Prospek Suram Penyaluran Kredit Perbankan


Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
MerahPutih.com - Kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang agresif diproyeksikan memicu kekhawatiran resesi di berbagai negara. Selain itu, inflasi yang tinggi akan mengurangi belanja konsumen, yang saat ini sudah terdampak COVID-19.
Para eksekutif bank di Amerika Serikat memperingatkan permintaan kredit dapat melemah akhir tahun ini, jika prospek ekonomi yang memburuk mulai melukai kepercayaan konsumen.
Baca Juga:
Data Inflasi AS Tekan Laju Kripto
JPMorgan Chase & Co dan Wells Fargo & Co, dua pemberi pinjaman terbesar AS, mengatakan, pembukuan pinjaman mereka tumbuh pada kuartal kedua masing-masing sebesar 7,0 persen dan 8,4 persen, dibandingkan tahun lalu, dengan sedikit tanda-tanda kualitas kredit yang memburuk.
Dua raksasa keuangan ini memperkirakan pinjaman tumbuh pada pertengahan hingga satu digit tahun ini karena kenaikan suku bunga Fed yang meningkatkan pendapatan bunga bersih.
Citigroup mengatakan, hasil pinjaman bruto telah meningkat selama lima kuartal berturut-turut dan mencapai 5,81 persen pada kuartal kedua.
"Hasil di kuartal kedua 2022 sejauh ini memperkuat pandangan positif kami," tulis analis di Wells Fargo/
Wells Fargo, JPMorgan dan Citigroup semuanya mengatakan, klien korporasi meminjam lebih banyak pada kuartal kedua, seringkali untuk menutupi peningkatan biaya yang disebabkan oleh melonjaknya inflasi.
JPMorgan, misalnya, melihat pertumbuhan yang kuat dalam pinjaman korporasi dan industri, yang tumbuh 6,0 persen karena penggunaan fasilitas revolving yang lebih tinggi dan pembukaan rekening baru, sementara pinjaman real estat komersial tumbuh 3,0 persen.
Citigroup mengatakan, pinjaman di Institutional Clients Group-nya tumbuh 3,0 persen, dengan eksekutif mencatat bahwa beberapa di antaranya didorong oleh lonjakan volatilitas pasar yang dipicu oleh konflik di Ukraina.
"Kami melihat peningkatan pinjaman karena klien kami cenderung kurang mendapatkan pembiayaan melalui pasar utang mengingat perubahan baru-baru ini," CEO Citi Jane Fraser dikutip Antara.
Direktur Riset, Industri dan Ekuitas CFRA Research Kenneth Leon memperkirakan, pertumbuhan pinjaman komersial akan datar di paruh kedua, sementara pinjaman konsumen kemungkinan akan menurun karena risiko resesi, meskipun hanya dangkal.
Sementara pinjaman hipotek (KPR) menurun karena kenaikan suku bunga merupakan hambatan pada portofolio pinjaman konsumen, pinjaman kartu kredit naik walaupun JPMorgan dan Wells Fargo melaporkan lonjakan 17 persen.
Sementara, pinjaman rata-rata untuk divisi personal banking dan manajemen kekayaan Citi, yang mencakup kartu, naik sekitar 4,0 persen dari tahun lalu.
"Saya tidak berpikir apa yang telah kita lihat di kuartal kedua akan terus terjadi pada kecepatan yang sama," kata Chief Financial Officer Wells Fargo Mike Santomassimo kepada para analis.
Morgan Stanley mencatatkan pinjamannya tumbuh sebesar USD 7,0 miliar, terutama didorong oleh manajemen kekayaan klien yang mengambil hipotek atau pinjaman yang didukung oleh investasi. Tetapi di antara klien-klien kaya, pinjaman diperkirakan akan berkurang karena kenaikan suku bunga, membuat hipotek lebih mahal, dan pasar yang merosot mengurangi nilai investasi ekuitas.
"Kami benar-benar belum melihat adanya retakan besar terkait kesehatan konsumen. Kualitas kredit masih sangat bagus tapi itu mungkin akan goyah sekitar tahun depan," ujar CFO Sharon Yeshaya
Pejabat Fed mengisyaratkan pada Jumat (15/7) kemungkinan akan tetap dengan kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli. (*)
Baca Juga:
Inflasi Melonjak, Pemerintah Harus Jaga Daya Beli Warga
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Alasan Bitcoin Jadi Solusi Investasi Menarik di Tengah Ancaman Inflasi

Biar Rakyat Senang Saat Belanja, Mendagri Perintahkan Daerah Tahan Inflasi Maksimal di 3,5 Persen

Harga Beras Berikan Kontribusi Inflasi Terbesar Kelompok Pangan Setelah Bawang Merah

Angka Kemiskinan Jakarta Year On Year Turun, Gubernur Klaim Berhasil Kendalikan Inflasi

Strategi Sukses Jakarta Kendalikan Inflasi Jadi Kunci Stabilitas Harga Pangan dan Distribusi Efisien

Dalam 20 Bulan Terakhir Harga Emas Alami Lonjakan Tertinggi di April 2025

IMF Ramalkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Anjlok, Istana Optimis Masih akan Baik-Baik Saja

Sekjen Gerindra Sebut Megawati Ajarkan Prabowo soal Pemulihan Ekonomi

Inflasi Jakarta 2 Persen di Maret 2025, Tarif Listrik Jadi Penyumbang Terbesar

Pemerintah Didesak Percepat Stimulus untuk Meredam Dampak Gejolak Ekonomi
