Sains

Studi Terbaru Ungkap Respons Tubuh Selama Kita Berpuasa

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Senin, 04 Maret 2024
Studi Terbaru Ungkap Respons Tubuh Selama Kita Berpuasa

Perubahan pada protein yang membentuk struktur pendukung sel-sel otak kita. (Foto: Pexels/Zak Chapman)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Puasa Ramadan 1445 H jatuh pada 11 Maret 2024. Selama ini, puasa telah dipraktekkan ratusan Umat Muslim di seluruh dunia.

Tradisi berpuasa juga tersua di banyak budaya dan agama lain. Nenek moyang manusia juga dipaksa untuk beradaptasi dengan kondisi tanpa makanan dalam waktu lama. Hasilnya, tubuh manusia telah berevolusi untuk bertahan dan berkembang melalui puasa dalam jangka waktu lama.

Selama berpuasa, tubuh mengubah sumber bahan bakarnya, beralih dari gula yang mudah didapat menjadi memecah simpanan lemaknya sendiri.

Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Metabolism mengungkap respons menakjubkan tubuh selama kita berpuasa.

Baca juga:

Menghindari Lemas dan Ngantuk Saat Puasa

Para peneliti dari Queen Mary University di London dan Sekolah Ilmu Olahraga Norwegia mengamati 12 sukarelawan yang sehat selama tujuh hari berpuasa hanya dengan air.

"Para relawan diawasi secara ketat untuk melacak perubahan kadar berbagai penanda protein dalam darah mereka, sehingga memberikan gambaran sederhana tentang respons tubuh terhadap perubahan lingkungan," tulis newsweek.com (1/3).

Para peneliti mengamati para peserta beralih dari glukosa ke lemak sebagai sumber bahan bakar utama mereka dalam dua hingga tiga hari pertama puasa. Secara total, para relawan kehilangan rata-rata 5,7 kilogram massa lemak dan massa tanpa lemak.

Para peneliti juga mengamati perubahan nyata pada biomarker darah partisipan setelah tiga hari berpuasa. Hasilnya menunjukkan bahwa puasa tiga hari memicu respons seluruh tubuh. Perubahan pada protein yang membentuk struktur pendukung sel-sel otak kita.

“Untuk pertama kalinya, kita dapat melihat apa yang terjadi pada tingkat molekuler di seluruh tubuh saat kita berpuasa,” kata Claudia Langenberg, Direktur Precision Health University Research Institute (PHURI) Queen Mary.

“Jika dilakukan dengan aman, puasa mendorong penurunan berat badan yang efektif. Pola makan populer yang menggabungkan puasa—seperti puasa intermiten—mengklaim memiliki manfaat kesehatan selain penurunan berat badan," lanjut Claudia.

Namun hal itu baru terlihat setelah tiga hari berpuasa.

Selain itu, peneliti menemukan manfaat berpuasa untuk mengobati beberapa kondisi. Meskipun begitu, puasa bukanlah pilihan bagi pasien yang menderita penyakit.

“Kami berharap temuan ini dapat memberikan informasi mengapa puasa bermanfaat dalam kasus tertentu, yang kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan pengobatan yang dapat dilakukan pasien,” kata Maik Pietzner, Ketua Pemodelan Data Kesehatan PHURI. (dru)

Baca juga:

Cara Puasa Ramadan Buat Turunkan Berat Badan

#Puasa #Manfaat Puasa #Ramadan #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Puasa Tasua dan Asyura 2025: Jadwal, Keutamaan, dan Niat Lengkap
Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025: Puasa Tasua (9 Muharram): Sabtu, 5 Juli 2025 Puasa Asyura (10 Muharram): Minggu, 6 Juli 2025
ImanK - Kamis, 03 Juli 2025
Puasa Tasua dan Asyura 2025: Jadwal, Keutamaan, dan Niat Lengkap
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Bagikan