Sikap Keras Amerika Serikat Terhadap Iran Bisa Picu Perang Kawasan


Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian (ANTARA FOTO/REUTERS pool)
MerahPutih.Com - Penarikan diri Amerika Serikat terhadap penjanjian nuklir Iran disesalkan sejumlah negara Barat. Amerika Serikat bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi yang lebih berat lagi kepada Iran.
Menanggapi ancaman itu, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian memperingatkan sikap keras AS terhadap Iran bisa memicu 'ketegangan tinggi' serta menyulut perang di kawasan tersebut.
"Kita berada pada kegoyahan parah. Segalanya ditanggapi dengan sikap membara," kata Le Drian.
Diplomat Prancis itu mengatakan dalam wawancara dengan radio France Inter bahwa sikap Washington berisiko semakin membahayakan kawasan tersebut.

Sebelumnya, pada pekan ini, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengancam menjatuhkan "sanksi terberat dalam sejarah" terhadap Iran jika negara itu menolak mengekang program peluru kendali balistik serta pengaruhnya di kawasan tersebut.
Le Drian mengatakan sebagaimana dilansir Antara dari Reuters menyatakan ketidaksetujuan terhadap sanksi AS kepada Iran.
"Kita tidak setuju dengan cara itu karena sekumpulan sanksi ini, yang akan dikenakan terhadap Iran, tidak akan memungkinkan dialog terjadi dan, kebalikannya, akan memperkuat kalangan konservatif serta melemahkan Presiden (Hassan) Rouhani." "(Penjatuhan) sanksi-sanksi ini tidak bisa diterima. Kita tidak bisa membiarkan sanksi-sanksi tersebut menjadi sesuatu yang sah," tambahnya.
Le Drian mengatakan kesepakatan nuklir Iran merupakan "harta yang harus dijaga".

Kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi disebut dengan Rencana Aksi Komprehensif Bersama, ditandatangani pada Juli 2015 oleh Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa, yaitu Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, serta dengan Uni Eropa dan Jerman.
Berdasarkan atas kesepakatan itu, Iran setuju membekukan program nuklirnya sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi internasional.
Presiden AS Donald Trump telah memutuskan untuk menarik AS dari perjanjian itu, yang ditandatangani di bawah pemerintahan pimpinan pendahulunya --Barack Obama.
Trump mengatakan perjanjian tersebut tidak menangani masalah program rudal balistik Iran, kegiatan nuklir Iran setelah 2025 dan peranan negara itu dalam konflik-konflik di Yaman dan Suriah.
Namun, menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di Wina, Iran sejauh ini mematuhi semua persyaratan, yang ditentukan dalam kesepakatan tersebut.

Pejabat tinggi militer Iran menyebut para pemimpin Amerika Serikat tidak setia dan kejam. Pada Rabu (23/5) dalam keterangan di hadapan parlemen di Teheran, Bagheri menegaskan bahwa tidak akan tunduk pada tekanan Washington untuk membatasi kegiatan militer negaranya.
"Angkatan bersenjata Iran kini, insyaallah, lebih siap dari sebelumnya dan tidak akan menunggu izin atau persetujuan dari kekuatan apa pun untuk mengembangkan kemampuan pertahanan," kata Mayor Jenderal Mohammad Bagheri seperti dikutip kantor berita negara IRNA.
Dua minggu sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran, yang mencabut sanksi terhadap Republik Islam tersebut sebagai ganti pengekangan program nuklirnya.
Bagheri, Pemimpin Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, menyebut para pemimpin AS "tidak setia, kejam, penjahat, terkucil, marah, korup, dan dibayar rezim Zionis", dan mengatakan Washington tidak memiliki keberanian melakukan bentrokan militer dengan Teheran, demikian IRNA.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Pertemuan Puncak Donald Trump dan Kim Jong Un Kemungkinan Besar Ditunda
Bagikan
Berita Terkait
Penembak Charlie Kirk Tertangkap, Diserahkan sang Ayah setelah 33 Jam Buron

Penulis Bikin Komentar Pedas soal Penembakan Charlie Kirk, DC Comics Batalkan Seri Terbaru ‘Red Hood’

Penembak Charlie Kirk masih Buron, FBI Tawarkan Hadiah Rp 1,63 Miliar

NASA Larang Warga Negara China Kerja di Program Antariksa, Antisipasi Tindakan Spionase

Charlie Kirk akan Terima Anugerah Presidential Medal of Freedom dari Presiden AS Donald Trump

Penembak Charlie Kirk masih Berkeliaran, FBI Baru Temukan Senjata yang Digunakan Pelaku

Hubungan Donald Trump-Benjamin Netanyahu Makin Renggang Usai Presiden AS Sebut Serangan Israel ke Doha 'Tindakan Ceroboh'

Penembakan Charlie Kirk Disebut Pembunuhan Politik, hanya Ada 1 Pelaku

Penembakan Charlie Kirk, Polisi Gelar Perburuan Intensif terhadap Tersangka

Profil Charlie Kirk, Politisi AS yang Ditembak hingga Tewas saat Berpidato di Utah
