Kenali Penyakit Lain Anak yang Terkena COVID-19
 Leonard  - Rabu, 09 September 2020
Leonard  - Rabu, 09 September 2020 
                Penularan MIS-C 3 hingga 4 minggu setelah terpapar COVID-19. (Foto: Unsplash/Kevin Gent)
ANAK-anak yang terlihat bugar dan sehat tidak diduga bisa mengidap sindrom peradangan multisistem parah (MIS-C), yang diyakini terkait dengan COVID-19.
Belum lama ini, sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas di San Antonio telah menjelaskan fakta bahwa beberapa anak mungkin menderita kerusakan jantung yang parah setelah tertular COVID-19.
Baca juga:
Berlebihan Mengonsumsi Makanan Olahan Berakibat Tubuh Cepat Menua
 
Melansir laman Interesting Engineering, penelitian tersebut dipublikasikan di EClinicalMedicine, sebuah jurnal di The Lancet pada Jumat pekan lalu.
Anak-anak yang tertular MIS-C kebanyakan tidak menunjukkan tanda-tanda khas COVID-19. Sepertinyanya anak-anak itu terjangkit COVID-19 tiga hingga empat minggu sebelum tertular MIS-C.
"Anak-anak mungkin tidak memiliki gejala. Tidak ada yang tahu bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Dan beberapa minggu kemudian, mereka mungkin mengembangkan peradangan yang berlebihan di dalam tubuh," jelas Dr. Alvaro Moreira dari Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas.
Menurut Moreira, anak-anak tidak perlu menunjukkan gejala klasik COVID-19 seperti gangguan pernapasan ketika mengidap MIS-C.
Baca juga:
Orang yang Makan di Larut Malam Cenderung Mengonsumsi Kalori dan Junk food Lebih Banyak
 
Tim tersebut mempelajari 662 kasus MIS-C dari seluruh dunia dan menemukan statistik yang mengkhawatirkan. Misalnya, 100 persen anak mengalami demam, 71 persen ditempatkan di ICU, 22,2 persen membutuhkan ventilasi mekanis, dan 11 anak meninggal dunia.
Ini pertama kalinya MIS-C masa kanak-kanak baru dianggap terkait dengan COVID-19. Dan sayangnya "MIS-C memiliki begitu banyak wajah yang berbeda sehingga awalnya sulit dipahami oleh dokter," tutur Moreira.
Tingkat peradangan MIS-C melebihi dua penyakit anak serupa: penyakit Kawasaki, dan sindrom jantung toksik. "Untungnya merawat pasien ini dengan terapi yang biasa digunakan untuk Kawasaki (imunoglobulin dan glukokortikosteroid) telah efektif," jelas Moreira.
Hampir setengah dari pasien sudah memiliki kondisi medis yang mendasari, sedangkan setengah lainnya mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
Pemantauan ketat terhadap anak-anak ini akan menjelaskan lebih banyak tentang hasil masa depan mereka, dan penelitian tersebut menjelaskan hasil penuh mereka masih belum ditentukan. (lgi)
Baca juga:
Kurang Vitamin D Dua Kali Lebih Mungkin Terkena Virus Corona
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
 
                      Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
 
                      Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
 
                      Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
 
                      The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
 
                      DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
 
                      [HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
![[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat](https://img.merahputih.com/media/dd/9e/b5/dd9eb5a1bf5cdc532052d7f541d290b4_182x135.png) 
                      Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
 
                      Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
 
                      Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
 
                      




