Perempuan, Pertanian, dan Kekuatan Ekonomi

Zulfikar SyZulfikar Sy - Selasa, 03 Desember 2019
Perempuan, Pertanian, dan Kekuatan Ekonomi

Ketua Umum DPN Perempuan Tani HKTI Dian Novita Susanto. (Foto: MP/Istimewa)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Sampai saat ini masih banyak persepsi yang salah dalam masyarakat kita tentang perempuan. Perempuan selalu dipersepsikan seorang yang lemah, yang hanya bergantung kepada setiap laki-laki, rapuh, dan tidak bisa diandalkan. Namun jika kita melihat lebih jauh, perempuan adalah makhluk yang sangat luar biasa dikarenakan kecakapan mereka yang sungguh luar biasa. Kita bisa melihat contoh mudah saja ketika sang ibu melahirkan dan dalam menjaga sekaligus mendidik anak sang ibu melakukan keduanya sekaligus.

Data membuktikan sektor pertanian Indonesia tidak akan bisa dilepaskan dari peran petani perempuan yang jumlahnya lebih besar dari pada petani laki-laki yaitu sekitar 76 ,84 % (ST2 013 ). Tentunya dengan jumlah yang sebesar itu lebih dari cukup mereprensentasikan peran perempuan yang begitu besar di bidang pertanian. Peran perempuan pada kegiatan pertanian sangat substansial. Dalam berbagai hasil penelitian, kesemuanya menyebut ada pembagian kerja seksual di mana perempuan melakukan kerja selama proses produksi yang meliputi penanaman, pemeliharaan, panen, pascapanen, pemasaran, baik yang bersifat manajerial tenaga buruh, pada komoditi tanaman pangan atau pun tanaman industri yang diekspor. Beberapa pekerjaan malah dianggap sebagai pekerjaan perempuan seperti halnya menanam bibit, menabur benih, dan menyiang. Tidak hanya itu, pada tanaman pangan seperti padi, mulai dari penanaman di sawah hingga menjadi nasi untuk di hidangkan ke meja makan paling banyak perannya dimainkan oleh perempuan.

Ketua Umum DPN Perempuan Tani HKTI Dian Novita Susanto. (Foto: MP/Istimewa)

Kondisi ini menjadi sebuh fakta bahwa peranan perempuan di sektor pertanian merupakan hal yang tidak dapat dibantah. Pembagian kerja antara lelaki dan perempuan di dunia pertanian khususnya pertanian tanaman pangan sangat jelas terlihat. Pria umumnya bekerja untuk kegiatan yang memerlukan kekuatan atau otot sedangkan perempuan bekerja untuk kegiatan yang memerlukan ketelitian dan kerapihan atau yang sifatnya banyak memakan waktu.

Yang menjadi persoalan bagi perempuan petani Indonesia saat ini masih mengalami rintangan dalam banyak hal. Data menyebutkan sekitar 40% petani skala kecil adalah perempuan, yaitu sebesar 7,4 juta pada tahun 2013. Perempuan berperan pada hampir semua tahap produksi namun mereka kekurangan akses terhadap layanan tanah, kredit, dan penyuluhan.

Pada tahun 2003, hanya sepertiga tanah bersertifikat di Jawa yang dimiliki oleh perempuan. Meskipun Undang-Undang Pernikahan 1974 mengatur tentang kepemilikan istri, hal ini jarang dipraktikkan dalam pembuatan sertifikat karena rendahnya tingkat pendidikan dan juga tingginya pola pikir patriarki untuk menempatkan nama pria di sertifikat. Akses lahan yang tidak setara berarti juga akses kredit yang tidak setara, karena sertifikat tanah digunakan untuk agunan kredit. Hal ini memilliki dampak nyata pada kehidupan perempuan petani dan keluarga mereka. (binadesa.org, 2014).

