Pemkab Sragen Pastikan 10 Sapi yang Mati Bukan karena Antraks


Petugas Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Sragen memeriksa sapi. (MP/Ismail)
MerahPutih.com - Sebanyak 10 ekor sapi milik di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, mati mendadak. Hasil pemeriksaan, sapi itu mati bukan karena antraks.
Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Sragen, Toto Sukarno mengatakan, kasus sapi mati mendadak itu terjadi pada akhir Agustus sampai awal September ini.
Baca Juga
"Kami telah mengambil sampel untuk mengetahui penyebab kematian sapi-sapi mati itu," kata Toto, Rabu (13/9).
Dia mengatakan hasil pemeriksaan tidak ada tanda-tanda gejala antraks. Sampel sapi mati itu delapan ekor diambil di Desa Kacangan, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
"Kita lakukan pemeriksaan pada sapi mati, hasilnya negatif antraks," katanya.
Dia menjelaskan pihaknya sempat mencurangi kematian sapi warga itu karena antraks. Bahkan isu itu sempat mencuat karena kematian ternak yang mendadak dan beruntun tanpa ada tanda-tanda sakit.
"Seiring hasil pemeriksaan negatif antraks, pihaknya menyebut, sapi itu mati karena cuaca ekstrem," kata dia
Baca Juga
Ketua DPC Gerindra Solo Serukan Kader Jaga Nuansa Damai Jelang Pemilu
Ia mengimbau agar masyarakat tidak mengeluarkan ternaknya saat cuaca sedang terik, dan sebisa mungkin, asupan makanan ternak juga tercukupi.
"Musim panas makanan ijon-ijon (rumput) kan juga sulit, jadi sapi kurang asupannya. Daya tahan tubuh ternak jadi berkurang. Jangan terlalu lama dikeluarkan, kalau di luar panas nggak usah dikeluarkan saja biar tetap di kandang," Toto.
Kades Kacangan Kecamatan Sumberlawang, Ladiyo mengatakan, sapi mati mendadak di wilayahnya menjadi 10 ekor. Menurutnya sapi tersebut mati tanpa sebab dan tanpa adanya gejala sakit sebelumnya.
"Sapi yang mati mendadak menjadi 10 ekor. Kasus terakhir ya sudah seminggu lalu. Sama tidak ada gejala seperti sebelumnya. Itu masih makan seperti biasa tahu-tahu jatuh terus mati," kata Ladiyo.
Dia menjelaskan sapi yang mati mendadak tersebut tersebar di tiga dukuh di Desa Kacangan. Yaitu sebanyak 6 sapi mati mendadak di Dukuh Toro Kidul, tiga ekor di Dukuh Lemah Bedah dan satu ekor sapi mati di Dukuh Bonsari.
"Sapi-sapi yang mati tersebut tidak dikonsumsi oleh warga setempat. Saat masih kejang-kejang ketahuan pemilik langsung disembelih. Sapi itu kemudian dijual ke jagal dengan harga yang sangat murah, antara Rp 500 ribu sampai Rp 3 juta," pungkasnya. (Ismail/Jawa Tengah).
Baca Juga
Pemkot Solo Gunakan Dana Tidak Terduga Bantu Warga Miskin Imbas Kenaikan Harga Beras
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Pemkab Sragen Pastikan 10 Sapi yang Mati Bukan karena Antraks

Penyebaran Antraks Bukti Infrastruktur Peternakan dan Kesehatan Hewan Lemah

Anggota DPR soal Wabah Antraks di Gunungkidul: Warga Harus Diedukasi

Dinkes DKI Tegaskan Jakarta Nihil Kasus Antraks

Kasus Antraks ke Manusia Akibat Konsumsi Daging Hewan Mati Sakit

Antraks Mewabah di Gunungkidul, Anggota DPR Sebut Masyarakat Belum Teredukasi

Berbatasan Langsung dengan Gunungkidul, Wonogiri Masih Buka Pasar Hewan Sapi

Antraks Merebak, Kemenkes Diminta Tingkatkan Pengawasan Hewan Ternak

Kemenkes Beberkan Kronologi Kasus Antraks di Gunungkidul

1 Warga Gunungkidul Meninggal karena Antraks
