Cerita Ketangguhan Pemilik Ivegan Pizza Berjuang Menjadi Seorang Vegan


Tak mudah menjadi seorang vegan di masa 15 tahun lalu.(Foto: Unsplash/Claudio Schwarz)
YOGEN Marshel Wijaya tak tega menyaksikan hewan disembelih sebagai bahan pangan. Lelaki berusia 31 tahun tersebut merasa hewan juga memiliki rasa sakit sama seperti manusia.
“Jadi saya menganggap tidak selayaknya hewan itu dibunuh karena mereka juga merasakan sakit merasakan penderitaan sama seperti kita. Nah itu pada dasarnya awalnya seperti itu.” ujar Yogen tentang alasan kali pertama menjadi vegan kepada Merahputih.com.
Baca juga:
Sejak tahun 2006 Yogen memutuskan menerapkan gaya hidup vegan. Selain lantaran selayaknya hewan tak patut dibunuh demi mencukupi kebutuhan pangan manusia, ada unsur spiritualitas pendorong Yogen akhirnya melakoni hidup sebagai vegan.
Tak mudah menjadi seorang vegan di masa 15 tahun silam. Banyak orang Indonesia belum beroleh informasi lengkap mengenai pola hidup vegan. Alhasil, banyak salah kaprah terjadi seperti sulit membedakan antara vegetarian dan vegan hingga cibiran dianggap seperti kambing karena hanya makan sayuran.

