Hindari Risiko Demensia dengan Bermimpi

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 08 November 2017
Hindari Risiko Demensia dengan Bermimpi

ilustrasi. (foto: pexels)

Ukuran:
14
Audio:

MIMPI adalah bunga tidur. Begitulah kata pepatah. Tahukah Anda, mimpi ternyata bisa memprediksi apakah Anda berisiko demensia atau tidak.

Para ahli menduga mereka yang jarang bermimpin berisiko mengalami demensia di kemudian hari. Bagaimana hal ini dapat terjadi?

Demensia adalah penyakit yang disebabkan kerusakan sel-sel di otak, sehingga memengaruhi kemampuan mengingat (pikun), berkomunikasi, hingga berpikir.

Sering bermimpi saat tidur ternyata menurunkan risiko untuk terkena penyakit pikun tersebut.

Fakta itu terungkap dari penelitian yang diterbitkan dalam sebuah jurnal Neurology. Dari studi itu, para ahli menyatakan bahwa mimpi dapat melindungi seseorang dari risiko demensia ketika ia memasuki usia lanjut.

Penelitian itu melibatkan 312 peserta yang berusia di atas 60 tahun. Dalam studi itu peserta diikuti dan diteliti dalam hal pola tidur serta frekuensi mimipi selama kurang lebih 12 tahun. Di akhir penelitian diketahui bahwa terdapat 32 orang yang mengalami demensia. Mereka yang mengidap demensia diketahui jarang bermimpi di waktu tidurnya.

Sementara itu, kelompok yang tak mengalami demensia justru sering mimpi di tiap malam ketika tidur. Dari hasil itulah peneliti menyimpulkan bahwa setiap kali Anda tak bermimpi, risiko demensia di masa tua meningkat sebanyak 9%.

Ketika tidur, Anda akan melewati beberapa tahap dalam tidur. Dalam tahapan tersebut, terjadi fase non-REM (rapid eye movement), yaitu saat Anda mulai masuk ke tidur Anda perlahan-lahan dan semakin dalam.

Setelah itu, terjadi fase REM. Fase itu ialah saat Anda bermimpi. Di masa tersebut, otak akan lebih aktif, detak jantung cepat, dan mata bergerak cepat meskipun sedang tertidur.

Biasanya, dalam sekali tidur, Anda akan mengalami banyak fase REM yang membuat Anda sering bermimpi. Fase REM biasanya terjadi selama 1,5 sampai 2 jam dalam satu kali tidur.

Mereka yang mengalami Alzheimer ataupun demensia pada penelitian itu diketahui memiliki fase REM yang lebih sedikit ketimbang orang yang tak memiliki penyakit tersebut. Fase REM yang lebih sedikit bisa disebabkan berbagai hal. Para ahli mengungkapkan bahwa kondisi stres dan depresi dapat menyebabkan seseorang tidak bermimpi atau tak mengalami fase REM dalam tidurnya.

Selain itu, mereka yang memiliki gangguan tidur seperti insomnia atau gangguan pernapasan saat tidur juga bisa menybabkan fase REM tak terjadi.

Jadi ada baiknya Anda mulai memperbaiki pola tidur, agar bisa sering mimpi dan akhirnya menurunkan risiko demensia di hari tua.

Selain itu, para ahli menyebutkan bahwa orang yang sering mimpi punya otak yang lebih aktif di malam hari. Hal itu bisa mencegah kerusakan sel-sel saraf di masa depan.(*)

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan