Daging Merah Penyebab Kanker?

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Rabu, 09 Maret 2022
Daging Merah Penyebab Kanker?

Olah daging dengan baik untuk meminimalkan risiko kanker. (Foto: Pixabay/tomwieden)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

BANYAK orang yang bingung apakah daging merah berbahaya bagi kesehatan? Sejumlah studi dalam populasi besar di Eropa awal 1990-an, menunjukan bahwa sejumlah responden vegetarian bisa jadi juga mengidap kanker dibanding dengan pemakan daging, saat mengendalikan faktor diet dan gaya hidup lainnya.

Sejak saat itu, terus bermunculan penelitian tentang hubungan antara daging dan kanker. Sementara ini, sejumlah hipotesis, daging, antioksidan, fitokimia dan nutrisi bermanfaat lainnya, terbukti bisa melindungimu dari kanker.

Baca Juga:

Riset: Makanan Pedas Bisa Bantu Atasi Kanker

banyak peneliti yang mengidentifikai asupan daging secara umum sebagai faktor risiko kanker (Foto: Pixabay/shutterbug75)

Banyak daging yang tinggi lemak dan produk hewani lainnya yang meningkatkan produksi hormon. Sehingga bisa meningkatkan risiko kanker terkait hormon, seperti kanker payudara atau prostat. Di sisi lain, diet tinggi protein juga dikaitkan dengan kanker. Daging yang mengandung protein tinggi dan protein dipecah menjadi amonia, mungkin bersifat karsinogenik pada manusia.

Seperti yang dilansir dari laman Askmen, apabila memasak daging pada suhu tinggi akan membentuk senyawa karsinogenik. Seperti amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH). Senyawa karsinogenik ini ditemukan pada tikus, serta primata dalam studi laboratorium.

Daging yang diawetkan dengan masak, diasap dan daging yang diawetkan lainnya, mengandung senyawa N-nitroso (NOC) yang berpotensi karsinogenik bagi manusia. Sementara banyak peneliti yang mengidentifikai asupan daging secara umum sebagai faktor risiko kanker. Khususnya daging merah seperti daging sapi, babi domba, sapi muda dan daging olahan.

Tapi, bukan hanya jenis dagingnya yang menjadi perhatian peneliti, tapi juga cara penyajiannya. Metode memasak seperti suhu dan waktu, semuanya mempengaruhi seberapa karsinogenik daging tertentu. Seperti daging yang dimasak pada suhu yang sangat tinggi dengan menggoreng dan memanggang, menghasilkan jumlah HCA terbesar. Namun pemanggangan dengan oven pada suhu yang lebih rendah, menghasilkan lebih sedikit HCA.

Kemudian, untuk perebusan bisa dilakukan pada suhu rendah, sehingga bahan kimia berbahaya tidak terbentuk. Selain itu, memasak untuk waktu yang lama seperti membuat steak yang matang. Bisa menyebabkan lebih banyak senyawa karsinogenik terbentuk daripada memasak untuk waktu yang lebih singkat.

Misalnya, membuat stik 'berdarah', perlu diingat bahwa daging yang dimasak kurang matang bisa berbahaya. Seperti mengakibatkan keracunan makanan atau infeksi lainnya.

Baca Juga:

Anak Penyintas Kanker Perlu Pendampingan dan Perawatan Khusus

Daging organik lebih baik dibanding daging anorganik (Foto: Pixabay/ritaE)

Untuk jenis dagingnya terdapat dua jenis, organik dan anorganik. Daging organik berasal dari hewan yang tumbuh tanpa aditif pertumbuhan atau antibiotik. Secara umum, jumlah hormon streoid yang ditemukan dalam daging sangat kecil, dibandingkan dengan jumlah yang diketahui meningkatkan risiko kanker.

FDA mengatakan, bahwa residu sisa aditif pertumbuhan dalam daging khususnya daging sapi, bisa diabaikan dibanding dengan tingkat alami pada sapi dan manusia. Harap berhati-hati bagi ibu hamil dan anak-anak beranjak remaja, sebaiknya menghindari daging anorganik.

Banyak orang membeli susu organik dan produki susu yang bebas dari rBGH atau bersetifikat. Perlu diketahui bahwa rBGH merupakan hormon pertumbuhan yang dikatakan sejumlah orang menyebabkan kanker, meski hal tersebut sebagian diperdebatkan.

Penting diketahui, penggunaan antibiotik pada hewan bisa meningkatkan jumlah bakteri resisten antibiotiok pada lingkungan. Hal tersebut berdampak buruk bagi jangka panjang. Mengenai jenis kanker yang berhubungan dengan daging, kanker kolorektal merupakan yang paling ekstensif dan paling banyak dikaitkan dengan daging merah dan daging olahan.

Konsumsi daging itu dapat menyebabkan sedikit peningkatan risiko kanker kolorektal. Pria yang kerap makan daging merah itu, lebih berisiko tinggi terkena kanker prostat. Kemudian, sering mengonsumsi daging merah dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada perempuan.

Selain ketiganya, berbagai kanker lain termasuk lambung, pankreas, ginjal, dan kerongkongan juga dikaitkan dengan konsumsi daging. Untuk mengurangi risiko kanker, National Cancer Institute memberikan beberapa rekomendasi, salah satunya mengurangi paparan HCA pada daging. Seperti variasikan cara memasak daging, lakukan dengan microwave sebelum menggoreng atau memanggang.

Selain itu, perbanyak konsumsi buah, sayur dan ikan, dan membatasi konsumsi daging merah dan olahan. Pilihlah daging terbaik, rendah lemak atau bebas lemak. Ada baiknya kamu membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan bervariasi dan sehat. (Ryn)

Baca Juga:

Penyintas Kanker Butuh Dukungan Psikososial

#Kesehatan #Lipsus Maret Kanker #Kanker #Penyakit Kanker
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Indonesia
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Anggaran kesehatan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dialokasikan sebesar Rp 244 triliun.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Bagikan