Perempuan Paling Banyak Alami Sindrom Kaki Gelisah, Apakah Itu?

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Rabu, 04 September 2024
Perempuan Paling Banyak Alami Sindrom Kaki Gelisah, Apakah Itu?

Ilustrasi kaki. (Foto: Pexels/Roman Odintsov)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Kaki terus begerak ketika duduk terlalu lama atau tidur. Kaki selalu gelisah merupakan tanda dari Restless Leg Syndrom (RLS) alias sindrom kaki gelisah.

RLS merupakan gangguan sistem saraf yang menyebabkan keinginan kuat untuk menggerakkan kaki. Kondisi ini juga dikenal sebagai penyakit Willis-Ekbom, RLS primer, atau RLS idiopatik. Idiopatik di sini berarti tidak ada penyebab yang diketahui.

Disebutkan bahwa kondisi RLS bisa menjadi makin parah ketika sedang beristirahat. Makanya sindrom ini disebut juga sebagai gangguan tidur.

Menurut laman Webmd, hampir 7 - 10 persen orang di Amerika Serikat mengalami sindrom kaki gelisah. Sekitar 2 persen-3 persen dari mereka mengalami gejala sedang hingga parah yang memengaruhi kualitas hidup mereka. Selain itu, lebih banyak perempuan yang mengalaminya daripada pria.

Baca juga:

Mengenal Sindrom Tourette, Kondisi Dialami Lewis Capaldi saat Konser Berlangsung

Guna mengetahui kemunculan gejala RLS, biasanya ditunjukan dengan tanda tidak biasa di kaki timbul rasa gatal, merangkak, tertarik, nyeri, berdenyut, atau kesemutan. Sehingga efeknya memiliki keinginan kuat untuk menggerakkan kaki agar sensasi tersebut hilang.

Kondisi ini juga dapat terjadi pada lengan, dada, atau kepala. Kondisi ini bisa muncul di kedua sisi tubuh.

Baca juga:

Sorry Sindrome, Ketika Seseorang Terus Minta Maaf

Kondisi RLS bisa diperparah dengan adanya kondisi penyakit kronis. Misalnya penyakit parkinson, gagal ginjal atau penyakit ginjal diabetes, kerusakan saraf tepi (neuropati), cedera sumsum tulang belakang.

Kemudian ada juga kondisi Kekurangan zat besi. Kondisi kadar zat besi yang rendah dapat menjadi faktor penyebab RLS bagi sebagian orang.

Baca juga:

Baby Blues, Sindrom Perubahan Mood pada Ibu yang Baru Melahirkan

Mendapatkan lebih banyak zat besi dari makanan dapat membantu orang tersebut dari RLS. Sumber zat besi dari makanan meliputi daging tanpa lemak, makanan laut, kacang-kacangan, buncis, sayuran, dan produk biji-bijian yang diperkaya zat besi seperti sereal sarapan.

Selain itu, konsumsi obat-obatan juga memengaruhi risiko RLS. Misalnya seseorang yang mengkonsumsi obat anti mual, antipsikotik, antidepresan kemungkinan akan mengalami kondisi ini. (Tka)

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Tika Ayu

Berita Terkait

Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Bagikan