Lebih Rentan, Lansia Mudah Alami Berbagai Penyakit Akibat Polusi Udara

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Selasa, 26 September 2023
 Lebih Rentan, Lansia Mudah Alami Berbagai Penyakit Akibat Polusi Udara

Polusi udara dapat menyebabkan penyakit fatal pada lansia. (Foto: Pexels/Pixabay)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

GUMPALAN polutan di udara bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Selain mengganggu pemandangan, polusi udara juga berpotensi menimbulkan berbagai penyakit pernapasan. Salah satu kelompok yang paling rentan adalah lansia.

Mengacu dari laman daring Universitas Muhammadiyah Surabaya, buruknya lingkungan adalah salah satu faktor yang memengaruhi turunnya kesehatan seorang lansia. Hal ini diungkapkan oleh Vella Rohmayani selaku Dosen Teknologi Laboratorium Medis di Program Sarjana Terapan UM Surabaya.

"Polusi udara dapat memicu terjadinya risiko masalah kesehatan terutama pada kelompok lansia... Sebab lansia lebih mudah (atau rentan) terserang penyakit dan dapat berisiko mengalami kondisi yang fatal," ujar Vella.

Menurut Vella, saat ini kondisi lingkungan semakin menurun akibat adanya eksploitasi alam. Hal ini berujung pada terjadinya pencemaran udara dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh sebab itu, lansia pun perlu mendapatkan perhatian ekstra di tengah kepungan polusi udara saat ini. Lansia dinilai lebih rentan untuk mengidap berbagai penyakit bila dibandingkan orang di golongan usia produktif.

Baca juga:

Polusi Udara Memangkas Usia

Polusi udara pada dasarnya menyebabkan radang pada saluran pernapasan seseorang. (Foto: Pexels/Marcin Jozwiak)

Ada banyak zat berbahaya yang terkandung dalam polusi udara. Misalnya karbon monoksida, nitrogen dioksida, CFC, sulfur dioksida, dan hidrokarbon. Polutan ini biasanya akan menyebabkan radang pada saluran pernapasan.

Peradangan atau inflamasi ini akan berujung pada batuk, demam, dan radang tenggorokan. Dalam kondisi yang lebih parah, polutan dapat menyebabkan asma serta infeksi paru-paru.

"Selain itu paparan polusi udara secara tidak langsung juga dapat menyebabkan terjadinya menurunkan daya tahan tubuh, serta dapat menimbulkan kondisi stres," ungkap Vella lebih jauh.

Penurunan daya tahan tubuh dan naiknya tingkat stres ini, menurut Vella, akhirnya memicu kehadiran penyakit lain. Misalnya demensia, gagal ginjal, dan tekanan darah tinggi.

Baca juga:

Atasi Gangguan Pernafasan Akibat Polusi Udara dengan Cara ini

Terlalu banyak menghirup gas CO dapat menyebabkan sakit kepala dan gangguan tekanan darah. (Foto: Pexels/Gerd Altmann)

Salah satu polutan yang menyebabkan naiknya tekanan darah adalah karbon monoksida. Terlalu banyak menghirup CO dapat meningkatkan tekanan sistolik (darah yang dipompa oleh jantung) maupun diastolik (darah yang kembali ke jantung).

Hal ini terjadi karena karbon monoksida punya zat Hb yang 245 kali lebih kuat dibanding oksigen. Akibatnya, lansia mungkin akan mudah merasakan sakit kepala, gangguan pernapasan, dan depresi.

"Jika kelompok lansia terpapar oleh polusi udara dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan lansia terserang berbagai penyakit yang menyebabkan masalah kesehatan serius dan fatal," tutup Vella. (mcl)

Baca juga:

Cara Obati ISPA pada Anak Akibat Polusi Udara

#September Sebangsa Seudara #Kesehatan #Polusi Udara
Bagikan
Ditulis Oleh

Marcella

K-Pop enthusiast and books enjoyer.

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia, Nomor 1 Kota di Afrika
Jakarta menempati peringkat kedua kota dengan udara terburuk di dunia dengan indeks AQI di angka 172
Wisnu Cipto - Senin, 25 Agustus 2025
Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia, Nomor 1 Kota di Afrika
Indonesia
Jakarta Susun Mitigasi Kurangi Emisi GRK 30 Persen hingga 2030
Langkah konkret dalam penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) sekaligus pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 24 Agustus 2025
Jakarta Susun Mitigasi Kurangi Emisi GRK 30 Persen hingga 2030
Indonesia
Pagi ini, Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Kedua di Dunia
Kualitas udara di Jakarta terburuk kedua di dunia, Sabtu (23/8) pagi. Jakarta berada di angka 177 atau masuk kategori tidak sehat.
Soffi Amira - Sabtu, 23 Agustus 2025
Pagi ini, Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Kedua di Dunia
Bagikan