Tak Jadi Limbah, Popok Bekas Bermanfaat untuk Bangunan Rumah


Popok sekali pakai adalah sumber limbah yang tidak dapat didaur ulang. (Foto: Unsplash/Kseniya Safronova)
DALAM upaya memecahkan dua masalah lingkungan sekaligus, para peneliti di Universitas Kitakyushu di Jepang telah menemukan bahwa robekan popok dapat digunakan untuk menggantikan antara 9 hingga 40 persen pasir yang digunakan dalam pembuatan beton tanpa mengurangi kekuatannya.
Popok sekali pakai adalah sumber limbah yang tidak dapat didaur ulang, dan produksi semen bertanggung jawab atas hampir 7 persen emisi gas rumah kaca global dan mengonsumsi sekitar 50 miliar ton pasir setiap tahun.
Baca Juga:
Beton infus popok digunakan untuk membangun rumah kecil di Indonesia, yang berarti menunjukkan bagaimana jenis sampah ini dapat dialihkan dari tempat pembuangan akhir untuk membangun perumahan yang lebih terjangkau di masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah. Tim peneliti menerbitkan hasil studi ini pada hari Kamis lalu di Scientific Reports.

Siswanti Zuraida, seorang insinyur sipil di Universitas Kitakyushu, memulai proyek tersebut saat mengajar di Institut Sains Teknologi Bandung dekat Jakarta. Meskipun jumlah populasi di negara-negara kaya sering mengalami peningkatan dan penurunan, jumlah penduduk di Indonesia dan negara-negara berpendapatan rendah dan menengah lainnya akan terus bertambah. Dengan begitu, pertumbuhan ini menghasilkan lebih banyak bayi, lebih banyak popok, dan lebih banyak permintaan untuk perumahan murah.
“Ini semua tentang ketersediaan sumber daya,” kata Zuraida seperti dilaporkan Nature.
“Seiring pertumbuhan jumlah penduduk, limbah popok juga akan bertambah. Ini menantang, jadi kami pikir ini akan menjadi bagian dari kontribusi kami untuk mendaur ulang limbah ini,” sambungnya.
Popok sekali pakai biasanya terbuat dari bubur kayu, kapas, dan polimer penyerap super, sejumlah kecil yang telah terbukti meningkatkan sifat mekanik beton. Dengan pendanaan dari perusahaan pengelola sampah yang berbasis di Jakarta bernama Awina, Zuraida menentukan berapa banyak pasir yang dapat ditukar dengan popok parut untuk membuat beton dan mortar yang berguna.
Baca Juga:
Rekomendasi Popok dengan Anti-Bakteri dan Anti-Inflamasi Untuk Mencegah Iritasi Ruam Pada Kulit Bayi
Hal ini tidak hanya dapat membantu meringankan limbah TPA dari popok, tetapi juga dapat membantu menghemat hingga 8 persen pasir dalam beton yang digunakan untuk membuat bangunan. Secara keseluruhan, ini adalah cara yang murah dan ramah lingkungan untuk menciptakan perumahan baru.
“Dengan mempertimbangkan nilai lingkungan dari daur ulang limbah, bahan tersebut memberikan manfaat untuk dikembangkan dalam skala besar dan dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengumpulkan dan mengelola limbah popok sekali pakai,” tulis studi tersebut seperti dilaporkan The Daily Beast.

Para peneliti kemudian menggunakan beton infus popok mereka untuk membangun rumah percobaan mereka dengan standar bangunan Indonesia. Rumah itu kecil; denahnya hanya seluas 36 meter persegi, ukuran sekitar 2,5 ruang parkir mobil. Untuk mempercepat proses pembangunan, para peneliti menggunakan beton popok untuk komponen arsitektur dan balok logam untuk komponen struktur.
Secara total, rumah tersebut menggunakan sekitar 1,7 meter kubik limbah popok, yang merupakan sekitar 8 persen dari total volume material komposit.
“Sebagai cara untuk mengekstraksi nilai dari limbah yang tidak dapat terurai, ini adalah bagian yang bagus dan sangat berharga dalam proses bertahap,” kata Christof Schröfl, ahli kimia yang meneliti bahan bangunan berkelanjutan di Dresden University of Technology di Jerman. (dsh)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, Pemerintah Anugerahkan Kalpataru Lestari untuk Pejuang Hijau

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
