Daging Merah Penyebab Kanker?


Olah daging dengan baik untuk meminimalkan risiko kanker. (Foto: Pixabay/tomwieden)
BANYAK orang yang bingung apakah daging merah berbahaya bagi kesehatan? Sejumlah studi dalam populasi besar di Eropa awal 1990-an, menunjukan bahwa sejumlah responden vegetarian bisa jadi juga mengidap kanker dibanding dengan pemakan daging, saat mengendalikan faktor diet dan gaya hidup lainnya.
Sejak saat itu, terus bermunculan penelitian tentang hubungan antara daging dan kanker. Sementara ini, sejumlah hipotesis, daging, antioksidan, fitokimia dan nutrisi bermanfaat lainnya, terbukti bisa melindungimu dari kanker.
Baca Juga:
Riset: Makanan Pedas Bisa Bantu Atasi Kanker

Banyak daging yang tinggi lemak dan produk hewani lainnya yang meningkatkan produksi hormon. Sehingga bisa meningkatkan risiko kanker terkait hormon, seperti kanker payudara atau prostat. Di sisi lain, diet tinggi protein juga dikaitkan dengan kanker. Daging yang mengandung protein tinggi dan protein dipecah menjadi amonia, mungkin bersifat karsinogenik pada manusia.
Seperti yang dilansir dari laman Askmen, apabila memasak daging pada suhu tinggi akan membentuk senyawa karsinogenik. Seperti amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Senyawa karsinogenik ini ditemukan pada tikus, serta primata dalam studi laboratorium.
Daging yang diawetkan dengan masak, diasap dan daging yang diawetkan lainnya, mengandung senyawa N-nitroso (NOC) yang berpotensi karsinogenik bagi manusia. Sementara banyak peneliti yang mengidentifikai asupan daging secara umum sebagai faktor risiko kanker. Khususnya daging merah seperti daging sapi, babi domba, sapi muda dan daging olahan.
Tapi, bukan hanya jenis dagingnya yang menjadi perhatian peneliti, tapi juga cara penyajiannya. Metode memasak seperti suhu dan waktu, semuanya mempengaruhi seberapa karsinogenik daging tertentu. Seperti daging yang dimasak pada suhu yang sangat tinggi dengan menggoreng dan memanggang, menghasilkan jumlah HCA terbesar. Namun pemanggangan dengan oven pada suhu yang lebih rendah, menghasilkan lebih sedikit HCA.
Kemudian, untuk perebusan bisa dilakukan pada suhu rendah, sehingga bahan kimia berbahaya tidak terbentuk. Selain itu, memasak untuk waktu yang lama seperti membuat steak yang matang. Bisa menyebabkan lebih banyak senyawa karsinogenik terbentuk daripada memasak untuk waktu yang lebih singkat.
Misalnya, membuat stik 'berdarah', perlu diingat bahwa daging yang dimasak kurang matang bisa berbahaya. Seperti mengakibatkan keracunan makanan atau infeksi lainnya.
Baca Juga:
Anak Penyintas Kanker Perlu Pendampingan dan Perawatan Khusus

Untuk jenis dagingnya terdapat dua jenis, organik dan anorganik. Daging organik berasal dari hewan yang tumbuh tanpa aditif pertumbuhan atau antibiotik. Secara umum, jumlah hormon streoid yang ditemukan dalam daging sangat kecil, dibandingkan dengan jumlah yang diketahui meningkatkan risiko kanker.
FDA mengatakan, bahwa residu sisa aditif pertumbuhan dalam daging khususnya daging sapi, bisa diabaikan dibanding dengan tingkat alami pada sapi dan manusia. Harap berhati-hati bagi ibu hamil dan anak-anak beranjak remaja, sebaiknya menghindari daging anorganik.
Banyak orang membeli susu organik dan produki susu yang bebas dari rBGH atau bersetifikat. Perlu diketahui bahwa rBGH merupakan hormon pertumbuhan yang dikatakan sejumlah orang menyebabkan kanker, meski hal tersebut sebagian diperdebatkan.
Penting diketahui, penggunaan antibiotik pada hewan bisa meningkatkan jumlah bakteri resisten antibiotiok pada lingkungan. Hal tersebut berdampak buruk bagi jangka panjang. Mengenai jenis kanker yang berhubungan dengan daging, kanker kolorektal merupakan yang paling ekstensif dan paling banyak dikaitkan dengan daging merah dan daging olahan.
Konsumsi daging itu dapat menyebabkan sedikit peningkatan risiko kanker kolorektal. Pria yang kerap makan daging merah itu, lebih berisiko tinggi terkena kanker prostat. Kemudian, sering mengonsumsi daging merah dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada perempuan.
Selain ketiganya, berbagai kanker lain termasuk lambung, pankreas, ginjal, dan kerongkongan juga dikaitkan dengan konsumsi daging. Untuk mengurangi risiko kanker, National Cancer Institute memberikan beberapa rekomendasi, salah satunya mengurangi paparan HCA pada daging. Seperti variasikan cara memasak daging, lakukan dengan microwave sebelum menggoreng atau memanggang.
Selain itu, perbanyak konsumsi buah, sayur dan ikan, dan membatasi konsumsi daging merah dan olahan. Pilihlah daging terbaik, rendah lemak atau bebas lemak. Ada baiknya kamu membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan bervariasi dan sehat. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
