Studi Terbaru Ungkap Respons Tubuh Selama Kita Berpuasa


Perubahan pada protein yang membentuk struktur pendukung sel-sel otak kita. (Foto: Pexels/Zak Chapman)
MerahPutih.com - Puasa Ramadan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024. Selama ini, puasa telah dipraktekkan ratusan Umat Muslim di seluruh dunia.
Tradisi berpuasa juga tersua di banyak budaya dan agama lain. Nenek moyang manusia juga dipaksa untuk beradaptasi dengan kondisi tanpa makanan dalam waktu lama. Hasilnya, tubuh manusia telah berevolusi untuk bertahan dan berkembang melalui puasa dalam jangka waktu lama.
Selama berpuasa, tubuh mengubah sumber bahan bakarnya, beralih dari gula yang mudah didapat menjadi memecah simpanan lemaknya sendiri.
Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Metabolism mengungkap respons menakjubkan tubuh selama kita berpuasa.
Baca juga:
Para peneliti dari Queen Mary University di London dan Sekolah Ilmu Olahraga Norwegia mengamati 12 sukarelawan yang sehat selama tujuh hari berpuasa hanya dengan air.
"Para relawan diawasi secara ketat untuk melacak perubahan kadar berbagai penanda protein dalam darah mereka, sehingga memberikan gambaran sederhana tentang respons tubuh terhadap perubahan lingkungan," tulis newsweek.com (1/3).
Para peneliti mengamati para peserta beralih dari glukosa ke lemak sebagai sumber bahan bakar utama mereka dalam dua hingga tiga hari pertama puasa. Secara total, para relawan kehilangan rata-rata 5,7 kilogram massa lemak dan massa tanpa lemak.
Para peneliti juga mengamati perubahan nyata pada biomarker darah partisipan setelah tiga hari berpuasa. Hasilnya menunjukkan bahwa puasa tiga hari memicu respons seluruh tubuh. Perubahan pada protein yang membentuk struktur pendukung sel-sel otak kita.
“Untuk pertama kalinya, kita dapat melihat apa yang terjadi pada tingkat molekuler di seluruh tubuh saat kita berpuasa,” kata Claudia Langenberg, Direktur Precision Health University Research Institute (PHURI) Queen Mary.
“Jika dilakukan dengan aman, puasa mendorong penurunan berat badan yang efektif. Pola makan populer yang menggabungkan puasa—seperti puasa intermiten—mengklaim memiliki manfaat kesehatan selain penurunan berat badan," lanjut Claudia.
Namun hal itu baru terlihat setelah tiga hari berpuasa.
Selain itu, peneliti menemukan manfaat berpuasa untuk mengobati beberapa kondisi. Meskipun begitu, puasa bukanlah pilihan bagi pasien yang menderita penyakit.
“Kami berharap temuan ini dapat memberikan informasi mengapa puasa bermanfaat dalam kasus tertentu, yang kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan pengobatan yang dapat dilakukan pasien,” kata Maik Pietzner, Ketua Pemodelan Data Kesehatan PHURI. (dru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Puasa Tasua dan Asyura 2025: Jadwal, Keutamaan, dan Niat Lengkap

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
