Rindunya Masa-Masa Sulit Ibu Hamil dan Menyusui di Bulan Ramadan


Ibu hamil dapat keringanan untuk tidak berpuasa saat bulan ramadan (Sumber: Pexels/Mart Production)
PERJALANAN ibu hamil dan menyusui mengalami masa cukup berliku saat memasuki bulan suci Ramadan. Mereka berada dalam dilema harus memilih antara memenuhi nutrisi si kecil atau memenuhi kewajiban sebagai umat muslim. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Bamed, dr. Muhammad Fadli, SpOG menganjurkan ibu hamil di trimester awal sebaiknya tidak berpuasa.
Menurutnya, puasa saat hamil muda mungkin bisa sedikit berisiko bagi ibu hamil. "Hamil muda merupakan tahap janin membutuhkan banyak sekali nutrisi penting," ujarnya. Selain itu, ibu hamil juga rentan mengalami mual dan muntah di trimester pertama.
Baca Juga:
Jika berpuasa, tentu bisa menyebabkan ibu dehidrasi. Ketika sudah masuk ke trimester kedua dan ketiga pun ibu hamil ingin puasa tentu harus berkonsultasi dengan dokter kandungannya untuk melihat apakah ada potensi yang membahayakan kesehatan atau tidak.
Survey dilakukan J Joosoph dan J Abu berjudul A Survey of Fasting During Pregnancy terbitan Singapore Medicine Journal, menyebutkan dari 182 responden ibu muslim hamil berpuasa sebulan penuh sebanyak 33 persen, tidak penuh 54 persen, dan sisanya tidak berpuasa sebanyak 13 persen.
Ritta ingat betul betapa beratnya hamil muda di saat bulan Ramadan. Ia bersikeras ingin tetap berpuasa. Tentu saja ibu muda tersebut ingin lengkap secara lahiriah dan batiniah.
Hari pertama puasa, semua berjalan biasa saja. Pusing dan haus dirasakan. Hanya saja Ritta menganggap itu reaksi biologis biasa. Semua pasti pernah merasa haus dan pusing saat puasa. Jadi ia tetap bersemangat menjalani puasa full di hari pertama.
Memasuki hari kedua, tubuhnya mulai lemas. Ia masih menganggap itu hal biasa. "Kan enggak dapat asupan makanan. Wajar aja kalo lemas," pikirnya saat itu tetap bertekad untuk puasa penuh di hari kedua.

Namun, mimpi buruk itu datang saat memasuki puasa hari ketiga. Ia mual luar biasa. Orang-orang terdekat memintamya untuk berhenti puasa. Karena sudah tidak kuat, akhirnya ia batalkan puasa meski dengan berat hati. Hari keempat resmi tidak puasa.
Namun, tahukah kalori masuk ke tubuhnya justru jauh lebih sedikit dari orang-orang sedang berpuasa. Tidak ada satu pun makanan bisa masuk dengan benar ke lambungnya. Semua makanan masuk akan kembali dimuntahkan. Demikian juga minuman, bahkan air mineral.
Tangannya dingin dan gemetar. Tubuhnya sempoyongan setiap kali mencoba berdiri. Ia hanya bisa berbaring di kasur. Rasa tidak nyaman di lambung dan kepala membuat kepayahan. Hal tersebut terus terjadi berhari-hari. Ia hamil tiga bulan, tapi bobotnya justru menyusut 10 kilogram. Luar biasa, bukan?
Hari Lebaran sejatinya disambut suka cita justru berubah jadi duka cita. Tubuhnya semakin melemah. Suara muntah bersahut-sahutan dengan takbir berkumandang di masjid. Sore harinya diputuskan untuk ke rumah sakit mengecek kondisi badan dan kandungannya.
Baca Juga:
Sesampai di sana, dokter bilang detak jantung janinnya amat kencang. Hal tersebut terjadi karena sang ibu dehidrasi akut. Dokter menyarankan opname agar bisa diobservasi lebih lanjut. Ia pasrah. Tidak disadari keinginannya untuk tetap mematuhi perintah agama justru bisa membahayakan kesehatannya dan janinnya.

Malam itu, di tengah heningnya malam. Ia sendirian di ruang IGD. Tidak ada orang menemani. Karena angka kejadian COVID-19 lagi tinggi-tingginya, ia harus tes PCR dulu sebelum masuk ke kamar rawat inap. Ia harus di IGD sembari menunggu hasil PCR keluar.
Di momen tersebut, ia banyak berkontemplasi tentang sebenarnya apa perjuangannya, iman atau ego?
Dua tahun berlalu, kini ia justru menemukan perspektif baru begitu indah dari kejadian tersebut. Mimpi buruk kini berganti menjadi memori begitu dirindukan.
Dari kejadian tersebut, ia justru lebih bisa menikmati esensi berpuasa. Bukan tentang menahan rasa lapar dan hausnya menjadi hal utama, melainkan bagaimana bisa lebih dekat Tuhan di Bulan Ramadan. Bagaimana justru Tuhan memberi ribuan jalan bagi siapa pun jika ingin dekat denganNya di bulan suci penuh berkah ini. (Avia)
Bagikan
Berita Terkait
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Pahami Tanda Bahaya dan Persiapan Persalinan

Studi Terbaru Ungkap Respons Tubuh Selama Kita Berpuasa

Ingat! Pasangan Subur Harus Rencanakan Kehamilan

Risiko dan Manfaat Seks Selama Kehamilan

Hormon Kehamilan Bawa Perubahan pada Rambut Hitam

Minum Kopi saat Buka Puasa, Amankah?

Baiknya Hindari Obat Kumur yang Mengandung Alkohol

Terlalu Sedikit Makan saat Berbuka Turunkan Metabolisme Tubuh

Tubuh Tetap Fit dan Tak Gampang Mengantuk selama Berpuasa
