Kesehatan

Sering Dianggap Remeh, Ini Bahayanya Disfungsi Seksual

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 28 Oktober 2020
Sering Dianggap Remeh, Ini Bahayanya Disfungsi Seksual

Bantuan medis akan dapat menolong pengidap disfungsi ini. (Foto: Unsplash/Dainis Graveris)

Ukuran:
14
Audio:

SEKSUALITAS membawa pengaruh besar bagi kehidupan pribadi seseorang. Semakin puas urusan ranjangnya maka semakin bahagia hidupnya. Itu semua tentu bisa dicapai jika mereka memiliki fisik yang prima. Namun, tidak semua orang terberkati dengan fisik yang prima.

Ada beberapa pria yang harus berhadapan dengan masalah disfungsi seksual. Disfungsi seksual yakni sebuah kondisi dimana terjadi penurunan dorongan seksual (libido atau gairah) dan kelainan ejakulasi. Ada berbagai hal yang dapat mempengaruhi disfungsi seksual mengingat fungsi seksual melibatkan proses yang kompleks mulai dari sistem syaraf, hormon, dan pembuluh darah.

Baca Juga:

Adiksi Film Dewasa Ancam Kesehatan

ereksi
Berbagai jenis ereksi pada pria. (Foto: The Journal of Sexual Medicine)

Ketika terjadi kelainan pada sistem ini, baik oleh penyakit, obat-obatan, gaya hidup, atau sebab lain dapat mempengaruhi proses ereksi, ejakulasi, dan orgasme. Walaupun sebenarnya ini masalah serius, disfungsi seksual sering dianggap remeh dan dianggap tabu untuk dibicarakan.

Nyatanya sebanyak 52% pria berusia 40-70 tahun sudah mengalami gejala disfungsi ereksi. Di Indonesia, prevalensi disfungsi ereksi pada populasi berusia 20-80 tahun cukup tinggi yaitu 35,6%. Angka kejadian ini meningkat seiring bertambahnya usia.

“Dalam manajemen disfungsi ereksi, dilakukan pemeriksaan komprehensif untuk menentukan faktor penyebab dan selanjutnya memilih terapi yang tepat dan optimal. Sebelum melakukan prosedur terapi, perlu adanya pemahaman akan ekspektasi pasien sehingga terapi yang dipilih nantinya sudah dipahami dengan baik," ujar Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K), dokter spesialis Urologi, Departemen Medik Urologi FKUI-RSCM.

Berapapun derajat disfungsi ereksi yang dialami oleh pasien, manajemen disfungsi ereksi selalu dimulai dari 3 hal, yaitu terapi penyebab DE yang bisa disembuhkan (curable), eliminasi faktor risiko dengan modifikasi gaya hidup, serta edukasi dan konseling pasien dan pasangan.

Selanjutnya dapat dilakukan terapi yang bersifat spesifik untuk tiap-tiap pasien, berkaitan dengan toleransi, invasiness (operatif vs non- operatif), efektivitas, biaya, keamanan, dan ekspektasi pasien.

Baca Juga:

Sering Dijadikan Obat, Heroin Ternyata Mengancam Penggunanya

ereksi
Dr. dr. Nur Rasyid Sp.U(k), pengobatan disfungsi seksual butuh penanganan kompleks. (Foto: istimewa)

Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ (K), Departemen Medik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-
RSCM menjelaskan beberapa penelitian menemukan bahwa disfungsi seksual pada pria ternyata juga dapat memicu terjadinya masalah atau gangguan jiwa tertentu.

"Beberapa masalah kejiwaan yang memicu disfungsi seksual misalnya kecemasan yang menetap, adanya masalah marital yang memicu terjadinya disfungsi seksual, depresi, perasaan bersalah, stres, trauma, adiksi pornografi yang memicu timbulnya pornography induced erectile dysfunction,” urainya.

“Individu dengan disfungsi seksual perlu melakukan konsultasi dengan psikiater agar dapat dikenali secara dini
masalah kesehatan jiwa yang mungkin ada sehingga dapat diberikan tatalaksana yang sesuai," demikian anjurannya.

Baca Juga:

Pentingnya Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Masyarakat di Tengah Pandemi

ereksi
Disfungsi seksual dapat terjadi karena faktor depresi. (Foto: Pexels/Nathan Cowley)

Pada umumnya tata laksana dalam bidang psikiatri diberikan dengan konsep biopsikososial, yaitu terapi yang bersifat biologik seperti pemberian psikfarmakoterapi sesuai dengan kebutuhan pasien. Selain itu juga memberikan terapi psikososial seperti psikoterapi suportif yang bertujuan untuk mendukung atau mempetahankan sistem ego agar terus dapat berfungsi dengan baik, memperbaiki fungsi adaptif pasien, serta membantu pasien agar memiliki rasa percaya diri yang lebih optimal.

"Selain itu juga dapat diberikan jenis psikoterapi lain berupa psikoterapi yang bersifat re-edukatif seperti terapi kognitif perilaku untuk membantu pasien mengenali berbagai pikiran negatif yang mencetuskan timbulnya emosi maladaptif dan menuntun pasien mencari berbagai alternatif pikiran yang lebih adaptif sehingga bisa
mengatasi emosi negatif dan mampu membuat pasien merasa lebih nyaman," jelasnya.

Jika diperlukan juga dapat dilakukan psikoterapi yang berorientasi psikoanalitik untuk merekonstruksi kepribadian pasien atau meningkatkan tilikan pasien terhadap dirinya dan juga sekitarnya,” tambahnya. (avia)

Baca juga:

Jaga Imunitas dengan Makanan ini

#Kesehatan #Kesehatan Mental #Disfungsi Ereksi
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Bagikan