Rupiah Anjlok Pasca-Lebaran, Tembus di Atas Rp 16.000 per USD


Pecahan seratus ribu rupiah di atas uang dolar AS, pada pusat uang tunai sebuah bank di Jakarta. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
MerahPutih.com - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap USD dibuka merosot usai liburan Lebaran. Pada awal perdagangan Selasa (16/4) pagi, rupiah turun 240 poin atau 1,51 persen menjadi Rp 16.088 per USD, dari penutupan perdagangan sebelum libur Lebaran 5 April 2024 lalu Rp 15.848 per USD.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra melihat anjloknya rupiah ini tidak lepas dari faktor eksternal yang terjadi secara global. Yakni, dipicu konflik Iran dan Israel, serta sentimen penundaan pemotongan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Baca juga:
Rupiah Terus Melemah, Belum Bisa Keluar dari Zona Rp 15.900-an per Dolar
"Sentimen penundaan pemangkasan suku bunga acuan AS dan tensi konflik geopolitik yang meninggi telah mendorong penguatan dolar AS belakangan ini," kata Ariston, di Jakarta, dilansir dari Antara, Selasa (16/4).
Menurut Ariston, rupiah berpotensi melemah terhadap USD di hari kerja pertama pascalibur Lebaran. Indeks USD saat ini sudah bergerak di atas kisaran 106. Selama libur Lebaran di kisaran 105 dan sebelum Lebaran di kisaran 104.
Konflik di Timur Tengah terutama serangan balasan Iran yang langsung ke Israel meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut dan mengundang kekhawatiran pasar akan munculnya perang baru.
Ariston mengatakan perang akan menyebabkan gangguan suplai, meningkatkan inflasi, memicu pelambatan ekonomi global sehingga pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dan memicu penguatan USD dan harga emas sebagai aset aman.
Baca juga:
Selama libur Lebaran, rilis data inflasi konsumen AS bulan Maret lebih ditunggu, untuk membaca peluang bank sentral AS atau The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan AS. Sementara itu, ekspektasi pasar menurun terhadap pemotongan suku bunga AS dalam waktu dekat.
Pagi ini, juga akan dirilis data produk domestik bruto (PDB) Tiongkok kuartal pertama dengan perkiraan 4,8 persen. Bila rilis di bawah angka tersebut, itu akan menambah tekanan untuk aset berisiko termasuk rupiah karena perekonomian Tiongkok yang melambat bisa mempengaruhi perekonomian global. (*)
Baca juga:
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Masalah Fiskal dan Politik Jadi Pemicu

Pasar Melemah dan Rupiah Bisa Capai Rp 16.500 Per Dolar AS, Airlangga Minta Investor Tetap Tenang

Langkah BI Stabilkan Rupiah di Tengah Ketegangan Aksi Demo

Pedagang Tolak Transaksi Uang Logam Rp 100 dan Rp 200 Bisa Dipidana, BI Sebut Hukumannya 1 Tahun Bui

Kebijakan Bank Sentral AS Bikin Rupiah Melemah, Tarif Trump Bakal Dorong Inflasi

Rupiah Melemah Imbas Penerapan Tarif Produk Indonesia 32 Persen Oleh Trump

Rupiah Menguat Didukung Sentimen Gencatan Senjata Israel dan Iran, Tapi Bakal Sulit di Bawah Rp 16.200 Per Dolar Amerika

Panasnya Konflik Iran-Israel Ancam Kantong Rakyat Indonesia, Rupiah Bisa Babak Belur?

Pelemahan Rupiah Ditahan Keputusan BI Pertahankan Suku Bunga

Sri Mulyani Akui Rupiah Terkena Imbas Kebijakan Tarif Trump, Fundamental Diklaim Kuat
