Suarakan Keadilan Iklim Upaya Anak Muda Indonesia Demi Lingkungan yang Lebih Baik


Keterlibatan anak muda menjadi sangat penting untuk menyebarluaskan penyadartahuan mengenai mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. (freepik/jannoon028)
KITA ketahui sebagai negara kepulauan, Indonesia menjadi salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Sehingga keterlibatan anak muda menjadi sangat penting untuk menyebarluaskan penyadartahuan mengenai mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Lima anak muda perwakilan koalisi VCA (Voices for Just Climate Action) Indonesia terpilih untuk mengikuti Climate Justice Camp 2023 di Lebanon yang berlangsung pada 28 Agustus hingga 2 September. Mereka dipertemukan dengan 450 pemimpin muda dari hampir 100 negara untuk mengembangkan strategi dan tuntutan bagi para pengambil keputusan supaya menempatkan keadilan iklim sebagai inti kebijakan, khususnya menjelang COP28.
Baca Juga:
Lebih Rentan, Lansia Mudah Alami Berbagai Penyakit Akibat Polusi Udara

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Greenpeace MENA, Roots People, dan 40 lebih organisasi internasional. Adapun kelima anak muda yang terpilih merupakan perwakilan dari setiap koalisi yang tergabung dalam Aliansi VCA Indonesia. Mereka adalah Ayu Rahayu mewakili Koalisi Pangan BAIK, Eulis Utami mewakili KOPI (Koalisi Orang Muda untuk Perubahan Iklim), Ullya Farah mewakili Koalisi Adaptasi, Christa Gabriela dan Maria B. Tukan mewakili Koalisi SIPIL.
Dalam kegiatan ini, peserta diberikan peningkatan kapasitas yang dikemas dalam lokakarya interaktif. Topik mengangkat loss and damage, adaptasi iklim, polusi plastik, deforestasi, penghapusan bahan bakar fosil, serta mendapatkan cerita inspiratif mengenai perjuangan aktivisme anak muda dari negara lain dalam sesi human LIVErary.
Membawa semangat aksi iklim yang berkeadilan untuk disuarakan di Lebanon, kelima anak muda perwakilan Aliansi VCA Indonesia berkesempatan untuk menyelenggarakan sesi workshop. Workshop ini mengenai praktik baik mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang sudah dilakukan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
NTT merupakan salah satu provinsi yang dikelilingi wilayah pesisir dan paling terdampak dari perubahan iklim. Salah satu contohnya adalah badai tropis seroja yang menerjang sejumlah wilayah NTT pada 2021.
Tetapi dengan kekayaan kearifan lokal yang ada di NTT, banyak praktik baik mengenai adaptasi dan mitigasi yang sudah dilakukan. Kegiatan melingkupi seperti ketahanan pangan melalui budidaya sorgum dan pangan lokal lainnya oleh masyarakat adat, ritual adat jaga hutan untuk keberlangsungan sumber air, penanaman mangrove oleh masyarakat pesisir, dan juga kampanye aksi iklim yang digerakan oleh sejumlah anak muda di NTT.
Maria B. Tukan, salah satu perwakilan aliansi VCA Indonesia dari Nusa Tenggara Timur menyampaikan rasa bahagia dan bangganya bisa menyuarakan masyarakat lokal di tingkat global.
Baca Juga:

“Sesi berbagi mengenai praktik baik di NTT tersebut mendapat respon positif khususnya dari peserta Asia-Pasifik yang mayoritas memiliki isu yang sama sebagai wilayah kepulauan. Sebagai anak muda NTT saya senang dan bangga bisa berbagi solusi iklim berbasis lokal untuk menjadi inspirasi di tingkat global. Selain itu kami juga berkesempatan mendengar cerita adaptasi dan mitigasi dari berbagai negara yang juga tentu menjadi pembelajaran penting bagi kami,” ungkapnya dikutip dari berita pers yang kami terima Senin (25/9).
Kegiatan yang berlangsung selama enam hari ini menjadi wadah pembekalan, selain itu tentunya menjadi ajang berjejaring dan membangun solidaritas secara internasional. Semangat solidaritas ini dituangkan bersama dalam sebuah karya seni berupa patung tangan raksasa yang dihiasi berbagai kain dengan cerita aktivisme dan pesan kampanye yang dibawa peserta dari berbagai negara.
Christa Gabriela juga sebagai salah satu perwakilan anak muda Nusa Tenggara Timur yang bekerja sebagai staf advokasi di koalisi SIPIL menuturkan semangat dan solidaritas dalam menuntut keadilan iklim sangat terasa dalam kegiatan Climate Justice Camp tahun ini.
“Saya merasakan kekuatan kolaborasi dan gerakan anak muda yang luar biasa di acara ini. Kita sadari solidaritas yang kuat memang sangat dibutuhkan saat ini, karena terlepas budaya, negara, dan bahasa, kita semua menghadapi isu yang sama, yaitu krisis iklim. Hal ini tentu sangat memotivasi saya untuk terus mengkampanyekan keadilan iklim di tingkat lokal," pungkasnya.
Semoga suara mereka bisa semakin didengar, diingat, dan dapat dipertimbangkan dalam menyusun kebijakan yang Adil untuk Bumi. Selain kita, siapa lagi yang harus menjaga bumi ini.(dgs)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Survei C3S: Juni 2025 Bulan Terpanas Ketiga dalam Sejarah

Tak Ada Musik di Planet Mati: 15 Musisi Satukan Suara untuk Iklim

Prochlorococcus: Bakteri Mikro Penyelamat Bumi yang Terhubung Melalui Nanotube

Perubahan Iklim Bikin Cuaca Dingin Ekstrem tak Terlalu Parah

Libatkan 15 Musisi dalam Negeri Album Kompilasi 'sonic/panic Vol. 2' Resmi Mengudara
IKLIM Kembali Hadirkan Album 'sonic/panic', Libatkan 15 Musisi Tanah Air dari Berbagai Genre

Gili Tramena di NTB Terancam Lenyap karena Perubahan Iklim

Nigeria dan Inggris Bahas Pendanaan Penanganan Perubahan Iklim

118 Juta Warga Afrika Terancam Krisis Iklim di 2023
