Pemerintah Diminta Turun Tangan Dampingi Anak yang Alami Psikososial Selama Pandemi

Ketua MPR Bambang Soesatyo. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)
Merahputih.com - Ketua MPR, Bambang Soesatyo menilai pembatasan sosial selama pandemi COVID-19 dapat berdampak pada terjadinya tekanan psikososial bagi anak-anak dan remaja.
Bamsoet mengatakan, pemerintah mesti memberikan program pendampingan psikologis untuk anak didik melalui kerjasama dengan psikiater, dan memastikan fasilitas pendukung pembelajaran daring bagi anak-anak dan remaja di rumah telah memadai.
"Sehingga tidak menambah beban anak dalam kegiatan belajar mengajar secara daring," jelas Bamsoet dalam keteranganya, Selasa (21/7).
Baca Juga:
Update COVID-19, Minggu (3/5): Pasien Positif 11.192 dan 1.876 Dinyatakan Sembuh
Ia menambahkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Kemendikbud untuk mengevaluasi kemampuan belajar anak secara mandiri. "Hal ini karena tidak semua anak memiliki wali atau orangtua yang mampu sepenuhnya mendampingi setiap proses pembelajaran anak dari rumah," sebut Waketum Golkar ini.
Ia meminta agar orang tua memahami gejala tekanan psikososial yang berpotensi dialami anak, agar dapat segera dikonsultasikan kepada ahli guna mencegah terjadinya psikososial yang semakin parah.
Serta mendampingi dan memberi perhatian khusus pada anak saat berada di rumah, terutama dalam belajar maupun dalam mengakses internet agar tidak terpapar oleh hal-hal negatif.
"Pemerintah bersama dengan orang tua anak memperhatikan agar tidak terjadi peningkatan kekerasan pada anak selama belajar di rumah, dan mencari solusi untuk meminimalisir terjadinya peningkatan yang semakin tinggi, dikarenakan kekerasan terhadap anak dapat berdampak serius," jelad Bamsoet.

Pemerintah juga mesti berkomitmen memberikan perlindungan kepada anak, baik perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, hingga kejahatan seksual, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat pandemi membuat anak-anak Indonesia mengalami tekanan psikososial. Di antaranya merasa bosan tinggal di rumah, hingga ikut khawatir dengan penghasilan keluarga.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes Fidiansjah mengutip data dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) Wahana Visi Indonesia mengatakan, bahwa virus ini meningkatkan tekanan psikososial.
"Ini mengkhawatirkan, 47 persen anak merasa bosan tinggal di rumah, 35 persen anak khawatir ketinggalan pelajaran karena ia tidak biasa mengikuti pelajaran di rumah, kemudian 15 persen anak merasa tidak aman, 34 persen anak takut terkena penyakit termasuk Covid-19, kemudian 20 persen merindukan teman-teman, dan 10 persen anak khawatir tentang penghasilan orang tua dan kekurangan makan," ujarnya saat mengisi konferensi pers virtual di akun youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Bahkan, 11 persen anak mengalami kekerasan fisik selama menjalani proses belajar yang tidak lazim di rumah dan 62 persen anak mengalami kekerasan verbal.
Jadi, dia menambahkan, potret itu menggambarkan betapa tingginya persoalan kesehatan jiwa pada anak remaja kalau tidak diantisipasi dengan cepat.
Baca Juga:
Kepergok Tak Pakai Masker, Pengunjung dan Pembeli Pasar Tradisional Dipaksa Pulang
Pemerhati Kesehatan Jiwa Anak UNICEF Ali Aulia Ramly mengutip satu studi yang dilakukan oleh LSM lainnya, yaitu peningkatan kekerasan pada anak. Dari 1.200 responden, dia menyebutkan, 200 hingga 300 orang di antaranya mengaku mengalami kekerasan. "Kemudian hampir 30 persen di antaranya (korban kekerasan) dialami anak," katanya.
Meski pendidikan pada anak dijalankan melalui daring di rumah, tapi ini tidak mengurangi rentannya terjadi risiko kekerasan. "Artinya persoalan bukan hanya ketika anak diam di rumah, tetapi ada tekanan psikologis meningkatnya kekerasan di rumah dan ini harus menjadi perhatian bersama," ujarnya. (Knu)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Bye-Bye Macet! Lihat Penampakan Taksi Terbang Tanpa Pilot yang Bakal Mengudara di IKN, Tarifnya Bikin Kaget!

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
![[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone](https://img.merahputih.com/media/b7/83/47/b783478297cb6d97ceab51e9480de202_182x135.png)
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
