Sains

Super-Earth Ancam Eksistensi Bumi

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 14 April 2023
Super-Earth Ancam Eksistensi Bumi

Masuknya Super-Earth ke tata surya bisa mengacaukan seluruh planet hingga bisa mematikan Bumi.(Foto: nasa55 Cancri e)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

SEBUAH komet besar ditemukan astronom amatir remaja Leo Beiderman. Ia mengirim temuannya kepada astronomer lainnya. Dengan cepat, ia menyadari jalur komet itu akan menabrak Bumi. Impaknya tabrakan itu diperkirakan sampai menyebabkan kepunahan massal. Kepanikan terjadi. Usaha untuk mengubah jalur komet gagal. Tabrakan terjadi. Membuat air laut melonjak. Menyapu gedung pencakar langit di Kota New York. Dalam sekejap saja, kepunahan massal terjadi.

Demikianlah ringkasan dari film bertema kiamat, Deep Impact. Film rilisan 1998 itu dibintangi Elijah Wood, Teah Leony, dan Morgan Freeman. Deep Impact menjadi salah satu film Hollywood yang menggambarkan akhir Bumi akibat sebuah tabrakan dengan benda angkasa luar, seperti meteor atau komet. Semuanya terasa mungkin, bisa saja terjadi di masa depan. Namun, sebuah kemungkinan terbaru mengungkap kiamat bisa terjadi akibat Bumi tersingkir dari sistem tata surya. Sebuah planet baru menggantikan planet tempat tinggal kita.

BACA JUGA:

Ditemukan, Konstelasi Planet yang Mirip dengan Tata Surya Kita

Cancri e dan GJ 15 A b atau yang lebih akrab disebut Super-Earth merupakan salah satu ancaman bagi planet-planet di dalam tata surya, terutama Bumi. Keberadaannya dapat menghancurkan tatanan tata surya.

Planet ini disebut Super-Earth karena bentuknya yang berkali-lipat lebih besar daripada Bumi, tapi lebih kecil daripada Neptunus. Meski disebut Bumi super, planet ini belum menunjukkan keadaan tanah dan alamnya mirip dengan planet rumah kita. Planet Super-Earth ini ditemukan di antara planet-planet yang ada di galaksi. Hanya saja, mereka tidak memiliki dan masuk tata surya.

Keberadaannya di luar tata surya itulah yang menjadi ancaman bagi kelangsungan planet-planet yang ada di dalam tata surya, seperti bagi Merkuri, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

tata surya

Terdapat celah di antara Mars dan Jupiter seperti realestate tak berpenghuni. (foto: freepik/freepik)

Seperti dilansir Science Daily, dalam penutup eksperimen yang dilakukan University of California Riverside, Super-Earth yang melayang di antara Mars dan Jupiter disebut mampu mendorong Bumi keluar dari tata surya dan memusnahkan kehidupan di planet ini.

Astrofisikawan UCR Stephen Kane menjelaskan ia melakukan eksperimen ini untuk mengatasi dua celah penting dalam ilmu planet. Celah pertama berada di tata surya kita antara ukuran terestrial dan planet gas raksasa. Planet terestrial terbesar yakni Bumi dan raksasa gas terkecil ialah Neptunus, yang empat kali lebih lebar dan 17 kali lebih masif daripada Bumi.

"Di sistem bintang lain ada banyak planet dengan massa di celah itu. Kami menyebutnya supeS-Earth," kata Kane. Celah lainnya ada di lokasi, dekat dengan matahari di antara Mars dan Jupiter. “Ilmuwan planet sering berharap ada sesuatu di antara kedua planet itu. Kekosongan itu seperti realestat yang terbuang percuma,” imbuhnya.

Untuk mengisi celah itu, Kane menjalankan simulasi komputer dinamis dengan mengisi sebuah planet (55 Cancri e massa yang lebih besar dan GJ 15 A b massa yang lebih kecil) di antara Mars dan Jupiter dengan rentang massa yang berbeda, dan kemudian mengamati efeknya pada orbit semua planet lain.

BACA JUGA:

Ratusan Eksoplanet Baru Ditemukan

Hasilnya yang telah dipublikasikan di Planetary Science Journal. Sebagian besar merupakan bencana bagi tata surya. “Planet fiksi ini memberi dorongan pada Jupiter yang cukup untuk mengacaukan segalanya. Meskipun banyak astronom menginginkan planet ekstra ini, untungnya kita tidak memilikinya.”

Jupiter jauh lebih besar dari gabungan semua planet lain. Planet ini memiliki massa 318 kali massa Bumi yang membuatnya memiliki pengaruh gravitasi sangat besar. Jika super-Earth, bintang yang lewat, atau benda langit sedikit saja mengganggu Jupiter, semua planet lain akan sangat terpengaruh.

Terlebih, kehadiran super-Earth (55 Cancri e) jika masuk ke tata surya bisa mengeluarkan Merkurius, Venus, dan Bumi dari tata surya. Itu juga bisa mengacaukan orbit Uranus dan Neptunus, pada akhirnya melemparkannya ke luar angkasa juga. Masuknya super-Earth akan mengubah bentuk orbit Bumi, menjadikannya jauh lebih tidak layak huni dibandingkan saat ini, bahkan bisa mengakhiri kehidupan manusia sepenuhnya.

super-earth

Satu gerakan kecil saja dari GJ 15 A b, seluruh tata surya akan berjalan buruk. (foto: opensea)

Kane juga mencoba simulasi dengan memasukkan suoer-Earth dengan massa lebih kecil (GJ 15 A b) tepat di antara Mars dan Jupiter, ia melihat kemungkinan planet tetap stabil untuk jangka waktu yang lama, tetapi satu gerakan kecil saja dari super-Earth maka semuanya akan berjalan buruk.

“Tata surya kita ternyata diatur sebegitu sempurnanya. Semuanya bekerja seperti roda gigi jam yang rumit. Masukkan lebih banyak roda gigi ke dalam dan semuanya akan rusak,” tutup Kane.(kmp)

BACA JUGA:

Potensi Kehidupan di Planet yang Mengorbit di Bintang White Dwarf

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan