Bila ada gejalannya segera bawa anak ke dokter. (Foto: Unsplash/Guillaume)
Ukuran:
14
Audio:
DIFTERI menjadi momok di Indonesia dalam kurun lima tahun terakhir ini. Pada 2017, Kementerian Kesehatan menetapkan difteri sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) setelah difteri menyebar di 28 provinsi. Pada 2022, kasus difteri di Indonesia meningkat dibandingkan pada 2021.
Difteri merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan selaput lendir pada hidung dan tenggorokan. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae.
Difteri bisa menyerang anak-anak. Penyebabnya banyak hal. Dari kurangnya gizi baik hingga Riwayat imunisasi yang tidak lengkap. Kondisi ini perlu segera ditangani karena difteri bisa memburuk dan menular dengan cepat.
Difteri sering menyerang anak-anak. (Foto: Unsplash/Kelly Sikkema)
Dilansir dari Alodokter, difteri pada anak perlu segera ditangani, karena bisa menular dengan cepat melalui kontak fisik, barang yang terkontaminasi bakteri, atau melalui percikan ludah dari batuk dan bersin yang tidak disengaja terhirup.
Beberapa gejala Difteri umumnya akan muncul sekira 2-5 hari setelah anak terinfeksi. Sebagian anak mungkin tidak mengalami dan menunjukkan gejala apa pun. Namun, sebagian lagi bisa mengalami gejala ringan menyerupai flu biasa.
Gejala difteri yang paling khas adalah terbentuknya lapisan abu-abu tebal pada tenggorokan dan amandel. Sementara itu, gejala difteri pada anak lainnya meliputi:
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Hidung meler
- Sulit bernapas
- Suara serak
- Detak jantung meningkat
- Mengi
- Pembesaran kelenjar getah bening di leher
- Pembengkakan langit-langit mulut
Apabila si kecil mengalami gejala di atas, langkah terbaik adalah segera membawanya ke dokter untuk ditangani secara tepat sebelum muncul komplikasi lebih lanjut. Komplikasi yang disebabkan difteri sangat berbahaya.
Komplikasi difteri termasuk peradangan pada otot dan katup jantung, gangguan irama jantung, hingga tertutupnya saluran pernapasan oleh selaput di tenggorokan yang dapat mengancam nyawa.
Jangan anggap sepele penyakit difteri pada anak. (Foto: Unsplash/Markus)
Untuk memastikan diagnosis difteri pada anak, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengambil sampel dari lapisan abu-abu pada amandel dan tenggorokan yang muncul sebagai akibat pertumbuhan bakteri.
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa anak positif menderita difteri, perawatan di rumah sakit perlu dilakukan. Anak mungkin akan ditempatkan di ruangan khusus karena difteri dapat menyebar dengan mudah.
Jenis penanganan yang akan dilakukan dokter tergantung gejala, usia, dan kondisi kesehatan anak secara keseluruhan. Obat yang diberikan pada dasarnya terdiri dari 2 macam, yaitu: Antitoksin dan Antibiotik.
Pencegahan difteri pada anak dapat dilakukan melalui vaksin difteri. Untuk anak-anak, vaksin difteri diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi DPT -HB-Hib.
Vakin DPT-HB-Hib mampu melindungi tubuh dari penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus influenzae tipe B.
Vaksin DPT-HB-Hib merupakan bagian dari imunisasi dasar yang wajib diberikan kepada anak-anak. Vaksin ini diberikan sebanyak 3 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Imunisasi lanjutan juga akan diberikan saat anak berusia 18 bulan. (far)