Ozon kian Menipis, Dampak Negatif Mengintai Manusia


Kutub utara mengalami dampak besar penipisan ozon.(foto: pexels-valdemaras-d)
MERAHPUTIH.COM - LAPISAN ozon menipis sejak 2020. Profesor Mete Tayanc dari Universitas Marmara, Istanbul, Turki, menyebut penipisan itu terjadi secara signifikan. Tanpa adanya lapisan ozon, manusia akan mengalami dampak negatif.
Lapisan ozon, menurut Tayanc, berlaku bak perisai yang menghalangi sinar ultraviolet (UV) berbahaya dari matahari. Meski demikian, ozon tetap meneruskan cahaya yang bisa kita lihat dan penting bagi kehidupan di Bumi.
Tayanc menyebut tanpa adanya lapisan ozon, manusia akan merasakan dampak buruk seperti penuaan kulit dini, berbagai macam kanker, gangguan sistem kekebalan tubuh, dan katarak dini. Proses fotosintesis pada tumbuhan juga akan terganggu.
Menurut dia, ada tiga faktor utama yang menyebabkan penipisan lapisan ozon, yakni klorofluorokarbon (CFC), partikel halus, dan sinar matahari. "Meskipun emisi zat-zat tersebut telah berkurang secara signifikan, beberapa di antaranya masih digunakan dalam jumlah kecil hingga saat ini," katanya.
Baca juga:
Fenomena Lubang Terbesar Lapisan Ozon di Atas Arktik Akhirnya Tertutup, Apa Penyebabnya?
Hal itulah yang menyebabkan penipisan lapisan ozon terus berlangsung secara signifikan sejak 2020. “Secara total, level ozon terus menurun. Karena kita sekarang berada di September, area yang terkena dampak semakin meluas," kata ilmuwan itu.
Tayanc menyebut, hingga 9 September 2024, luas lubang ozon telah mencapai lebih dari 10 juta kilometer persegi. Kerusakan terutama terlihat di Kutub Utara dan Antartika. Ia juga memperingatkan bahwa Protokol Montreal tentang Zat Perusak Lapisan Ozon telah mendasari upaya untuk menghapus secara bertahap berbagai zat yang merusak lapisan ozon.
Protokol itu diadopsi pada 16 September 1987. Protokol Montreal yang mulai berlaku pada 1 Januari 1989 merupakan perjanjian internasional yang bertujuan melindungi lapisan ozon dengan menghilangkan zat-zat perusak ozon secara bertahap.
"Ketika Protokol Montreal pertama kali disusun, bahan kimia perusak ozon diperkirakan akan berkurang hingga 50 persen pada 1999. Namun, target ini kemudian direvisi," kata Tayanc.
Amandemen London, yang ditandatangani pada 1990, menetapkan target baru pelarangan semua gas perusak ozon pada 2000. Sebagai peringatan atas penetapan protokol tersebut, PBB menetapkan 16 September sebagai Hari Internasional Pelestarian Lapisan Ozon.(*)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
