Pandemi Jadi Momentum Tepat untuk Ajukan Jamu Sebagai WBTB UNESCO


Jamu, minuman khas budaya Indonesia dengan banyak manfaat untuk imun tubuh. (Foto: dmo.or.id)
TIM Kerja Nominasi Budaya Sehat bersama Gabungan Pengusaha (GP) Jamu berpendapat bahwa saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menominasikan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke UNESCO, mengingat sebagian besar negara di dunia masih dilanda pandemi.
"Kami merasa saat ini adalah momentum yang tepat untuk menominasikan jamu ke UNESCO karena seperti kita tahu saat ini dunia sedang mengalami pandemi," kata Peneliti Erwin J Skripsiadi yang mewakili Ketua Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu saat konferensi pers di Jakarta, dilansir ANTARA Senin (14/3).
Baca juga:

Selain itu, Erwin mengatakan jamu juga dapat dijadikan minuman yang dikonsumsi untuk sehari-sehari. Hal tersebut ditunjukkan melalui budaya promotif yang dilakukan oleh para mbok atau penjual saat menjajakan jamu dengan cara berkeliling.
"Jamu gendong itu setiap pagi selalu melewati rute yang sama. Artinya sebenarnya ini menunjukkan bahwa jamu itu minuman yang harus diminum setiap hari dan secara teratur. Jamu itu promotif, bukan cuma kreatif," katanya.
Untuk keperluan UNESCO, Erwin mengatakan pihaknya hanya melakukan penelitian dalam ranah budaya. Meski begitu, ia menyebutkan bahwa jamu beserta tumbuhan berkhasiat obat telah diteliti secara klinis sejak lama, seperti yang dilakukan oleh Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2TOOT) di Tawangmangu.
Baca juga:
Mbok Jamu Gendong, Tangguh Mewariskan Ramuan Warisan Leluhur

Senada dengan Erwin, Konsultan Penelitian dan Penulis Dokumen ICH-02 Gaura Mancacaritadipura menilai bahwa jamu dapat menjadi sumbangsih bangsa Indonesia pada kesehatan dunia.
Ia mengatakan jamu telah menjadi warisan budaya tak benda dalam bentuk obat yang dimiliki bangsa Indonesia sejak lebih dari 1.200 tahun lalu dan hingga saat ini masih dikonsumsi oleh masyarakat.
"Ini adalah sumbangsih bangsa Indonesia pada kesehatan dunia, sesuatu yang luar biasa di tengah zaman sekarang dengan banyaknya penyakit. Indonesia telah berusaha berbuat baik. Tentu saja ini harapan kita semua," kata Gaura.
Melalui budaya sehat jamu, Gaura berharap Indonesia akan lebih dikenal sebagai negara yang menyumbang kebaikan untuk dunia. Melalui pengajuan ke UNESCO, ia juga berharap jamu dapat lebih dikenal orang di berbagai dunia.
Wakil Sekretaris Jendral IV GP Jamu Kusuma Ida Anjani juga mengingatkan bahwa jika ditinjau dari kacamata kebudayaan, "jamu" berasal dari dua kata, yaitu 'Djampi' dan 'Oesodo' yang memiliki makna obat atau kesehatan dan doa.
"Jamu itu lebih dari sekadar obat tradisional tetapi memang ada doa di setiap racikannya," ujar perempuan yang akrab disapa Ajeng itu. Ia juga menggarisbawahi bahwa jamu tidak hanya memiliki manfaat untuk memelihara kesehatan dan membantu (*)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Viral! Surat-Surat R.A. Kartini Masuk Daftar Memory of the World, Bukti Perempuan Indonesia Punya Kontribusi Penting untuk Peradaban Dunia

Rencana Pembangunan 600 Vila di Pulau Padar Komodo, Menhut Tunggu Aprisal UNESCO

Kemenpar Siapkan Dana Rp 56,6 Miliar Pulihkan Status Hijau Geopark Kaldera Toba dari Peringatan UNESCO

Meratus Resmi Diakui UNESCO, Indonesia Menyala Kini Punya 12 Situs Geopark Dunia

Taman Bumi Kebumen dan Meratus Resmi Jadi Global Geopark UNESCO

Menu Jadul Es Pleret, Manis dan Nikmat untuk Berbuka Puasa

Balkan Blues Bosnia Raih Pengakuan UNESCO

Meneguk Ragam Manfaat Teh Liang Khas Sumatra Utara

Reog Ponogoro Resmi Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO

Reog Ponorogo Unjuk Gigi di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
