Pengidap Demensia Idealnya Dirawat Keluarga Terdekat


Keluarga tetap nomor satu bagi ODD. (Foto: Unsplash/Esther Ann)
PENGIDAP Demensia gampang lupa, acap mengulang perbuatan dan perkataan, serta sulit berkonsentrasi ditambah sukar membuat keputusan. Maka, tak mudah memang berada satu rumah dengan pengidap Demensia meski pengasuh terbaik baginya tetap saja keluarga. Dokter Spesialis Saraf Yuda Turana mengatakan keluarga merupakan pengasuh (caregiver) paling ideal untuk merawat Orang Dengan Demensia (ODD).
"Berbicara sesuatu ideal, sebenarnya ada dalam konteks masing-masing dari kita. Tempatkan di posisi kita terlebih dahulu. Kalau suatu saat saya menjadi lansia, saya mau tinggal dengan siapa dan merawat siapa, pilihan itu pasti adalah keluarga. Keluarga sudah menjadi prinsip utamanya," kata dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI) dalam webinar bertajuk, Alzheimer’s Indonesia Dementia, What’s Next, Sabtu (24/9).
Jika ingin diasuh oleh caregiver, pilihlah mereka yang sudah profesional dan sabar dalam melakukan apapun.
Baca juga:

"Dengan adanya caregiver profesional tentu bisa membantu di beberapa hal. Termasuk dalam konteks pendampingan di kasus (demensia) yang berat, untuk membantu menurunkan beban dari keluarga pasien. Karena, persoalan demensia bukan merupakan persoalan individu, tapi ada juga keluarga yang mengasuhnya," jelas Yuda.
Saat demensia berkembang, beberapa aspek hubungan mungkin menjadi lebih sulit, seperti kemampuan seseorang dengan demensia untuk orang-orang di sekitar mereka.
Meski demikian, tentu masih banyak elemen positif dari hubungan, seperti kasih sayang, akan tetap ada. Pengasuh dan orang-orang di sekitar ODD mungkin merasa terbantu untuk berfokus pada aspek-aspek positif ini.
Baca juga:

Merawat ODD bisa menjadi hal yang menantang, bahkan membuat frustasi. Yuda berpesan pada keluarga pasien untuk tak lupa merawat diri dan tak enggan mencari dukungan maupun bantuan ketika sudah merasa begitu lelah (burnout).
"Support system group, baik untuk pender demensia maupun caregiver pasti membantu," katanya.
Direktur Eksekutif Alzheimer's Indonesia (ALZI) Michael Dirk R. Maitimoe menambahkan, asosiasi seperti ALZI memiliki kegiatan rutin berbagi cerita dan memberikan dukungan satu sama lain. Selain itu, ada pula konseling bagi mereka yang mengalami burnout.
"Selain itu, yang terpenting adalah mampu menerima dengan lapang dada. Ini sulit untuk dilakukan. Dan dengan menghadiri dan mendengarkan keluh kesah di pertemuan grup seperti itu, diharapkan caregiver akan menemukan insight pada dirinya sendiri yang akan membantunya dan membuatnya merasa bahwa mereka tidak sendiri dan mendapatkan dukungan," tutup Michael. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
