Doakan Pandemi COVID-19 Berakhir, Keraton Surakarta Adakan Ritual Maesa Lawung


Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar upacara adat ritual Maesa Lawung, Selasa (15/12). (MP/Ismail)
MerahPutih.com - Pandemi COVID-19 yang tak kunjung berlalu mengundang perhatian Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan menggelar upacara adat ritual Maesa Lawung.
Acara diadakan di Siti Hinggil Pagelaran, kompleks Keraton Surakarta dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Hadiningrat GKR Wandansari mengatakan, upacara adat Maesa Lawung tahun ini digelar tanpa Wilujengan Nagari. Seluruh sesaji upacara langsung dibawa ke Alas Krendowahono dari Gondorasan (dapur keraton).
"Biasanya kan sesajen didoakan dulu di Siti Hinggil Pagelaran Keraton baru kemudian sesaji dibawa ke Alas Krendowahono untuk ritual doa bersama lagi di sana, tapi karena masih pandemi COVID-19 acara adat sedikit berubah," kata Wandansari, Selasa (15/12).
Baca Juga:
Kerbau Bule Nyai Manis Sepuh Keraton Surakarta Mati di Kandang karena Sakit Radang Lambung
Selain meniadakan Wilujengan Nagari, jumlah peserta yang ikut ritual Maesa Lawung di Alas Krendowahono juga dikurangi. Dari biasanya diikuti sekitar 500 orang, tahun ini hanya 30 hingga 40 orang.
"Kami tetap mematuhi anjuran pemerintah dalam penanganan COVID-19. Semua yang hadir di pepunden juga wajib mengenakan masker dan sebelum tadi upacara dimulai juga tempatnya disemprot desinfektan terlebih dulu," kata dia.

Ia mengemukakan, dalam sesi doa bersama, para Sentono Dalem dan Abdi Dalem mendoakan agar COVID-19 segera sirna dan masyarakat Jawa khususnya serta Indonesia pada umumnya kembali pulih termasuk kondisi ekonomi dan kesehatan.
"Kami berharap pandemi COVID-19 segera berakhir dan ekonomi kembali pulih. Kasihan saudara kita tidak bisa lagi bekerja akibat terkena PHK karena pandemi," tutur dia.
Baca Juga:
8 Bulan Ditutup, Objek Wisata Keraton Surakarta Dibuka dengan Protokol Kesehatan Ketat
Ia menambahkan, setelah upacara doa bersama selesai, kepala kerbau yang menjadi sesaji utama dalam upacara Maesa Lawung pun dikuburkan.
Selain itu, sesaji hewan hidup seperti ayam, burung, jangkrik hingga semut dilepaskan ke alam liar.
“Sesajinya ada bunga matahari yang didandani sebagai pengantin, kemudian ingkung, jajan pasar pepak ageng atau lengkap, lele hidup sepasang. Juga ada kepala kerbau yang ditanam di lingkungan sini yang menyimbolkan semua yang jelek-jelek dikubur bersama dan yang tertinggal hanya ridanya Allah," pungkas Wandansari. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga:
Debat Gibran Vs Bagyo, KPU Solo Angkat Tema Membangun Surakarta sebagai Kota Budaya
Bagikan
Berita Terkait
Keraton Surakarta Gelar Kirab Pusaka Malam 1 Suro, Simak Waktu dan Jalurnya

5.000 Peserta Bakal Ikut Kirab Pusaka Malam 1 Suro Keraton Surakarta

Masjid Agung Surakarta Potong Sapi Milik Prabowo Berbobot 1,019 Ton dan Pemberian Gibran dengan Berat 980 Kg

Cegah Banjir, Petugas Bongkar Paksa Belasan Bangunan tak Berizin di Atas Drainase

Muncul kembali Usulan Daerah Istimewa Surakarta, Juru Bicara Keraton Surakarta Minta Hak Dikembalikan

Ilmuwan China Temukan Virus Corona Kelelawar Baru yang Sama dengan COVID-19, Disebut Dapat Menular ke Manusia Lewat

Keluarga Raja Sebar Uang Receh Saat Kirab Agung PB XIII Naik Takhta

Kawasan Cagar Budaya, Ketua MPR Dorong Revitalisasi Keraton Surakarta

Alun-alun Utara Keraton Surakarta Kembali Dibuka, Gibran Bagikan Susu

2 Gunungan Grebeg Maulud Keraton Surakarta Ludes Direbut Warga Sebelum Didoakan
