Kerbau Bule Nyai Manis Sepuh Keraton Surakarta Mati di Kandang karena Sakit Radang Lambung
Kerbau bule Nyai Manis Sepuh koleksi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. (Foto: MP/Ismail)
KOLEKSI kerbau bule keturunan Kiai Slamet milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berkurang. Kerbau bule betina bernama Nyai Manis Sepuh (35) mati di kandang Sitingkil Kidul, kompleks Alun-alun Kidul (Alkid), Rabu (11/11) pukul 07.00 WIB.
Diketahui kerbau bule merupakan kerbau yang di keramatkan Keraton Kasunanan Surakarta sebagai pusaka keraton. Kerbau bule kerap dilibatkan Raja Keraton Surakarta sejak PB I sampai PB XIII dalam acara adat keraton diantaranya kirab malam 1 Suro atau 1 Muharam.
Baca Juga:
4 Perbedaan Batik Khas Solo dan Yogyakarta, Serupa tapi Tak Sama
Srati atau pawang kerbau Keraton Solo, Hery Sulisyo, mengatakan, mengatakan Keraton Kasunanan Surakarta kehilangan kerbau bule setelah Nyai Manis Sepuh mati di kandang karena sakit selama lima hari. Nyai Manis Sepuh mati karena sakit radang lambung.
"Usia kerbau bule Nyai Manis Sepuh usianya paling tua diantara koleksi kerbau bule milik Keraton Surakarta," jelas Hery pada Merahputih.com, Rabu (11/11).
Ia mengatakan sebelum dinyatakan mati, pihak keraton sudah memeriksakan ke dokter. Namun, karena sakitnya parah tidak tertolong. Total kerbau bule Keraton Kasunanan Surakarta saat ini tinggal tersisa 21 kerbau yang dirawat di tiga kandang kawasan Alkid.
"Sakitnya sudah parah. Sampai setiap makan muntah kembali sampai hingga mati di kandang Rabu pagi" ungkap Hery.
Baca Juga:
Kerbau Kiai Slamet Jadi Sarana Edukasi Gratis Bagi Masyarakat
Ia menambahkan sebelum dimakamkan kerbau dimandikan, diberi kafan, dan didoakan selayaknya memakamkan manusia yang meninggal duni. Pemakaman dilakukan di kandang dengan prosesi adat keraton.
"Ada ulama Keraton Kasunanan yang bertugas membacakan doa. Setelah itu dimakamkan," jelas Hery.
Kerbau dalam lingkup budaya Jawa merupakan kekuatan petani. Menurut Sudarmono, sejarawan dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang dikutip dari laman inibaru.id, kehadiran kerbau dalam lingkungan keraton dianggap sebagai simbol legitimasi penguasa atas rakyatnya.
Kerbau bukan hanya sebagai penegasan kekuasaan raja saja, melainkan sebagai simbol keselamatan, kemakmuran, dan keamanan.
Konon kerbau-kerbau bule ini dapat berjalan hingga Cilacap atau Madiun tanpa dibimbing oleh pawang atau abdi dalem lainnya. Namun akan kembali lagi ke lingkungan keraton menjelang prosesi 1 Suro atau 1 Muharam. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Suksesi Keraton Solo Memanas, Maha Menteri Tedjowulan: Penobatan Purbaya dan Mangkubumi Belum Sah
Mangkubumi Dinobatkan PB XIV, GKR Timoer: Penobatan Cacat Hukum, Jumenengan Purbaya Tetap Jalan
Viral, Orang Menangis Malam Hari Pakai Toa Masjid Bikin Warga Kampung Terganggu
Banyak Pabrik Relokasi ke Jateng, Menperin Bilang Asal Tetap di NKRI
Mediasi Deadlock, Warga Tetap Tolak Pendirian SPPG Solo dan Minta Pindah Lokasi
Hasil Piala Dunia U-17 2025: Timnas Indonesia U-17 Raih Kemenangan 2-1 atas Honduras Setelah Disikat Zambia dan Brasil
KPK Tangkap Bupati Ponorogo
Ledakan Misterius Terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, 2 Orang Luka-luka
Ledakan Guncang Masjid SMA 72 Kelapa Gading, 8 Korban Dilarikan ke Rumah Sakit
Polisi Tetapkan 8 Tersangka Kasus Ijazah Palsu Jokowi, Salah Satunya Berinisial RS