Menilik Peran Diaspora Indonesia Dalam 'Pertarungan' Joe Biden-Donald Trump

Calon Presiden Amerika Biden dan Trump. (Foto: VOA),
Merahputih.com - Salah satu kelompok diaspora Indonesia berkewarganegaraan AS yang aktif dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Pejuang Indonesian Coalition mengusung misi untuk memberikan kesadaran bagi diaspora Indonesia untuk tidak asal memberikan hak pilihnya. Namun, harus memilih pemimpin yang tepat.
“Kita akan encourage (mendorong) orang-orang, khususnya mereka diaspora Indonesia yang sudah menjadi US citizen, untuk benar-benar take it seriously (memberi perhatian serius.red)untuk mereka vote (pilih.red). Dan bukan hanya sekedar vote, tapi vote untuk the right leader,” kata Aldo Siahaan, salah satu anggota Pejuang Indonesian Coalition.
Hasil pilpres AS kali ini dinilai akan mempengaruhi sejumlah kebijakan penting selama empat tahun ke depan. Sebut saja soal kebijakan imigrasi dan penanganan pandemi virus corona.
Baca Juga:
Facebook Berantas Jaringan yang Unggah Hoaks Soal Pilpres AS
Sehingga tak heran, sejumlah diaspora Indonesia berkewarganegaraan AS kali ini turut aktif dalam mendukung calon presiden (capres) AS pilihan mereka dengan beragam cara. Mulai dari secara publik menyatakan dukungan, memberikan donasi, menghadiri kegiatan kampanye, hingga menjadi relawan bagi capres yang mereka dukung.
Kelompok tersebut merefleksikan masalah-masalah kaum imigran, terutama diaspora Indonesia di Philadelpia dan sekitarnya.
Dikutip dari VOAindonesia, beberapa unggahan Pejuang Indonesia Coalition menunjukkan dukungannya kepada calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. Dalam kampanyenya, Biden menjanjikan sejumlah kebijakan pro-imigrasi bila dia terpilih, termasuk menaikkan kuota jumlah pengungsi yang diperbolehkan masuk ke AS.
Sebaliknya, Presiden Trump selama menjabat menerapkan kebijakan imigrasi yang lebih ketat, misalnya, membangun tembok perbatasan dan membatasi kuota jumlah imigran yang mengajukan permohonan izin tinggal.
Katherine Antarikso, anggota di Pejuang Indonesia Coalition, mengatakan kelompok tersebut ingin menonjolkan visibilitas imigran Indonesia.
“Jadi kita mau grup ini membuat diaspora Indonesia dan imigran dari Indonesia terlihat,” beber Katherine.
Pilpres AS akan digelar pada 3 November 2020 diperkirakan akan menjadi pemilihan dengan tingkat partisipasi pemilih tertinggi dalam sejarah. Hal ini karena kedua calon presiden, petahana Presiden Donald Trump dari Partai Republik dan lawannya, Joe Biden dari Partai Demokrat, menawarkan program-program yang saling bertolak belakang untuk sejumlah isu penting, seperti imigrasi dan penanganan pandemi virus corona.
Menurut data United States Elections Project di Universitas Florida, jumlah suara yang masuk dalam pemungutan suara dini di seluruh Amerika Serikat telah mencetak rekor dengan melewati 60 persen dari total 2016. Terakhir kali partisipasi pemilu melampaui 60 persen terjadi pada 1986. Untuk pilres 2020, United States Elections Project bahkan memperkirakan partisipasi dalam pilpres bisa menembus angka 65 persen.
Relawan Pejuang indonesia Coalition lainnya, Rania Nurita Bakhri mengaku sudah menelepon orang-orang yang sudah ada dalam daftar dan memastikan apakah mereka sudah terdaftar sebagai pemilih.
Ia juga menanyakan apa mereka butuh surat suara lewat pos atau ada pertanyaan-pertanyaan lain. Tak lupa, ia juga mendorong mereka untuk menggunakan hak suaranya.
"Saya fokus pada komunitas muslim di area Tri-State dan Pennsylvania,” kata Rania, yang juga relawan Council on American-Islamic Relations (CAIR) wilayah Philadelphia.
Sementara itu, sejumlah diaspora Indonesia yang mendukung Presiden Trump bergabung dalam kelompok Indonesian American for Trump. Kelompok itu lebih mendorong keterlibatan anggotanya untuk mempelajari isu-isu politik.
Baca Juga:
Dipilih Joe Biden, Kamala Harris Jadi Wanita Kulit Hitam Pertama di Pilpres AS
Sylvia Scott, seorang anggota Indonesian American for Trump, mengaku dia selama ini agak kurang memahami isu politik. Ia tergelitik untuk mendalami politik agar dapat mengenal sepak-terjang Trump lebih dekat. Apalagi, kata Sylvia, selama ini dia hanya mendengar hal-hal negatif mengenai Trump.
“OK, kalau gitu saya harus tahu. Enggak mungkin lah orang sebanyak ini milih. Pokoknya jadi bertanya-tanya gitu. Kenapa dia yang terpilih karena semuanya yang saya dengar, all negative things, right? So finally, dari situ mulai tanya-tanya,” paparnya.
Seluruh usaha diaspora Indonesia untuk memenangkan capresnya akan terlihat hasilnya hanya dalam beberapa hari mendatang. Akankah Presiden Trump berhasil mempertahankan posisinya atau Joe Biden yang akan menggesernya? Kita tunggu saja. (VOAindonesia)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Hubungan Donald Trump-Benjamin Netanyahu Makin Renggang Usai Presiden AS Sebut Serangan Israel ke Doha 'Tindakan Ceroboh'

Profil Charlie Kirk, Politisi AS yang Ditembak hingga Tewas saat Berpidato di Utah

Geger, Influencer Pendukung Trump Charlie Kirk Ditembak di Leher, Timbulkan Kepanikan

Hakim Batalkan Kebijkan Pemotongan Dana untuk Harvard oleh Donald Trump, Pemerintah akan Ajukan Banding

Kesehatan Presiden AS Donald Trump Jadi Bola Panas di Media Sosial, Tetap Menyebar meski sudah Dibantah

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

Presiden China, Rusia, dan Pemimpin Korea Utara Akrab di Parade Militer, Donald Trump Singgung Konspirasi Melawan AS

Taylor Swift Umumkan Pertunangan, Presiden AS Donald Trump hingga Anggota Kerajaan Inggris Ucapkan Selamat

Ini Yang Akan Dibahas Dalam Pertemuan Trump dan Putin di Alaska

Meksiko Kirim 26 Tokoh Kartel Narkoba ke AS, Ada Deal dengan Trump
