji dilakukan oleh perusahaan demi menyambung nyawa. Bagaimanakah cara Sari menghadapi ketidakpastian dan tekanan besar tersebut?

media
Lesunya media cetak di Indonesia. (Sumber: Pexels/Brotin Biswas)

Sari masih terus berjuang dengan keadaan seperti itu. Di satu sisi ia harus berjibaku dengan berita dan narasumber, di sisi lain ia harus bertahan di 'kapal oleng'. Ia mengungkapkan bahwa media tempatnya bekerja sudah mulai goyang sebelum pandemi. "Sekitar akhir 2019 hingga awal 2020, waktu itu beberapa temen udah mulai ada yang dicut (diberhentikan)," tuturnya mengisahkan.

Yang lebih parahnya lagi, sebetulnya waktu itu nama Sari juga disebut-sebut sebagai salah satu karyawan yang akan diberhentikan. "Mungkin dipertimbangkan karena mesti bayar pesangon," ucap perempuan yang sudah berkarir sebagai jurnalis sejak 2015.

Keadaan semakin memburuk karena beberapa rekan kerjanya di kantor harus menjadi korban pengurangan pegawai. Dirinya pun cukup merasa hal tersebut memberi dampak bagi dirinya.

"Jujur puyeng sih. Apalagi ngga lama setelah itu ada pandemi. Makin bingung gimana nanti nyari kerja lagi dan sebagainya. Ditambah banyak industri media yang terpaksa PHK-in karyawannya kan. Yang terlintas saat itu sih gimana bakalan dapet kerja lagi di bidang ini karena hampir semua media kayanya terseok-seok," bebernya.

Baca Juga:

Relawan COVID-19, Jagoan Tangguh Walau Virus Menyerang

Gelombang PHK makin membesar di akhir 2020. Karyawan yang memasuki masa purnatugas di pensiunkan lebih cepat. Sedangkan yang usianya di bawah 50 tahun dipensiunkan dini. "Dari direksi sempat ada ultimatum ya akhir tahun kalau pendapatan enggak sesuai target bisa aja ditutup. Sebagian besar dari kita udah pasrah aja sih," ungkapnya.

Melihat ketidakmampuan pihak atasan dalam mengatur manajerial membuat beberapa karyawan ingin berinisiatif untuk berunjuk rasa. "Sempet rame bikin serikat pekerja, berupaya memperjuangkan hak-hak kalau memang bakal PHK besar-besaran. Di titik ini pasrah, yaudah aja kalo emang kena PHK. Asal dapat pesangon," ucapnya.

Dalam kondisi genting dan harus meningkatkan omzet, Sari mengungkapkan bahwa tugasnya sebagai jurnalis kini menjadi ganda; mencari berita dan mencari iklan. "Yang susah tuh sekarang disuruh nyari iklan juga," jelasnya. Pihak kantornya meminta ia menawarkan ke narasumber jika mereka mau pasang iklan. Hal tersebut kerap ia lakukan setiap selesai wawancara.

"Susah sih. Itu enggak enak. Makanya enggak pernah dapet. Hahaha," tawanya.

wartawan
Liputan sambil menawarkan iklan enggak enak banget! (Sumber: Pexels/fox)

Walaupun kondisi kantornya sedang lesu, Sari masih cukup beruntung. Pembayaran gajinya masih lancar dan tidak dikurangi. Dirinya pun masih mendapatkan bonus walaupun nominalnya tidak sefantastis sebelumnya.

Salah satu prinsip yang dipegang teguh olehnya adalah berusaha tetap fokus bekerja dan tidak membuat kesalahan fatal. Tujuannya agar bisa tetap dipertahankan kantor. "Gaji dan tunjangan pun enggak pernah terlambat dan berkurang ya. Gue masih optimis aja sih buat kerja yang bener," ujarnya.

Di balik kesuraman yang muncul dari tempatnya bekerja, satu hal yang membuatnya tetap semangat dan tangguh adalah putra semata wayangnya. Selain aspek ekonomi, ia mendapat banyak keuntungan dari segi parenting.

Perusahaan tempatnya bekerja masih memberlakukan work from home. Ia pun jadi punya lebih banyak waktu dengan anaknya. "Itu jadi salah satu pertimbangan buat enggak pindah-pindah kerja dulu selama enggak terpaksa. Lagian kan dapur kudu tetap ngebul ya," akunya.

