Pemerintah Hapus Indikator Kasus Kematian COVID-19, PKS: Sangat Berbahaya

Andika PratamaAndika Pratama - Rabu, 11 Agustus 2021
Pemerintah Hapus Indikator Kasus Kematian COVID-19, PKS: Sangat Berbahaya

Proses pemakaman pasien COVID-19 yang dinyatakan meninggal dunia di TPU Kelurahan Air Bang, Kecamatan Curup Tengah, Rejang Lebong baru-baru ini. (dok.Antarabengkulu.com)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Pemerintah mengeluarkan angka kasus kematian dari indikator penanganan COVID-19 dengan alasan ditemukan masalah dalam input data akumulasi dari kasus kematian.

Menanggapi hal ini Wakil Ketua Fraksi PKS, Sukamta menyatakan hal ini adalah keputusan yang bisa berbahaya dalam upaya penanganan COVID-19. Karena semestinya pemerintah membuat kebijakan berdasarkan data, riset dan pendapat ahli.

Baca Juga

Merosotnya Kasus COVID-19 Harus Diikuti Penurunan Angka Positivity Rate

"Jika selama ini Pak Luhut menyatakan kebijakan penanganan COVID-19 sudah berdasar masukan para ahli, apakah mengeluarkan angka kasus kematian dari indikator penanganan COVID-19 juga saran dari para ahli? Saya ragu ini adalah saran ahli," kata Sukamta dalam keterangannya, Rabu (11/8).

Sukamta menduga itu hanya akal-akalan pemerintah untuk menutupi sengkarut manajemen data COVID-19 dari pusat hingga daerah. Sementara pemerintah sudah tidak sabar untuk menurunkan level PPKM karena tuntutan kepentingan ekonomi.

Sejumlah ahli epidemiologi, kata Sukamta, sudah mengingatkan kecerobohan pemerintah dalam penanganan COVID-19 bisa mengarah kepada pandemic trap atau situasi pandemi yang tidak berkesesudahan.

"Jika ini terjadi, tidak hanya berbahaya bagi keselamatan jiwa manusia, Indonesia juga akan semakin terpuruk ekonominya," ujarnya.

Sukamta

Di sisi lain Sukamta juga khawatir dikeluarkannya angka kasus kematian dari indikator penanganan COVID-19 merupakan cerminan ada sebagian pejabat pemerintah yang punya pikiran tidak percaya dengan COVID-19.

Imbasnya, lanjut Sukamta, ada sebagian masyarakat yang terpapar hoaks menganggap COVID-19 itu konspirasi, sehingga takut ke Rumah Sakit dengan alasan bakal diCOVIDkan. Kemudian, ada yang menolak anggota keluarganya yang meninggal dinyatakan COVID-19, sehingga terjadi perebutan jenazah di beberapa daerah.

"Jangan-jangan masih ada pejabat pemerintah yang juga tidak percaya COVID-19. Yang punya pikiran seperti ini mestinya jangan masuk dalam Gugus Tugas COVID-19 karena akan merusak kerja penanganangan pandemi," tegas dia.

Menurut Sukamta semestinya pemerintah segera melakukan perbaikan data COVID-19 bukan malah mengeluarkan salah satu indikator pentingnya. Karena angka kasus kematian ini adalah indikator utama keselamatan.

Lebih lanjut politikus Partai Dakwah ini megatakan, banyaknya kematian menunjukkan adanya kelemahan dan masalah yang harus segera ditangani dan diantisipasi supaya tidak bertambah jumlah kematian.

"Banyak laporan dari lembaga independen yang mengkritisi data pemerintah masih belum mencakup data kondisi riil di lapangan. Saya kira akan lebih baik jika data dikelola secara transparan dan jujur. Karena ini terkait dengan nyawa manusia dan masa depan anak bangsa. Belum ada kata terlambat untuk segera melakukan pembenahan data COVID-19," pungkasnya. (Pon)

Baca Juga

Warga Mesti Siap Hidup Berdampingan dengan COVID-19

#COVID-19 #Kasus Covid #Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Lifestyle
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Gejala long COVID tidak selalu sama pada setiap orang. Sebagian mengalami hanya satu keluhan, seperti sesak napas atau kelelahan (fatigue), sementara yang lain menghadapi kombinasi beberapa gangguan.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 12 Agustus 2025
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Indonesia
Demi Tanah Abang Bangkit, Fraksi PKS Desak Pemprov DKI Jadikan Prioritas di RPJMD
Usulan ini disampaikan dalam rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA PPAS) 2026
Angga Yudha Pratama - Rabu, 06 Agustus 2025
Demi Tanah Abang Bangkit, Fraksi PKS Desak Pemprov DKI Jadikan Prioritas di RPJMD
Indonesia
Abdul Kharis Almasyhari Jadi Ketua Fraksi PKS DPR
Hal itu diketahui saat Presiden PKS periode 2025-2030 Almuzammil Yusuf menghadiri rapat pleno fraksi PKS di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/6) kemarin.
Frengky Aruan - Kamis, 26 Juni 2025
Abdul Kharis Almasyhari Jadi Ketua Fraksi PKS DPR
Indonesia
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
Kemenkes menjabarkan saat ini ada 179 kasus COVID-19, dengan 1 kasus positif dari 32 pemeriksaan yang ditemukan
Wisnu Cipto - Senin, 16 Juni 2025
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
Indonesia
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Batuk-pilek disertai sesak napas dalam waktu kurang dari 14 hari setelah kembali dari Tanah Suci.
Wisnu Cipto - Senin, 16 Juni 2025
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Indonesia
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menegaskan bahwa situasi COVID-19 di Ibu Kota tetap terkendali
Angga Yudha Pratama - Jumat, 13 Juni 2025
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Indonesia
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
Ani mengimbau masyarakat untuk terus menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
Angga Yudha Pratama - Rabu, 11 Juni 2025
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
Indonesia
Polemik Visa Haji Furoda 2025, PKS Minta Pemerintah Ambil Kuota Negara Lain
Tidak terbitnya visa haji furoda dinilai merugikan merugikan calon jemaah haji yang sudah membayar dan siap berangkat.
Frengky Aruan - Sabtu, 07 Juni 2025
Polemik Visa Haji Furoda 2025, PKS Minta Pemerintah Ambil Kuota Negara Lain
Indonesia
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
KPK meminta bantuan BRI untuk memberikan informasi mengenai fasilitas kredit
Wisnu Cipto - Jumat, 06 Juni 2025
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
Indonesia
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
Pemeriksaan dilakukan di Gedung Merah Putih KPK.
Wisnu Cipto - Kamis, 05 Juni 2025
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
Bagikan