Perubahan Iklim Drastis di 2023 Dipicu Ulah Manusia


Perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia. (Unsplash/Matt Palmer)
SAAT ini mungkin sebagian orang merasakan perubahan iklim yang tak menentu. Terkadang bisa sangat panas dan seketika hujan.
Cuaca ekstrem yang terjadi ini akibat adanya perubahan iklim secara drastis di belahan Bumi lainnya.
Baca Juga:
Berkonsep Ramah Lingkungan, Gerai Kopi di Uluwatu Gunakan Kayu Bali dan Bambu

Perubahan iklim drastis yang terjadi tidak jauh dari perilaku dan aktivitas manusia. Melalui hal tersebut, dalam minggu ini PBB merilis laporan besar tentang perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia akibat aktivitas manusia. Menurut dosen di Institut Grantham Bonnie Waring, yang dilansir dari BBC, tidak ada waktu untuk solusi yang lebih mudah lagi bagi menangani masalah ini untuk hidup dengan bebas karbon.
Para ilmuwan juga melacak keadaan dari perubahan iklim yang drastis terdiri dari beberapa indikator. Berikut beberapa indikator penyebab perubahan iklim yang ekstrem.
CO2 meningkat
Pada 2022 menurut observatorium di Mauna Loa, Hawaii, jumlah emisi karbon CO2 sebanyak 417,2ppm pertahunnya. Namun, untuk dipertengahan tahun 2023 ini saja sudah mencapai 419,2ppm. Terakhir untuk sampai di angka 400ppm, Bumi merasakannya sekitar 40 juta tahun yang lalu.
Dampak dari CO2 di antaranya adalah mual, diare dan detak jantung meningkat. Jika dalam kasus yang parah, maka bisa terjadi koma dan bahkan kematian. Oleh karena itu, para ilmuwan tidak akan terbayang kalau sampai 600ppm per tahunnya.
Baca Juga:
Konservasi Penyu di Parigi Pangandaran Memberikan Pemahaman Perlindungan Alam

Hutan
Menanam pohon memang menjadi gerakan yang paling ampuh untuk menyelamatkan Bumi. Pohon dapat menyaring karbon. Namun, dibalik penanaman pohon yang banyak digaungkan, pembabatan hutanmasih saja terjadi. Bahkan jauh lebih sering ketimbang menanam pohon.
Salah satu hutan yang saat ini sedang dikhawatirkan, yaitu Amazon. Memiliki pohon yang sudah berumur tua menjadikan tujuan para pebisnis untuk mengambil kayu dari Amazon. "Ini adalah titik kritis di mana kita melihat jenis ekosistem yang berbeda di lembah Amazon yang menjadi lebih seperti sabana daripada hutan hujan yang sangat kami khawatirkan." tegas Waring.
Es mencair
Mencairnya es di Antartika tidak hanya terjadi karena perubahan iklim. Tapi juga pemicu perubahan iklim yang terjadi di Bumi. Dengan suhu bumi dan air laut yang menjadi lebih hangat mengakibatkan es mencair, dan mengalami kenaikan. Tahun lalu tercatat terjadi pencairan seluas 772 ribu kilometer persegi. Kemudian bertambah luas menjadi 1,14 juta kilometer persegi per 13 Februari 2023.
Lapisan es Antartika Timur dapat menyebabkan potensi kenaikan permukaan laut sekitar 52 m (170 kaki), dibandingkan dengan lapisan es Antartika Barat yang hanya 3-4 m (10-13 kaki). (mro)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Menhut Raja Juli Ditantang Buka Kembali Kasus Pembalakan Liar Aziz Wellang

Komisi IV DPR Sesalkan Menhut Raja Juli Foto Bareng Tersangka Pembalakan Liar

Pagi ini, Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Kedua di Dunia

4 Hotel di Puncak Cemari Ciliwung Disegel, 18 Lainnya Masih Diperiksa KLH

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Komisi IV DPR Desak Investigasi Pemberi Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Rekam Jejak PT ASP Pengelola Nikel Raja Ampat, Terafiliasi dengan Raksasa Tambang Asal China yang Punya Proyek Besar di Indonesia

Komisi XII DPR Singgung Pemulihan Kawasan setelah Izin 4 Perusahaan Tambang di Raja Ampat Dicabut

Langgar Aturan dan Merusak Alam, Prabowo Akhirnya Hentikan Langsung Izin Tambang Nikel di Raja Ampat

Kerusakan Alam Raja Ampat akibat Tambang Nikel: Merusak Sumber Pangan Biru Masyarakat Lokal
