Kisah Anak Tangguh Kenobi Haidar Akmal, Dalang Cilik Wayang Potehi Penyintas ADHD


SUARA Keno mendadak berubah berat. Wayang Golek berbentuk serupa polisi kumpeni, diberi nama van Hinne musuh Pitung, kemudian digerak-gerakan sebagai media bercerita. Dari balik wayang, mulut bocah berumur 11 tahun kemudian mengambulkan cerita tentang sejarah Wayang Potehi.
“Cerita datang dari lima orang dihukum mati. Kowe olang (meniru logat van Hinne di film Pitung) tahu mereka main-main pakai kantong, seperti main wayang. Eh, raja tiba-tiba dengar mereka punya mainan. Langsung suka. Lima orang tadi bebas. Enggak jadi digantung. Sorry bro!,” kulik Keno.
Baca juga:
Selama bercerita sembari memainkan Wayang Golek, pemilik nama lengkap Kenobi Haidar Akmal begitu kocak mengulas cerita sejarah Potehi. Ia berusaha fokus terhadap wayang di tangannya. Dalang cilik tersebut sangat fokus saat memainkan wayang. Jika tak ada wayang di tangan, Keno cepat kehilangan fokus. Ia mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan perkembangan peningkatan motorik sedari lahir, sehingga susah berkonsetrasi.
Cerita Potehi habis, Keno tiba-tiba meloncat bercerita tentang video kocak prank Ben Philips, Youtuber asal Inggris. Lalu berpindah mengurai kelucuan Ojan, salah satu bocah pada situasi komedi Sketsa. Lantas beralih lagi mengisahkan aksi lucu seorang polisi melawan singa pada buku cerita bergambar Agen Polisi 212.

“Tapi, kalau udah mendalang, Keno bisa sangat fokus. Walaupun ada gangguan seperti lupa bawa salah satu tokoh sentral wayang, dia tetap berusaha mencari akal agar pertunjukan terus berlangsung sampai selesai,” ungkap Renaningtyas, sang ibunda kepada Merahputih.com.
Putra pertama pasangan Harli Rusdiantoro dan Renaningtyas tersebut memang sangat senang dengan segala bentuk dan jenis wayang. “Jujur kami bingung saat tiba-tiba dia minta wayang. Entah tahu dari mana. Karena kami pun belum pernah ngajak Keno nonton wayang,” ungkap Rena sapaan akrab Renaningtyas.
Dari Wayang Golek, Keno terus mendalami cerita hingga mencari jenis wayang lain. Hampir semua orang di sekelilingnya tahu kalau Keno senang sekali dengan wayang sehingga tiap kali keluarga, atau kerabat pergi jalan-jalan ke luar kota selalu membawa pulang wayang khusus untuknya. Begitu pun ketika ulang tahun, semua orang memberi kado wayang.
Baca juga:
Supir Ekspedisi Negeri Aing Tetap Tangguh Kirim Barang Walau Pandemi
Di usia 8 tahun, tiba-tiba Keno kepingin boneka Potehi. Ia kepincut setelah melihat aksi Potehi di kanal video Youtube. “Sejak itu hampir setiap hari Keno ingin nonton dan pingin punya boneka Potehi. Sementara saya enggak tahu harus ke mana. Minta tolong kerabat cari Potehi juga enggak dapat,” ungkap Rena.
Sekian lama mencari, atasan sang ibu, Rena, kemudian memberi kontak seorang penulis buku Wayang Potehi Gudo, Seni Pertunjukan Peranakan Tionghoa di Indonesia, bernama Dwi Woro Retno Mastuti. Sejurus kemudian sang ibu mengontak dan mengikat janji bertemu untuk melepas penasaran sang buah hati, Kenobi, terhadap Wayang Potehi.

Setiba di kediaman Woro Mastuti, Depok, Keno semakin girang karena si empunya rumah memiliki banyak koleksi boneka Potehi. “Enak banyak Potehi. Lucu-lucu. Aku senang cat hiasan mukanya. Boneka. Semuanya,” ungkap Keno.
Di sana Keno bertemu pula dengan kawan-kawan Rumah Cinta Wayang (Cinwa). Dia senang bisa belajar singkat dan dipersilakan tampil pada acara sedekah bumi di Jatijajar. Belajar sebentar, Keno pun siap tampil.
“Boneka Potehi aku kasih jubah putih jadi Diponegoro. Ada juga Sentot (Sentot Ali basah). Aku kepingin cerita Diponegoro karena suka,” ujarnya.
Meski ada kendala teknis, pertunjukan berlangsung lancar dan Keno berhasil mementaskan lakon Diponegoro menggunakan Potehi hingga rampung. Keno bahkan tak membaca naskah, malah berimprovisasi menggunakan Wayang Golek berbentuk kumpeni berperan sebagi Mayor Jendral HM de Kock, seteru Diponegoro.
Ketika bermain Wayang Potehi, menurut sang ibu, Rena, seluruh tubuh bergerak bersama-sama sementara pikirannya terpusat pada pertunjukan sehingga bisa lebih fokus. “Wayang Potehi kami anggap sebagai terapi. Keno bisa berkonsetrasi penuh ketika mendalang. Itu sangat baik bagi perkembangan motoriknya. Saya kan terus mendukung cita-citanya menjadi dalang,” tukas Rena. (*)
Baca juga:
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