Selain akses terhadap kepemilikan tanah dan kredit, penyuluh pertanian lapangan cenderung mengabaikan petani perempuan. Terdapat asumsi bahwa pekerjaan pertanian yang dilakukan oleh perempuan dipandang sebagai pekerjaan sampingan dari pekerjaan rumah tangga mereka atau hanya sebatas membantu laki-laki di bidang pertanian. Padahal, perempuan merupakan ujung tombak suatu keluarga dan merupakan sumber kekuatan ekonomi bangsa. Bisa terlihat dari keterlibatan dan peran perempuan yang begitu besar di dalam menggerakkan pertanian.

Seperti diketahui, sektor pertanian di Indonesia saat ini masih menjadi ruang untuk rakyat kecil. Kurang lebih 100 juta jiwa atau hampir separuh dari jumlah rakyat Indonesia bekerja di sektor pertanian didominasi oleh perempuan. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong sektor UMKM di bidang pertanian atau turunannya dengan cara memberikan pelatihan, pemberdayaan, pembimbingan, akses terhadap sumber daya, dan kepemimpinan kepeda petani perempuan. Dengan dorongan tersebut, maka meningkatkan produktivitas pertanian yang didominasi lebih dari setengahnya oleh petani perempuan yang akan berdampak pada peningkatan dan kestabilan pendapatan keluarga.

Petani Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, mencabut benih padi untuk ditanam. (Foto ANTARA/Sutarmi)
Petani Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, mencabut benih padi untuk ditanam. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Selain pemerintah dan stekholder lainnya yang terkait dengan pembangunan pertanian, untuk mendukung kekuatan ekonomi melalui perempuan dan pertanian diperlukan dukungan dari seluruh eleman masyarakat. Tidak hanya datang dari pemerintah, tetapi diperlukan juga dukungan dari para pengusaha yang bergerak di industri pertanian maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat, organisasi-organisasi kemasayarakatan seperti Perempuan Tani HKTI yang konsen terhadap perempuan untuk membangun sektor pertanian.

Pembuat kebijakan perlu memastikan bahwa petani perempuan memiliki akses terhadap sumber daya dan peluang kepemimpinan. Langkah-langkah konkret terhadap hal ini mencakup peningkatan pendidikan anak perempuan, dorongan partisipasi dan kepemimpinan perempuan dalam organisasi pertanian. Upaya-upaya harus dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri perempuan. Selain itu, petani perempuan harus dilengkapi dengan pengetahuan tentang metode adaptasi, dan teknologi prakiraan iklim. (binadesa.org 2014).

Pada akhirnya tujuan dari pembagunan sektor pertanian dengan memberikan dukungan dalam bentuk program-program pertanian yang lebih berpihak kepada perempuan akan meningkatkan pendapatan dan aset perempuan dan ini akan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan rumah tangga. Hal ini telah terbukti bahwa peningkatan pendapatan dan aset perempuan dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga lebih signifikan daripada peningkatan pendapatan pria. Selain itu, keterlibatan perempuan yang lebih besar dalam organisasi pertanian akan membuat proses pengambilan keputusan menjadi lebih baik dan lebih tepat, dan meningkatkan produksi dan profitabilitas organisasi. (*)

Tulisan ini merupakan opini dari Ketua Umum DPN Perempuan Tani HKTI Dian Novita Susanto.

