Pengamat Soroti Gaya Komunikasi Presiden Jokowi Berisiko Gerus Elektabilitas


Pengamat Politik Hendri Satrio (MP/Ponco Sulaksono)
MerahPutih.Com - Gaya komunikasi Presiden Jokowi berisiko tinggi terhadap elektabilitasnya di Pilpres 2019. Jika tidak segera dibenahi, capres nomor 01 elektabilitasnya akan terus menurun dan puncaknya pada Februari 2019 Jokowi vs Prabowo bisa 50:50.
Sorotan terhadap gaya komunikasi Jokowi disampaikan pengamat politik Hendri Satrio dalam Topic of The Week "Selasa=an" yang bertemakan "Carut-Marut Komunikasi Kebijakan Jokowi: Konsistensi, Inkonsistensi dan Ambivalensi di Seknas Prabowo-Sandi, Jalan Cokroaminoto, Jakarta Pusat, Selasa (4/12) kemarin.
"Jokowi beberapa kali melontarkan ucapan yang cenderung menyerang. Kalau ini terus dilakukan, maka elektabilitas Jokowi vs Prabowo akan sama pada Februari 2019, yakni 50:50," kata Hendri.
Menurut Hendri yang juga dosen Universitas Paramadina ini, calon presiden khususnya Jokowi harus memanfaatkan juru bicara (jubir) untuk mengurangi 'blunder'.

"Harusnya Jokowi menggunakan juru bicara, jadi kalau-kalau salah bisa di-'counter'. Tapi enggak, pak Jokowi senang ngomong sendiri," ucap pakar komunikasi ini.
Menurut Hendri, para capres menanggapi suatu peristiwa di akhir sedangkan para jubir menanggapi di awal, dengan demikian maka akan mengurangi kesalahan.
"Lebih baik fungsi jubir digunakan, jadi kalau ada salah bisa diperbaiki," ujarnya.
Hendri menilai, capres harus lebih hati-hati dalam menyampaikan pendapat.
"Sekarang harus hati-hati nanti blunder lagi. Sekarang pak Prabowo 'tone' jadi lebih tenang, jadi bagaimana tim medianya," ucapnya.

Sementara Jokowi, tidak harus semua pertanyaan wartawan dijawab. Kalau belum ada jawabannya enggak dijawab enggak apa-apa.
Menurut dia, pertarungan Pilpres 2019 berbeda dengan 2014. Dia mencontohkan pada 2014 Jokowi memiliki banyak relawan. Namun, di Pilpres 2019, para relawannya itu sudah banyak menjadi komisaris.
"2014 Pak Jokowi memiliki relawan yang sedemikian banyak yang bisa diandalkan untuk meraih suara, nah kalau 2019 ini kan relawannya banyak yang sudah menjadi komisisaris jadi memang beliau sulit juga mengharapkan relawan itu. Makanya kasian juga Pak Jokowi," kata Hendri seperti dilansir Antara.
Faktor kedua adalah sosok Jusuf Kalla yang sudah tidak menjadi cawapresnya. Hendri mengatakan, Jusuf Kalla dipandang sebagai teknokrat yang secara tidak langsung bisa memberi nasihat kepada Jokowi.
Sementara itu, kemampuan Ma'ruf Amin untuk menyampaikan isu masih diragukan. Dia menilai Jokowi seperti bertarung sendiri mempertahankan prestasinya.
Selain Hendri Satrio diskusi yang digelar secara rutin setiap minggu itu juga menghadirkan pembicara lainnya, yakni Anggota DPR RI Herman Khaeron, Direktur Sumber Daya dan Sumber Daya Hukum, Satya Zulfanitra dan Pakar Semiotika ITB, Acep Iwan Sandi.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: MUI Sesalkan Maraknya Sikap Saling Hujat Jelang Pilpres 2019
Bagikan
Berita Terkait
Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik

KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang

Cerita Ajudan Saat Jokowi Pemulihan Sekaligus Liburan di Bali Bersama Semua Cucu

Banyak Wamen Rangkap Jabatan jadi Komisaris BUMN, Pengamat Nilai Pemerintahan Prabowo tak Terarah

Rencana TNI Jaga Gedung Kejaksaan Ditolak, Pengamat: Mereka Bukan Aparat Keamanan

Pengamat Sebut Gibran Berpeluang Jadi Lawan Prabowo di Pilpres 2029

Anggota Watimpres Era Presiden Jokowi, Djan Faridz Jalani Pemeriksan KPK

Langkah Terlambat PDI-P Memecat Jokowi, Pengamat: Percuma, Dia sudah Tak Punya Power

Gus Miftah Terancam Dicopot Prabowo Buntut Umpatannya kepada Pedagang Es Teh

Donald Trump Menangi Pilpres AS, Pengamat: Indonesia Diprediksi Dapat Untung
