Tak Hanya Timbulkan Kerugian Secara Ekonomi, Ini Bahaya Tersembunyi yang Mengancam Kesehatan dari Praktik Beras Oplosan

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Jumat, 08 Agustus 2025
Tak Hanya Timbulkan Kerugian Secara Ekonomi, Ini Bahaya Tersembunyi yang Mengancam Kesehatan dari Praktik Beras Oplosan

Ilustrasi. Foto: ANTARA/Aprionis.

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Merahputih.com - Anggota Komisi IV DPR RI, Rokhmin Dahuri, menekankan bahwa maraknya praktik pengoplosan beras tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat.

Ia mengingatkan bahwa masalah beras oplosan harus dipandang sebagai isu pangan nasional yang berkaitan erat dengan keamanan konsumsi publik (food safety).

Menurut Rokhmin, dampak negatif dari pengoplosan beras sangat luas. Secara ekonomi, konsumen dirugikan karena membeli beras kualitas medium dengan harga dan label premium.

"Mereka membayar lebih mahal dari kualitas yang didapat," ujar Rokhmin Dahuri, Jumat (8/8).

Baca juga:

Beras Oplosan Jangan Ditarik! Legislator Khawatir Kekosongan Stok dan Harga Melonjak

Secara kesehatan, beras oplosan juga berpotensi berbahaya. Rokhmin menjelaskan bahwa beras premium memiliki standar mutu tertentu, seperti kadar air maksimal 14% dan batasan patahan butir tidak lebih dari 9%.

Jika standar ini tidak terpenuhi namun beras tetap dijual sebagai premium, maka kandungan gizi dan keamanannya bagi konsumen diragukan.

"Kedaulatan pangan tidak hanya soal kuantitas, tapi juga kualitas dan keamanan. Ini menyangkut nutrisi yang dikonsumsi masyarakat," tegasnya.

Dampak buruk ini juga dirasakan oleh petani. Menurut Rokhmin, praktik pengoplosan tidak memberikan keuntungan bagi petani.
Meskipun harga beras di pasaran terus naik, harga gabah justru tetap ditekan pada angka Rp6.500 per kilogram. Ia mengkritik situasi ini, terutama saat pemerintah mengklaim stok beras Bulog tertinggi dalam 57 tahun terakhir.

Rokhmin juga menduga bahwa stok beras yang diklaim tinggi tersebut bukan berasal dari gabah lokal, melainkan sisa impor pemerintahan sebelumnya sebanyak 1,5 juta ton. Ia mendesak pemerintah untuk lebih transparan dalam menyampaikan data kepada publik.

"Pemerintah harus jujur. Kejujuran adalah sumber kebaikan, ketidakjujuran adalah jalan menuju kehancuran," kata politisi Fraksi PDIP itu.

Ia juga menyoroti masalah penahanan distribusi beras oleh Bulog, padahal kapasitas gudang sudah penuh dan sebagian beras mulai membusuk. Rokhmin melihat adanya indikasi saling lempar tanggung jawab antara Bapanas, Bulog, dan Kementerian Pertanian.

Baca juga:

Sindikat di Bandung dan Bogor Jual Beras ‘Oplosan’ Kualitas Medium dengan Harga Premium, Konsumen Rugi Sampai Miliaran Rupiah

Saat melakukan sidak di gudang-gudang beras di beberapa kota, Rokhmin menemukan banyak beras yang mulai rusak.

"Kami sudah minta agar segera dilepas ke pasaran, karena ini bukan uang APBN, tapi pinjaman komersial dari bank Himbara," jelasnya.

Rokhmin menilai kebijakan menahan distribusi beras dan penetapan HET yang tidak seimbang dengan harga gabah tidak berpihak pada rakyat. Ia menduga kebijakan ini dimanfaatkan oleh mafia pangan untuk menaikkan harga.

"Jangan-jangan di situlah kerja mafia. Menahan beras agar harga naik, sementara rakyat dan petani menjadi korban," tutupnya.

#Beras #Beras Oplosan #DPR #DPR RI
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
DPR Sentil Kemenhut Soal Loyonya Penegakan Hukum Kehutanan, Taubat Ekologi Bisa Jadi Solusi
Komisi IV siap memberikan dukungan politik agar persoalan ini dapat diselesaikan melalui aksi nyata
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 06 Desember 2025
DPR Sentil Kemenhut Soal Loyonya Penegakan Hukum Kehutanan, Taubat Ekologi Bisa Jadi Solusi
Indonesia
Pemerintah Didesak Bentuk BRR Ad Hoc untuk Pemulihan Cepat Pasca Bencana Sumatera
Keterlibatan masyarakat dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi juga menjadi perhatian utama
Angga Yudha Pratama - Jumat, 05 Desember 2025
Pemerintah Didesak Bentuk BRR Ad Hoc untuk Pemulihan Cepat Pasca Bencana Sumatera
Berita Foto
Ketua DPR Puan Maharani Sampaikan Refleksi Akhir Tahun 2025
Ketua DPR Puan Maharani (kiri), berpidato pada "Refleksi Akhir Tahun", di Bandung, Jawa Barat, Jumat (4/12/2025).
Didik Setiawan - Jumat, 05 Desember 2025
Ketua DPR Puan Maharani Sampaikan Refleksi Akhir Tahun 2025
Indonesia
DPR Serukan 'Taubat Ekologi' ke Menhut Raja Juli Sebagai Refleksi Kerusakan Lingkungan
Slamet menekankan bahwa penyelesaian masalah kerusakan hutan tidak cukup hanya melalui regulasi dan kebijakan teknis semata
Angga Yudha Pratama - Jumat, 05 Desember 2025
DPR Serukan 'Taubat Ekologi' ke Menhut Raja Juli Sebagai Refleksi Kerusakan Lingkungan
Indonesia
DPR Minta Bapeten Berada Langsung di Bawah KLH untuk Perkuat Pengawasan Bahan Radioaktif
Aqib mengusulkan agar Menteri Lingkungan Hidup dan Bapeten mengadakan rapat koordinasi khusus
Angga Yudha Pratama - Jumat, 05 Desember 2025
DPR Minta Bapeten Berada Langsung di Bawah KLH untuk Perkuat Pengawasan Bahan Radioaktif
Indonesia
Pemulihan Infrastruktur Dasar Jadi Penentu Keselamatan Warga Terdampak Bencana Sumatra
Upaya pemulihan ini dianggap mendesak untuk mengurangi jumlah korban
Angga Yudha Pratama - Kamis, 04 Desember 2025
Pemulihan Infrastruktur Dasar Jadi Penentu Keselamatan Warga Terdampak Bencana Sumatra
Indonesia
Dana 'On Call' Rp 4 Triliun untuk Bencana di Sumatra Sudah Menanti, DPR Desak Pemerintah Gunakan Anggaran Darurat
Ia menyoroti pentingnya segera menyuplai kebutuhan darurat secara masif
Angga Yudha Pratama - Kamis, 04 Desember 2025
Dana 'On Call' Rp 4 Triliun untuk Bencana di Sumatra Sudah Menanti, DPR Desak Pemerintah Gunakan Anggaran Darurat
Indonesia
Gas Elpiji Langka Hingga Dapur Umum Bencana 'Mati Suri' di Aceh, Pertamina Diminta 'Gercep' Lewat Udara
UMKM tidak bisa berproduksi, dan distribusi bantuan menjadi tersendat
Angga Yudha Pratama - Rabu, 03 Desember 2025
Gas Elpiji Langka Hingga Dapur Umum Bencana 'Mati Suri' di Aceh, Pertamina Diminta 'Gercep' Lewat Udara
Indonesia
Dokumen Hilang Saat Bencana Aceh-Sumut, Imigrasi Diminta Bebaskan Syarat dan Biaya Penerbitan Kembali Paspor
Komisi XIII mendorong agar renovasi total segera dilakukan
Angga Yudha Pratama - Rabu, 03 Desember 2025
Dokumen Hilang Saat Bencana Aceh-Sumut, Imigrasi Diminta Bebaskan Syarat dan Biaya Penerbitan Kembali Paspor
Indonesia
Setop Narasi Cuaca Ekstrem! DPR Tegaskan Bencana di Sumatera Buntut Kasus Perusakan Hutan Massif
Ia mendesak penindakan hukum bagi perusak hutan
Angga Yudha Pratama - Rabu, 03 Desember 2025
Setop Narasi Cuaca Ekstrem! DPR Tegaskan Bencana di Sumatera Buntut Kasus Perusakan Hutan Massif
Bagikan