Pengamat Pertanyakan Kewibawaan Presiden Jokowi Dalam Penanganan COVID-19
Ray Rangkuti, Pemikir politik Lingkar Madani Indonesia (Foto: Antarafoto)
MerahPutih.Com - Pengamat politik Ray Rangkuti menilai, imbauan pemerintah yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencegah penularan Covid-19 tidak efektif.
Menurut Ray, Jokowi dianggap kurang mendapat dukungan dari publik. Seperti banyaknua yang ragu terhadap kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kritikan dari masyarakat soal kemampuan pemerintah atasi COVID-19.
Baca Juga:
MPR Soroti Perbedaan Data Korban COVID-19 antara BNPB dan Kemenkes
"Ini sejak revisi UU KPK. Sehingga imbauan-imbauan beliau tak efektif di lapangan karena kurangnya dukungan publik kepada beliau," kata Ray dalam kepada wartawan, Senin (6/4).
Menurut Ray, Presiden Jokowi perlu bersikap untuk mengembalikan kepercayaan atau dukungan publik.
Salah satunya, dengan menarik perwakilan pemerintah dari pembahasan omnibus law RUU Cipta Kerja di DPR. Karena RUU tersebut kerap menjadi masalah dan banyak ditentang kelompok kerja.
"Perlihatkan wibawanya di kalangan kabinet, karena sekarang yang muncul Presiden seolah-olah dibayang-bayangi kekuatan orang lain dan bukan dirinya sendiri," kata dia.
Ia juga meminta pemerintah menarik wakil yang turut membahas Omnibus Cipta Kerja di DPR RI.
"Sebaiknya pemerintah tarik wakil mereka membahas RUU ini. Kalau ditarik ini, tidak bisa dibahas di DPR," kata Ray.
"Ini sekaligus menunjukkan Presiden betul-betul punya konsentrasi cukup untuk menghadapai wabah Covid-19," lanjut dia.
Sementara itu, manajer Riset Seknas Fitra Badiul Hadi mengatakan, Presiden menarik persetujuan pembahasan omnibus law RUU Cipta Kerja merupakan pilihan terbaik saat ini.
Sebab dengan begitu, maka Presiden akan bisa lebih berkonsentrasi menangani Covid-19 di Tanah Air.
Baca Juga:
Menag Keluarkan Edaran Tawarih di Rumah dan Salat Id Berjamaah Ditiadakan
Apalagi, kata dia, saat ini ada problem sinkornisasi data antara pusat dan daerah yang penting diperbaiki dalam penanganan Covid-19 itu.
"Kalau pemerintah mau fokus menarik diri dari Omnibus Law ke Covid-19, maka akan lebih manusiawi dibandingkan memaksakan diri tapi nyawa rakyat banyak yang hilang karena ketidakmampuan pemerintah pusat dan daerah dalam tangani Covid-19," pungkasnya.(Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut
Masih Dibangun, Jokowi Belum Tempati Rumah Hadiah Negara Setelah 1 Tahun Lengser
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo
Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik
KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang
Cerita Ajudan Saat Jokowi Pemulihan Sekaligus Liburan di Bali Bersama Semua Cucu
Banyak Wamen Rangkap Jabatan jadi Komisaris BUMN, Pengamat Nilai Pemerintahan Prabowo tak Terarah
Rencana TNI Jaga Gedung Kejaksaan Ditolak, Pengamat: Mereka Bukan Aparat Keamanan
Pengamat Nilai RUU ASN Hambat Otonomi, Berpotensi Munculkan Konflik Pemerintah Pusat dan Daerah