Rupiah Anjlok Tembus Rp 16.000, BI Disarankan Naikan Suku Bunga Acuan
Uang dolar AS dan uang rupiah, Jakarta, Selasa (31/1/2023). ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom/aa. (ANTARA FOTO/RENO ESNIR)
MerahPutih.com - Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate akibat untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang terus anjlok setelah lebaran.
"Bank sentral Indonesia walaupun terus melakukan intervensi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) berupa valuta asing dan obligasi, kemungkinan terbesar tidak akan cukup kuat untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah," kata Ekonom Ibrahim Assuaibi, kepada awak media di Jakarta, Selasa (16/4).
Baca juga:
Rupiah Anjlok Pasca-Lebaran, Tembus di Atas Rp 16.000 per USD
Usai libur Lebaran 2024, rupiah melemah karena penguatan indeks USD menyusul menguatnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah khususnya konflik Iran dan Israel. Dilansir dari antara, kurs Rupiah turun hingga melampaui Rp 16.000 per dolar AS hari ini.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Maret 2024, BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap ditahan di level 5,25 persen, dan suku bunga lending facility dipertahankan sebesar 6,75 persen. Adapun, BI baru akan menggelar RDG BI pada 23-24 April 2024 pekan depan, salah satunya untuk menetapkan besaran BI-Rate.
"Sehingga dalam pertemuan di bulan ini Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin guna menstabilkan mata uang rupiah," ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka itu.
Baca juga:
Untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, Ibrahim menuturkan pemerintah harus terus melakukan intervensi melalui operasi pasar di mana harga-harga bahan pokok yang terus mengalami kenaikan perlu dikendalikan sehingga inflasi dapat terus terjaga dalam kisaran sasaran.
Di sisi lain, pemerintah juga harus tetap menggelontorkan bantuan sosial (bansos), bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan lainnya agar konsumsi masyarakat terus berlanjut.
Ibrahim menambahkan konsumsi masyarakat yang meningkat di momen Ramadhan dan Lebaran 2024, kemungkinan besar akan mengangkat pertumbuhan ekonomi 0,12 sampai 0,18 persen. Konsumsi domestik yang meningkat akan mendorong pertumbuhan ekonomi. (*)
Baca juga:
Rupiah Anjlok Tembus Rp 16.000, BI Disarankan Naikan Suku Bunga Acuan
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Nilai Tukar Rupiah Melemah Seiring Periode Blackout The Fed
Faktor Yang Bisa Bikin Redenominasi Rupiah Gagal Versi Analis Ekonomi Politik
Begini Tahapan Redenominasi, Butuh Waktu 6 Tahun
Menkeu Purbaya: Kewenangan Pelaksanaan Redenominasi Rupiah Berada di Bank Sentral
Istana Tegaskan Waktu Pemberlakuan Redenominasi Rupiah Masih Jauh
Target RUU Redenominasi Rupiah Rampung 2027, BI Tegaskan Butuh Persiapan Matang
Inflasi Diklaim Terkendali, Rupiah Menguat
Pemerintah AS Bakal Shutdown, Rupiah Diproyeksi Menguat
Pemerintah Tempatkan Duit Rp 200 Triliun di Bank, Rasio Kredit Membaik
Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Masalah Fiskal dan Politik Jadi Pemicu