#Pertanian #Perempuan
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Indonesia
Anggaran Pertanian Naik, PKB Sebut Harus Fokus ke Petani Milenial
Program kewirausahaan petani muda dan pendidikan pertanian perlu diperluas.
Dwi Astarini - Rabu, 17 September 2025
Anggaran Pertanian Naik, PKB Sebut Harus Fokus ke Petani Milenial
Indonesia
Puan Maharani Sebut Keterwakilan Perempuan di DPR Pecahkan Rekor
Menurutnya, perempuan berhak memegang jabatan publik dan negara di semua tingkatan
Angga Yudha Pratama - Jumat, 15 Agustus 2025
Puan Maharani Sebut Keterwakilan Perempuan di DPR Pecahkan Rekor
Indonesia
Legislator Ingatkan Pentingnya Fasilitas Pendukung untuk Pemenuhan Hak-Hak Pekerja Perempuan
Daycare adalah investasi jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas dan loyalitas pekerja perempuan
Angga Yudha Pratama - Jumat, 18 Juli 2025
Legislator Ingatkan Pentingnya Fasilitas Pendukung untuk Pemenuhan Hak-Hak Pekerja Perempuan
Indonesia
Komisi VI DPR Minta Kementan Tingkatkan Pengawasan Bantuan Alat Pertanian
Pemerintah harus melakukan lebih daripada sekadar memberikan bantuan, tapi juga memastikan alat pertanian tepat sasaran. ?
Dwi Astarini - Selasa, 08 Juli 2025
Komisi VI DPR Minta Kementan Tingkatkan Pengawasan Bantuan Alat Pertanian
Indonesia
Indonesia Sediakan 20 Hektar Lahan Pertanian Buat Dikelola Bersama Dengan Palestina
Hal itu sebagai wujud perhatian langsung Presiden RI Prabowo Subianto terhadap Palestina, sekaligus kontribusi Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan pangan rakyat Palestina.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 07 Juli 2025
Indonesia Sediakan 20 Hektar Lahan Pertanian Buat Dikelola Bersama Dengan Palestina
Berita Foto
Deretan Tokoh Perempuan Indonesia Raih Penghargaan RA Kartini Award 2025
Ketua Umum Pita putih Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo (kanan) menerima penghargaan RA Kartini Award 2025 Kategori Inspiring Women in Empowering Women dari CEO Transmedia, Atiek Nur Wahyuni dalam malam anugerah RA Kartini Award 2025 di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Didik Setiawan - Kamis, 26 Juni 2025
Deretan Tokoh Perempuan Indonesia Raih Penghargaan RA Kartini Award 2025
Berita Foto
Kolaborasi Bangun Kota Jakarta jadi Kota Global Ramah Anak dan Perempuan
Anak-anak bermain di RPTRA (Ruang Publik Terbuka Ramah Anak) Sambas Asri, Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (25/6/2025).
Didik Setiawan - Rabu, 25 Juni 2025
Kolaborasi Bangun Kota Jakarta jadi Kota Global Ramah Anak dan Perempuan
Indonesia
Ibu Rumah Tangga Jadi Target Rekrutan Sindikat Narkoba, Dari Kurir Sampai Jadi Bos
Keterlibatan kaum perempuan itu awalnya dimulai dari peran sebagai kurir yang dianggap aman sindikat karena minim kecurigaan aparat.
Wisnu Cipto - Selasa, 24 Juni 2025
Ibu Rumah Tangga Jadi Target Rekrutan Sindikat Narkoba, Dari Kurir Sampai Jadi Bos
Indonesia
Dari Lumbung Padi ke Teknologi Greenhouse: RI-Belanda Resmikan Era Baru Pertanian Berkelanjutan
Indonesia dan Belanda resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) kerja sama di bidang pertanian berkelanjutan, hortikultura, teknologi greenhouse, hingga peningkatan kapasitas generasi muda petani.
Frengky Aruan - Selasa, 17 Juni 2025
Dari Lumbung Padi ke Teknologi Greenhouse: RI-Belanda Resmikan Era Baru Pertanian Berkelanjutan
Indonesia
Prabowo Ajak Singapura Lebih Banyak Investasi di Sektor Kesehatan dan Pertanian Modern
Sebagai tindak lanjut, Indonesia dan Singapura menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) di bidang keamanan pangan dan teknologi pertanian, termasuk program pengembangan petani muda dan pertukaran praktik terbaik (best practices).
Frengky Aruan - Senin, 16 Juni 2025
Prabowo Ajak Singapura Lebih Banyak Investasi di Sektor Kesehatan dan Pertanian Modern
Bagikan