Adiksi Film Dewasa Ancam Kesehatan


Adiksi film dewasa menimbulkan fantasi seksual tidak realistis (Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio)
NONTON video dewasa membawa dampak begitu berbahaya bagi kesehatan psikologis seseorang, terutama pria. Fisik pria juga akan terkena dampaknya jika kecanduan konten dewasa.
"Adiksi pornografi juga merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan disfungsi seksual pada laki-laki," ujar Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K), Departemen Medik Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI - RSCM.
Baca juga:
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan adiksi pornografi dan masturbasi yang eksesif pada pria akan menimbulkan fantasi seksual tidak realistis. Hal tersebut dapat memicu timbulnya pornography induced erectile dysfunction.
Padahal ereksi itu adalah hal utama supaya dapat memuaskan pasangan. "Bagi laki-laki kehilangan fungsi seksual adalah suatu hal yang memalukan," tuturnya.

Profesor Tjhin mengatakan penurunan gairah seksual (libido) tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik seseorang tetapi juga kesehatan jiwa. "Kemampuan berpikir kritis dan rasional akan hilang ketika terjadi disfungsi seksual," ucapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, seorang psikiater akan melakukan pemeriksaan psikiatrik seperti mencari tahu riwayat kehidupan pribadi, relasi emosi dengan orang yang bermakna dalam hidupnya, riwayat perkembangan psikososial, ego, superego, moral dan kognitif serta mengevaluasi kehidupan pernikahan, atau keluarganya.
Baca juga:
Lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan status mental seperti aktivitas psikomotor, mood, gangguan persepsi, fungsi kognitif, gangguan proses berpikir, hingga insight. Dan diakhiri dengan diagnosa. "Hasil diagnosis itu meliputi masalah kesehatan jiwa, diagnosis multiaksial dan diagnosis psikodinamik," urainya.

Dari hasil diagnosa tersebut, psikiater bisa mengambil langkah terapi yang tepat untuk pasien. "Psikiater akan memberikan terapi psikososial seperti psikoterapi suportif yang bertujuan untuk mendukung atau mempertahankan sistem ego agar terus dapat berfungsi dengan baik, memperbaiki fungsi adaptif pasien, serta membantu pasien agar memiliki rasa percaya diri yang lebih optimal," urainya panjang lebar.
Selain itu, pasien perlu mendapat pandangan dari aspek sosio kultural. "Psikiater bisa memberikan pendekatan tatalaksana sesuai dengan konteks sosial dan kultur yang berlaku disertai dengan pendekatan spiritual sesuai dengan kebutuhan pasien," tukasnya. (avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
