Mundurnya Bamsoet Dari Perebutan Ketum Golkar Rusak Proses Demokrasi
Caketum Partai Golkar Bambang Soesatyo alias Bamsoet (Antara/Desca Lidya Natalia)
MerahPutih.Com - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai, mundurnya Bambang Soesatyo (Bamsoet) maju sebagai Ketua Umum Golkar berdampak buruk bagi konstelasi politik di partai tertua di Indonesia itu.
Ia melihat, pengaruh tokoh senior Golkar Luhut Binsar Panjaitan membuat Bamsoet tak berkutik.
Baca Juga:
Sempat Bergelojak, Munas Golkar Dijamin Berlangsung Damai dan Demokratis
"Pengaruh Luhut sebagai politisi senior tentu ada, nggak mungkin nggak. Saya ngak tahu ilmu dan pengaruh apa yang pada akhirnya Bamsoet menyerah tanpa syarat dan seperti terkesan bertekut lutut berhadapan dengan Luhut, " papar Pangi kepada wartawan di Jakarta, Selasa (3/12).
"Yang jelas Luhut punya pengaruh besar dan mungkin punya kartu mati untuk Bamsoet," sebut Pangi.
Menurut Pangi, hampir tak terjadi kontestasi sejuah ini tanpa Bamsoet karena tak ada lawan tanding Airlangga Hartarto
"Dengan mundurnya Bamsoet nampaknya memang ada yang siap tanding head to head dengan Airlangga Hartarto," kata Pangi.
Pangi melihat, dari awal memang Bamsoet setengah hati dan tidak berani head to head atau tanding secara terbuka dengan Airlangga Hartarto.
"Jadi kita tidak kaget tiba tiba mundurnya Bamsoet dari pencalonan ketum Golkar," sebut Pangi.
Pangi menjelaskan, mundurnya Bamsoet semakin memperkuat sinyalemen aklamasi karena sudah tak ada kompetisi.
"Sangat disayangkan sebetulnya, karena selama ini partai golkar partai yang tumbuh kembang dari kontestasi, terbuka peluang berkontestasi, bisa kemunduran demokrasi di internal Golkar kalau suasana bertarung tidak muncul dalam munas golkar kali ini," jelas Pangi.
Pangi menyesalkan adanya pengaruh dari beberapa tokoh senior Golkar yang meminta Bamsoet tak maju.
"Ada gejala partai politik mulai tidak demokratis, wajar mengelola negara nanti bisa tidak demokratis, mustahil mengelola negara secara demokratis," terang Pangi.
"Sementara partai trend mulai berkembang menjadi oligarki dan makin feodal, di internal partai sendiri sudah tidak demokratis, bagaimana kita percaya negara bisa demokratis," tambah dia.
Baca Juga:
Pangi meyakini, Ketua Umum Golkar bksa terpilih bisa menjadi calon presiden di tahun 2024, sudah tidak zamannya lagi Golkar menjadi partai pengusung calon presiden dari kader partai lain.
"Dan ketua umum terpilih bisa menahkodai bagaimana supaya suara partai golkar dan jumlah kursinya naik, memenangkan pemilu legislatif 2024, ini tantangan ketua umum yang baru," tutup Direktur Eksekutif Voxpol Center ini.(Knu)
Baca Juga:
Golkar Bergejolak Jelang Munas Karena Perebutan Posisi Strategis
Bagikan
Berita Terkait
Idrus Marham Yakin Bahlil Setia ke Prabowo Meski Dihujat di Media Sosial
Kritik Terhadap Bahlil Lahadalia Dinilai Sudah Kebablasan dan Menyerang Personal Tanpa Berlandaskan Fakta, Golkar Siap Tempur?
Ketum Bahlil Lahadiala Bagikan 610 Ribu Paket Sembako Peringati HUT Ke-61 Partai Golkar
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Golkar Nilai Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Sebagai Hal Wajar, Era Orde Baru Resmi Dihormati Negara?
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut
Bahlil Tolak Tunduk Narasi Negatif, Golkar Klaim Publik Lebih Cerdas Menilai
Klarifikasi Pernyataan Atalia Praratya soal Dana Pesantren, Golkar Tegaskan Tak Ada Larangan APBN untuk Ponpes
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo
Perpres 79 Tahun 2025 Dinilai Jadi Bukti Komitmen Prabowo untuk Lanjutkan Pembangunan IKN