Penyebab Quarter-life Crisis yang Sesungguhnya

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Senin, 13 Desember 2021
Penyebab Quarter-life Crisis yang Sesungguhnya

Hampir semua orang mengalami fase quarter-life crisis dalam hidupnya. (Foto: Pixabay/qimono)

Ukuran:
14
Audio:

MATI segan, hidup tak mau. Begitu lah slogan paling tepat untuk para muda-mudi yang sedang berada di ujung tombak kehidupan. Rasanya berat sekali untuk menjalani kehidupan dewasa sehingga ingin kembali ke masa kecil saja. Ketika akhirnya sudah menyelesaikan pendidikan, kamu dihadapkan dengan tantangan baru yaitu bekerja.

Namun, tak semua orang langsung mengetahui apa yang benar-benar diinginkannya dalam hidup ini. Sebagian harus mengalami fase quarter-life crisis yaitu kebingungan dalam menjalani kehidupan dewasa.

Menurut laman medium, quarter-life crisis akan membuatmu bertanya-tanya apakah kamu sudah di jalan yang tepat dalam hidup ini. Ditambah kamu juga akan merasa pekerjaan yang sedang dilakukan saat ini sepertinya kurang sesuai dengan passion yang sesungguhnya. Wajar saja jika kamu mengalami fase quarter-life crisis. Karena fase ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang ada di sekelilingmu.

Baca juga:

Quarterlife Crisis, Bukan Sakit tapi Fase Kehidupan

1. Pola didik orangtua

Penyebab Quarter Life Crisis yang Sesungguhnya
Peran orangtua sangat memengaruhi masa depan anak ketika dewasa. (Foto: Pixabay/rauschenberger)

Cara orangtua mendidik anak tentunya sangat memengaruhi karakternya ketika tumbuh dewasa. Tak hanya itu, pola didik orangtua juga menentukan apakah kelak anak akan langsung tahu apa yang diinginkannya dalam hidup atau harus mengalami fase quarter-life crisis terlebih dahulu.

Anak ibarat kertas putih kosong sehingga belum mengetahui apa yang baik dan buruk untuk dirinya sendiri. Meskipun membutuhkan bimbingan, orangtua perlu sesekali membiarkan anak untuk memilih. Dengan begitu ketika tumbuh dewasa dan harus menentukan pilihan sendiri, anak tidak merasa ragu.

2. Trauma

Penyebab Quarter Life Crisis yang Sesungguhnya
Trauma dapat menyebabkan seseorang mengalami fase quarter life crisis. (Foto: Pixabay/StockSnap)

Berada di lingkungan keluarga yang positif bukan jaminan seseorang tidak akan mengalami fase quarter-life crisis. Seorang anak akan tumbuh dengan melihat berbagai peristiwa dalam hidupnya. Beberapa di antaranya mungkin akan membuatnya merasa trauma.

Pada akhirnya ia akan tumbuh menjadi sosok yang terlalu khawatir dan pesimis ketika dihadapkan dengan sebuah pilihan. Rasa khawatir yang berlangsung cukup lama merupakan salah satu pertanda bahwa seseorang mengalami fase quarter-life crisis.

Baca juga:

Tanda Kamu Sedang Mengalami Quarter-life Crisis

3. Terlalu sering mengikuti teman

Penyebab Quarter Life Crisis yang Sesungguhnya
Bergantung pada teman. (Foto: Pixabay/Dimhou)

Sedari kecil bikin geng. Apa-apa selalu bareng dengan teman sepermainan. Dari mulai memilih masuk sekolah mana sampai akhirnya masuk ke universitas yang sama. Hingga akhirnya tiba lah saatnya untuk kamu memilih tempat kerja.

Sayangnya ketika sudah dewasa dan masuk ke dunia kerja profesional, kamu hanya bisa bergantung pada dirimu sendiri. Jika terbiasa mengikuti jalan pilihan teman, bisa-bisa kamu terjebak di fase quarter-life crisis karena tidak bisa membuat keputusan untuk diri sendiri.

4. Melihat kesuksesan orang lain

Penyebab Quarter Life Crisis yang Sesungguhnya
Melihat teman lebih sukses. (Foto: Pixabay/RoyalAnwar)

Hidupmu sangat mulus dari mulai masa sekolah hingga bekerja. Eitsss tunggu dulu, hidup seseorang yang terlihat mulus-mulus saja bukan berarti tidak bisa mengalami yang namanya quarter-life crisis.

Seseorang yang sudah sukses pun bisa mengalami quarter-life crisis ketika melihat teman yang terlihat jauh lebih sukses. Selalu merasa kurang adalah pertanda bahwa seseorang sedang mengalami fase quarter-life crisis. Jangan mudah percaya dengan semua yang ada di media sosial!

5. Hidup jauh dari orangtua

Penyebab Quarter Life Crisis yang Sesungguhnya
Hidup mandiri dan jauh dari orangtua. (Foto: Pixabay/StockSnap)

Nah, kalau yang satu ini sih dialami oleh hampir semua anak rantau yang terpaksa hidup jauh dari orangtua. Biasanya semua hal sudah tersedia di rumah orangtua. Ketika akhirnya harus hidup mandiri, kamu merasa belum siap karena terbiasa disediakan oleh orangtua.

Wajar saja kok jika kamu mengalami fase quarter-life crisis ketika baru tinggal sendiri. Perubahan besar dalam hidup tentunya membuatmu membutuhkan adaptasi yang cukup lama untuk akhirnya bisa berdiri di kaki sendiri. (Mar)

Baca juga:

Rekomendasi Buku Menarik untuk Hadapi Quarter Life Crisis

#Kesehatan Mental #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.

Berita Terkait

Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Bagikan