Pemicu COVID-19 di Indonesia Selain Tidak Patuh Prokes


Pandemi masih belum bisa dihapuskan. (Foto: Unsplash/Martin )Sanchez
TEPAT setahun yang lalu Presiden menetapkan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat terkait pandemi COVID-19 di Indonesia. Kendati demikian pemerintah belum juga mengambil langkah signifikan dalam menekan konsumsi rokok di Indonesia.
Padahal, berbagai studi telah menyebutkan korelasi erat antara konsumsi rokok dan COVID-19, meningkatkan risiko penularan dan memperberat komorbid pasien COVID-19. Meski tren kasus COVID-19 di Indonesia turun, namun menurut Our World in Data kematian akibat COVID-19 Indonesia masih yang tertinggi di Asia Tenggara.
Baca Juga:
Cinema XXI Gandeng Nusantics untuk Pastikan Udara Bioskop Aman

Hingga 28 Maret 2021, Satgas Covid mencatat sebanyak 1.501.093 Kasus Terkonfirmasi (+5.008 Kasus), 123.694 Kasus Aktif (8,2% dari Terkonfirmasi), serta 40.581 Meninggal (2,7% dari Terkonfirmasi). Kelompok yang meninggal sebanyak 56,9% laki-laki dan 43,1% perempuan. Usia yang terkonfirmasi terbanyak berusia pada usia produktif 31-45 tahun 28,2% diikuti oleh usia 19-30 tahun sebanyak 25,2%. Sementara Kasus meninggal tertinggi ada di usia lebih dari 60 tahun sebanyak 48,1% dan usia selanjutnya adalah 46-59 tahun dengan persentase sebesar 36,4%.
Selain ketidakpatuhan dalam menjalankan protokol kesehatan, konsumsi rokok adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit tidak menular mematikan, yang di antaranya ternyata merupakan penyakit-penyakit penyerta pasien COVID -19 tertinggi. Beberapa penyakit komorbid COVID-19 tersebut yakni hipertensi, kardiovaskular, paru kronis, dan kanker. Komorbid hipertensi sebesar 50,4%, diabetes melitus 35,3%, penyakit jantung sebanyak 17,6%, penyakit paru kronis 6,2%, beserta kanker sebesar 1,2%.
Berbagai riset di berbagai negara di seluruh dunia telah membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara perilaku merokok yang memperberat risiko penularan COVID-19 dan penyakit penyertanya. Penelitian yang dilakukan Komnas Pengendalian Tembakau (2020) dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2021) menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan konsumsi rokok di masa pandemi COVID-19.
Baca Juga:
'Virtual Charity Concert - Pass The Mic' Bentuk Kepedulian di Tengah Pandemi

“Data perokok dan COVID-19 per provinsi di Indonesia menunjukkan adanya peluang tingginya jumlah perokok akan diikuti dengan tingginya kasus COVID-19. Jika dibandingkan dengan beberapa Negara lain di Asia Tenggara, Indonesia memiliki prevalensi perokok tertinggi diikuti dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi,” jelas DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR, FISR, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam konferensi pers, Rabu (31/3).
"Melihat kaitan antara perilaku merokok dan COVID-19, hendaknya penanganan COVID-19 di Indonesia juga memperhatikan pengendalian konsumsi rokok, baik rokok konvensional maupun rokok elektronik, yang saat ini tak terbendung di negeri kita," saran Dokter Agus.
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau, mengungkapkan bahwa pengendalian konsumsi rokok saat ini mendesak dilakukan. “Kami percaya, Pak Menkes saat ini memiliki prioritas yang sangat baik yang lebih memilih pada upaya preventif kesehatan daripada kuratif. Karena itu, program vaksin yang sedang berlangsung harus dibarengi dengan penguatan regulasi kesehatan, yang di antaranya paling mendesak saat ini adalah revisi PP109/2012 untuk menekan masalah-masalah kuratif kesehatan yang lagi-lagi harus dilakukan di masa depan,” tegasnya. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Anggota DPR Usul Gerbong Kereta Khusus Merokok, Wapres Gibran: Belum Masuk Skala Prioritas

Penelitian Klaim Rokok Elektrik Jadi Jawaban Ampuh Berhenti Merokok, Tingkat Keberhasilan Hampir Tiga Kali Lipat dari Terapi NRT

Dinilai Menguntungkan dari Sisi Bisnis, Legislator PKB Usulkan KAI Sediakan Gerbong Khusus Merokok

Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Berani Merokok di Kereta? Siap-Siap Tiket Hangus dan Diusir Stasiun Terdekat!

Stop! Bahaya Asap Rokok di Baju Mengancam Nyawa Bayi, Begini Cara Menyelamatkannya

Jumlah Perokok Naik 5 Juta Orang, Termasuk Perokok Usia 15 Tahun

Dukung Satgas Rokok Ilegal, Jaga Penerimaan Negara dan Lindungi Industri Legal

Bukan Larangan Total! Wagub DKI Bocorkan Strategi Baru Hadapi Pro-Kontra KTR

Masa Depan Jakarta sebagai Kota Global Ditentukan oleh KTR, Sudah Saatnya Bebas Rokok
