Susahnya Tidur di Masa Pandemi


Sulit mendapatkan tidur yang berkualitas. (Foto: Unsplash/Yuris Alhumaydy)
PANDEMI COVID-19 membuat sebagian masyarakat memiliki jam tidur yang tidak teratur, bahkan ada yang baru bisa tidur di pagi hari. Dr Andreas Prasadja dari Snoring and Sleep Disorder Clinic di RS Mitra Kemayoran Jakarta, mengungkap sejumlah pasiennya mengalami masalah tidur sejak pandemi di Indonesia.
“Telah terjadi perubahan komposisi masalah tidur pada pasien. Sebelum pandemi, 50 persen yang datang ke saya mengalami insomnia, sedangkan 50 persen lagi sleep apnea. Sekarang, 70 persen pasien saya ialah pasien insomnia dan 30 persen sleep apnea,” kata Andreas seperti dilansir ANTARA.
Kurangnya waktu tidur berdampak bagi produksi hormon stres, sehingga melemahkan sistem imun tubuh.
“Selain itu, bisa juga menyebabkan pembengkakan pada tubuh. Karenanya, mendapatkan tidur berkualitas menjadi lebih penting lagi di tengah pandemi ini,” tuturnya.
Baca juga:

Menurut hasil studi tidur global Philips 2021 yang dirilis dalam rangka World Sleep Day 2021, masyarakat di kawasan Asia Pasifik dan di seluruh dunia mengalami setidaknya satu atau lebih tantangan tidur sejak awal mula COVID-19. Hampir dua pertiga responden menyatakan pandemi telah berdampak secara langsung terhadap kemampuan mereka untuk tidur nyenyak.
Lebih dari satu tahun COVID-19 merebak, masyarakat di Asia Pasifik melaporkan bahwa mereka tidur lebih nyenyak, dengan rata-rata 7,2 jam per malam. Akan tetapi, satu dari empat merasa tidak puas dengan tidur mereka.
“Bagi setengah dari responden survei di Asia Pasifik, pola tidur mereka telah berubah ketika pandemi melanda. Hampir 22 persen menyatakan waktu tidur malam mereka berkurang setiap malam. Sebanyak 35 persen mengaku merasa cukup istirahat ketika bangun pagi, dan 44 persen mengalami kantuk di siang hari,” kata Presiden Direktur Philips Indonesia Pim Preesman.
Baca juga:

Mendapatkan tidur yang nyenyak sampai pagi hari merupakan tantangan bagi banyak orang. responden studi mengalami kesulitan seperti terbangun di tengah malam (42 persen), kesulitan tidur (43 persen), dan sulit untuk tetap tertidur (26 persen).
Penggunaan ponsel sebelum tidur sebenarnya menjadi salah satu penyebabnya. Setengah responden menyatakan kegiatan itu merupakan hal terakhir yang dilakukan sebelum tertidur dan pertama setelah bangun.
Sebagian besar menggunakan untuk hiburan, mengisi daya ponsel semalaman persis di samping tempat tidur, dan lebih dari seperlima menjawab pesan dan telepon yang membuat mereka terbangun. (and)
Baca juga:
Prediksi Kondisi Pandemi COVID-19 di Indonesia Menurut Pakar Feng Shui
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