Vegetarian masih memakan produk hewani walau bukan daging, seperti menikmati susu maupun telur. Sedangkan vegan, sama sekali tidak memakan produk hewani sama sekali. Bahkan, tak hanya dalam makanan saja, tetapi dalam barang-barang mereka gunakan juga tidak memiliki unsur hewani, seperti sepatu kulit hewan dan lainnya.
Vegan, lanjut Yogen, merupakan bentuk cinta kasih terhadap sesama makhluk hidup, karena makhluk hidup juga menetap di bumi memiliki hak sama untuk bertahan hidup di bumi.
Seiring berjalannya waktu, banyak data-data baru tentang manfaat menjadi vegan. “Jadi kayak tentang kesehatannya, ternyata atlet-atlet dunia sekarang sudah mulai mengadopsi pola makan nabati untuk mencapai performanya.” tambah Yogen.
Baca juga:
Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan peternakan hewan menjadi penyebab utama pemanasan global. Data-data tersebut mengungkap gaya hidup vegan itu tak hanya dari segi kesehatan saja namun untuk lingkungan sekitar dan makhluk hidup lainnya.
Menjadi seorang vegan memang harus memiliki komitmen besar, seperti Yogen kuat untuk tidak melenceng dari gaya hidup pilihannya. “Kalau sekarang mah enggak pernah. Mungkin pada saat awal-awal. Tergoda sih enggak, cuman kaya enak aja gitu ngeliatnya. Cuma balik lagi ketika mengingat daging itu berasal jadi enggak nafsu juga sih”.
Ketika Yogen mengingat proses daging itu berasal dari penyembelihan, semakin merasa ilfeel dan tidak nafsu untuk memakan daging. “Makin lama, makin enek sih mencium bau-bau amis. Makin enggak biasa gitu,” cerita Yogen setelah sudah terbiasa dengan gaya hidupnya.
Meski berbeda dari orang sekitanya berkiat gaya hidupnya, Yogen mengaku tidak terlalu banyak mendapat cibiran dari lingkungan sosialnya. “Sebenarnya kayak nyindir-nyindir pemakan rumput dan kawan-kawan gitu. Hal kecil sih itu,” jelas Yogen. Sindiran mereka malah menjadi boomerang bagi mereka. Malah mereka sering mendapatkan cibiran menurut Yogen.
“Kayak, ih kok lu bisa-bisaan sih makan bangkai. Lu bisa-bisaan sih, padahal hewan itu memiliki ibu dan anak menunggu dia untuk pulang,” ungkap Yogen. Dengan begitu, Yogen malah mengajak mereka untuk mengubah pola hidup mereka menjadi seorang pemakan nabati.
Baca juga:
Kisah Anak Tangguh Kenobi Haidar Akmal, Dalang Cilik Wayang Potehi Penyintas ADHD
Salah satu usaha untuk mengajak orang-orang lebih banyak lagi melakoni vegan, Yogen membuka usaha makanan dengan konsep vegan, bernama iVegan Pizza. Kedai makanannya mengambil tema western.
Awalnya memang ia hanya berniat memfasilitasi orang sudah vegan maupun vegetarian saja, tapi kini tujuan utamanya untuk menarik orang masih makan daging untuk datang ke iVegan Pizza.
Baginya membangun usaha itu juga merupakan tantangan. Pada 2016, ia membuka usahanya meski awalnya hanya iseng membuat makanan dan membagikannya kepada orang lain, namun ia mendapat respon baik. Bazar demi bazar ia ikuti, sampai akhirnya ia dapat membeli ruko pada 2018.
“Challenging-nya sih, saya bukan berlatar belakang kuliner. Pada saat awal pertama kali buka resto dikira saya kalau udah tau resepnya, udah tau pola alurnya harusnya baik-baik saja. Ternyata banyak sekali, mulai dari sistem berjalan di dapur, lalu nanti masalah stok dan kawan-kawannya.” cerita Yogen.
Baginya bulan-bulan awal restorannya itu membuat kepalanya mumet, namun pengalaman tersebut membuatnya belajar banyak tentang mengatur alur kerja. Saat pandemi, ia mengaku restorannya mengalami perjalanan roller coaster. Saat diberlakukan kenormalan barua usahanya meningkat sedikit. Setelah itu, menurun kembali karena adanya PPKM.
Bagi Yogen usahanya di bidang kuliner bisa mewadahi para vegan maupun vegetarian. Namun, tak semua kota ada tempat usaha seperti iVegan Pizza.
Asupan makanan bagi vegan terkadang tak tersedia saat Yogen dan keluarganya pergi di satu tempat. “Kalau kita harus keluar kota dan ennggak tahu di mana, itu agak ribet cari makannya,” ungkap Yogen.
Kecuali tempat memang telah menjadi magnet bagi pelancong warga negara asing, seperti Bali, sudah banyak restoran menyediakan hidangan khusus vegan.
Pandemi menurut Yogen justru membuat banyak orang berubah pola hidup menjadi seorang vegan. “Sebelum pandemi emang udah meningkat. Tapi semakin meningkat pesat pas pandemi”. (Mic)
Baca juga:
Ketangguhan Lathifah Amaturrohman Kreasikan Gendong Bayi Jadi Ladang Amal
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Jeritan UMKM di District Blok M, Harga Sewa Naik Langsung Bikin Tenant Cabut

Menemukan Ketenangan dan Cita Rasa Bali di Element by Westin Ubud, Momen Sederhana Jadi Istimewa

Karyawan Palsukan Tanggal Kedaluwarsa, Jaringan Ritel Jepang Hentikan Penjualan Onigiri

Oase Seribu Rasa di Arena Lakeside Kemayoran, Sajikan Kelezatan Nusantara dan Asia Tenggara dengan Sentuhan Modern

Berburu Promo Makanan di 17 Agustus, dari Potongan Harga sampai Tebus Murah

Bertualang Rasa di Senopati, ini nih Rekomendasinya
Gerakan ’SAPU PLASTIK’ Kumpulkan 2,5 Ton Limbah, Beri Apresiasi Pelanggan dengan Diskon 20 Persen

Menilik Deretan Menu Spesial ala Future Menu 2025 Ramaikan Industri Kuliner Indonesia

Dukung Gaya Hidup Sehat, ini nih Manfaat Sehat Jus Cold-Pressed

Menikmati Nuansa Sarapan Ala New York di Tengah Jakarta
