Kesehatan

Mengenal ‘POTS’, Gejala yang Dialami Penyintas COVID-19

Andreas PranataltaAndreas Pranatalta - Sabtu, 01 Mei 2021
Mengenal ‘POTS’, Gejala yang Dialami Penyintas COVID-19

Menyebabkan tubuh berfungsi tanpa disengaja dan tanpa dikendalikan oleh sistem saraf. (Foto: Unsplash/Kinga Cichewicz)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEBAGIAN orang mungkin belum mengenal gejala pasca COVID-19, yakni Postural Orthostatic Tachycardia Syndrome (POTS). POTS bukan hal baru yang muncul akibat COVID-19. Kondisi ini seringkali terjadi pada penyintas COVID-19 yang tiba-tiba bangun dari posisinya ketika berbaring.

Mengutip ANTARA, menurut artikel Johns Hopkins Medicine yang berjudul COVID-19 and POTS, kondisi ini dapat menyebabkan tubuh berfungsi tanpa disengaja dan tanpa dikendalikan oleh sistem saraf, seperti detak jantung dan tekanan darah.

“POTS merupakan kelainan atau keadaan otonom pada sistem saraf. Biasa disebut dysautonomia, ini adalah kondisi keadaan tubuh tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan posisi,” kata Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS MMC Jakarta, dr. Puti Sarah Saus, Sp.JP-K.

Baca juga:

Kombinasi Obat COVID-19 Ditolak BPOM, Tim Peneliti Unair Segera Sempurnakan Uji Klinik

Mengenal ‘POTS’, Gejala yang Dialami Penyintas COVID-19
Solusinya adalah mengisi carian tubuh. (Foto: Unsplash/quokkabottles)

“Jadi ketika ada perubahan posisi dari tenang atau duduk menjadi berdiri, penderita POTS akan merasakan dada berdebar-debar karena denyut nadi meningkat lebih dari 30 kali per menit dari normalnya,” lanjutnya.

Menurut dr. Puti, keluhan lain yang juga bisa muncul adalah rasa limbung, pandangan kabur, tubuh lemas, sampai hampir pingsan. “Namun seseorang yang dapat dikatakan memiliki gejala POTS adalah ketika mereka tidak memiliki kelainan lain seperti kekurangan cairan, anemia, atau mengalami demam,” kata dr. Puti.

Ada dua hal yang memungkinkan POTS terjadi, yakni gangguan saraf simpatis yang berfungsi mengatur tekanan darah, serta gangguan volume darah di dalam tubuh. Penyintas COVID-19 rentan mengalami gejala POTS karena COVID-19 bisa merusak organ di dalam tubuh.

Baca juga:

Doakan Pandemi COVID-19 Berakhir, Keraton Surakarta Adakan Ritual Maesa Lawung

Mengenal ‘POTS’, Gejala yang Dialami Penyintas COVID-19
Recumbent Cycling. (Foto: RAD Innovations)

“Reaksi antibodi dan antigen yang dikeluarkan tubuh untuk menangkal COVID-19 dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf. Itulah yang akan menimbulkan gangguan pada penderita POTS, sehingga penyintas COVID-19 dengan gangguan sistem saraf simpatis bisa mengalami POTS,” kata dr. Puti.

Jika mengalami POTS, ada beberapa cara yang bisa dilakukan salah satunya terapi cairan. Terapi awal ini akan membuat pasien dipenuhi dahulu cairannya yang kurang. Misalnya diberi minum air mineral dua liter sehari dan asupan garam atau sodium untuk meningkatkan volume cairan tubuh.

Lakukan juga olahraga yang tepat, seperti Recumbent cycling dan berenang. Recumbent cycling paling dimungkinkan karena bersepeda dengan posisi kepala cukup rendah membuat penyintas COVID-19 tidak merasa pusing. (and)

Baca juga:

Lapisan Ozon Membaik di Tengah Pandemi COVID-19

#Kesehatan #COVID-19 #Virus Corona
Bagikan
Ditulis Oleh

Andreas Pranatalta

Stop rushing things and take a moment to appreciate how far you've come.

Berita Terkait

Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Bagikan