Dengan semakin berkembangnya industri portal online, tentu tidak sedikit yang memandang sebelah mata profesi jurnalis media cetak. Tidak sedikit pertanyaan yang muncul seperti 'emang media cetak masih laku ya?' Untuk pertanyaan demikian, Sari punya jawaban jitu. "Biasanya jawab nanti setelah tayang saya kirimin koran atau pdf-nya ya bu/pak. Gitu aja," tuturnya tergelak. (avia)

Baca Juga:

Cerita Ketangguhan Pemilik Ivegan Pizza Berjuang Menjadi Seorang Vegan

#September Jagoan Tangguh Negeri Aing #Tren Media Sosial #Media Massa #Sejarah Media #Wartawan Koran
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Dewan Pers Mau Berantas Media Pakai Nama Mirip Lembaga Negara
Penertiban dilakukan untuk mencegah salah kaprah media-media itu dianggap perpanjangan tangan dari lembaga negara yang bersangkutan.
Wisnu Cipto - Selasa, 05 Agustus 2025
Dewan Pers Mau Berantas Media Pakai Nama Mirip Lembaga Negara
Indonesia
Kolaborasi Lintas Kementerian Upayakan Solusi Atasi PHK Jurnalis
Satgas PHK yang akan segera diluncurkan dapat menangani masalah ini sebagai prioritas
Angga Yudha Pratama - Jumat, 16 Mei 2025
Kolaborasi Lintas Kementerian Upayakan Solusi Atasi PHK Jurnalis
Indonesia
Ketua Dewan Pers Baru Ajak Media Jangan Jadi Budak Trafik Algoritma
Kini masyarakat melihat dunia berdasarkan apa yang ditampilkan gawai masing-masing
Wisnu Cipto - Rabu, 14 Mei 2025
Ketua Dewan Pers Baru Ajak Media Jangan Jadi Budak Trafik Algoritma
Indonesia
Gelombang PHK di Sejumlah Media, DPD sebut Tanda Demokrasi Indonesia Dalam Bahaya
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah strategis berupa perlindungan dan insentif khusus guna menjaga keberlangsungan media
Angga Yudha Pratama - Senin, 05 Mei 2025
Gelombang PHK di Sejumlah Media, DPD sebut Tanda Demokrasi Indonesia Dalam Bahaya
Indonesia
Komisi III DPR Terima Masukan Pemred Media Massa terkait Larangan Liputan Sidang
Komisi III DPR membuka pintu masukan dari pemred media massa terkait larangan liputan sidang.
Soffi Amira - Senin, 24 Maret 2025
Komisi III DPR Terima Masukan Pemred Media Massa terkait Larangan Liputan Sidang
Indonesia
Dubes Belanda Dukung Media Independen, Kunci Kurangi Disinformasi dan Perkuat Demokrasi
Duta Besar Belanda, Marc Gerritsen, menekankan pentingnya media independen dan debat publik untuk mengurangi disinformasi.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 26 Februari 2025
Dubes Belanda Dukung Media Independen, Kunci Kurangi Disinformasi dan Perkuat Demokrasi
Video
6 Jam Prabowo Kumpulkan Para Pimred di Hambalang, Bahas Apa?
“Kami berdiskusi dan tukar pandangan mengenai berbagai isu serta kebijakan strategis,"
Rezita Kesuma - Senin, 24 Februari 2025
6 Jam Prabowo Kumpulkan Para Pimred di Hambalang, Bahas Apa?
Indonesia
6 Jam Prabowo Kumpulkan Para Pimred di Hambalang Bahas Ini
Selama enam jam, Prabowo dan para pemimpin media bertukar pikiran mengenai berbagai isu terkini yang tengah berkembang.
Wisnu Cipto - Minggu, 23 Februari 2025
6 Jam Prabowo Kumpulkan Para Pimred di Hambalang Bahas Ini
Indonesia
#KaburAjaDulu Ekspresi Khas Orang Muda Yang Resah, Pemerintah Perlu Beri Penjelasan Kondisi Negara
Pemerintah, kata Menteri Mutya, tidak akan membatasi kreativitas masyarakat dalam menggunakan media sosial selama tidak melanggar aturan yang berlaku.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 20 Februari 2025
#KaburAjaDulu Ekspresi Khas Orang Muda Yang Resah, Pemerintah Perlu Beri Penjelasan Kondisi Negara
Indonesia
Legislator Usul Ada Lembaga Khusus Awasi Konten Digital dan Keamanan Ruang Siber
Pemerintah perlu mengimbanginya dengan edukasi literasi digital yang masif bagi anak-anak, orangtua, dan masyarakat
Angga Yudha Pratama - Kamis, 16 Januari 2025
Legislator Usul Ada Lembaga Khusus Awasi Konten Digital dan Keamanan Ruang Siber
Bagikan