Peneliti Ungkap Kenapa Cokelat Susu Lebih Disukai


Daya pikat cokelat susu kemungkinan karena interaksi sinergis antara lemak dan gula. (freepik/kroshka__nastya)
"TIDAK pernah alam memusatkan begitu banyak nutrisi berharga dalam sebentuk kecil biji kakao," demikian dikatakan pakar geografi botani Alexander Von Humboldt pada abad ke-18, ketika cokelat masih merupakan barang mewah.
Kini, berjalan menyusuri lorong permen di supermarket mana pun dan kamu dapat menemukan berbagai jenis cokelat. Sebagian besar dari camilan manis ini merupakan jenis cokelat susu.
Ada sebagian kecil jenis cokelat yang mengandung kakao dengan konsentrasi tinggi dengan kisaran antara 70 hingga 90 persen. Olahan tersebut tidak sepopuler coklat susu.
Sebuah studi baru-baru ini menyelidiki mengapa kita lebih memilih cokelat susu daripada dark chocolate.
Kombinasi kakao, gula, dan lemak dalam cokelat susu mendasari kemampuan camilan manis ini untuk mengurangi ketegangan, meningkatkan suasana hati, dan menimbulkan respons makan yang membuat ketagihan.
Kakao mengandung setidaknya sepuluh senyawa psikoaktif yang berbeda, seperti methylxanthines (kafein dan teobromin), PEA (mirip dengan amfetamin), dan anandamide (cannabinoid).
Namun, atribut cokelat lainnya, seperti rasa manis dan tekstur, juga penting. Daya pikat cokelat kemungkinan karena interaksi sinergis antara lemak, gula, dan molekul psikoaktif ini pada sistem penghargaan endogen di otak.
Baca juga:

Sebuah studi baru-baru ini berusaha untuk menentukan faktor mana yang memainkan peran terbesar dalam mengidam cokelat. Para ilmuwan berhipotesis bahwa jumlah cokelat yang dikonsumsi berkorelasi dengan peningkatan kadar gula dan penurunan kandungan kakao dan lemak cokelat.
Subyek mengonsumsi lima gram cokelat dengan jumlah kakao yang bervariasi (90, 85, 70 persen, dan cokelat susu 30 persen), gula, dan lemak. Cokelat diuji dalam urutan dari jumlah gula yang paling sedikit hingga yang paling banyak, dan kemudian subjek menyelesaikan tes kecanduan dan keinginan standar menggunakan, antara lain, Binge Eating Scale.
Studi ini mengungkapkan hubungan dosis-efek psikoaktif yang signifikan: subjek melaporkan lebih banyak mengidam dan perasaan bermanfaat saat kandungan gula meningkat dan kandungan kakao dan lemak menurun.
Secara keseluruhan, kandungan gula, yang berperan penting dalam rasa nikmat cokelat, merupakan faktor terpenting dalam menentukan potensi cokelat lebih disukai.
Baca juga:

Cokelat susu jadi favorit
Mengkonsumsi cokelat susu, yang memiliki kandungan gula lebih tinggi dan kandungan kakao lebih rendah, menimbulkan peningkatan terbesar, dibandingkan dengan semua jenis cokelat lain, dalam jumlah total perasaan sejahtera dan euforia.
Studi sebelumnya telah melaporkan bahwa perasaan ini khas dari aktivasi sistem dopaminergik dan neurotransmitter opioid.
Mengkonsumsi cokelat yang mengandung 90 persen kakao meningkatkan jumlah respons positif, yang mengejutkan mengingat rasanya yang pahit. Konsentrasi senyawa psikoaktif yang lebih tinggi yang ditemukan dalam cokelat hitam dapat menjelaskan hasil positif ini.
Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi dark chocolate meningkatkan gairah energik tanpa menimbulkan keinginan untuk lebih banyak makan cokelat. Efek stimulan bubuk kakao murni kemungkinan karena efek gabungan dari theobromine dan kafein serta PEA.
Kesimpulannya, daya pikat cokelat adalah karena interaksi agregat dari banyak molekul yang berbeda. Namun, kandungan gula cokelat, lebih dari molekul lainnya, secara langsung berhubungan dengan keinginan kita akan cokelat susu dan menjelaskan mengapa coklat susu jadi favorit banyak orang. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
