Kesehatan

Berlebihan Mengonsumsi Makanan Olahan Berakibat Tubuh Cepat Menua

Leonard Leonard - Selasa, 08 September 2020
Berlebihan Mengonsumsi Makanan Olahan Berakibat Tubuh Cepat Menua

Peneliti mempelajari sampel DNA dan kebiasaan makan. (Foto: Pexels/Adrianna Calvo)

Ukuran:
14
Audio:

MAKANAN olahan sarat dengan lemak, garam, gula, dan pati. Menurut penelitian baru yang dipresentasikan pada Kongres Obesitas Eropa dan Internasional 2020, bisa membuat kamu lebih cepat menua sebelum waktunya.

Penelitian itu mengungkapkan bahwa mengonsumsi setidaknya tiga porsi makanan olahan dalam sehari dikaitkan dengan telomer yang lebih pendek. Kemudian struktur kromosom yang menandai penuaan biologis dan risiko penyakit kronis yang lebih tinggi.

Baca juga:

Antibodi Virus Corona Mampu Bertahan Selama Empat Bulan

1
Memungkinkan telomer menjadi lebih pendek. (Foto: Unsplash/Helinton Fantin)

Peneliti dari Universitas Navarra di Pamplona, Spanyol, mempelajari sampel DNA dan kebiasaan makan 886 responden berusia 20 tahun ke atas, dengan usia rata-rata 67 tahun, yang merupakan bagian dari survei penelitian dari tahun 2008.

Mereka menemukan bahwa telomer hampir dua kali lebih mungkin menjadi pendek pada orang yang makan tiga atau lebih porsi makanan olahan dalam sehari. Itu dibandingkan dengan mereka yang makan kurang dari dua porsi sehari.

Risikonya juga terlihat meningkat bahkan dengan sedikit mengonsumsi makanan olahan setiap hari. Responden yang makan dua hingga tiga porsi sehari menunjukkan risiko telomere pendek 29-40% lebih tinggi daripada mereka yang makan kurang dari dua.

Melansir laman Insider, telomer membantu menstabilkan kromosom dan DNA kita. Seiring bertambahnya usia, sel membelah dan telomer menjadi lebih pendek. Stres, peradangan, dan pola makan yang buruk dapat mempercepat proses penuaan ini.

Telomer yang lebih pendek dikaitkan dengan risiko penyakit terkait usia yang lebih besar seperti kanker dan diabetes tipe 2.

Para peneliti juga menemukan bahwa makanan yang diproses berlebih dikaitkan dengan masalah seperti depresi (terutama di antara orang-orang yang tidak berolahraga), tekanan darah tinggi, dan obesitas. Ada bukti ekstensif sebelumnya yang menghubungkan makanan olahan dengan konsekuensi kesehatan yang buruk.

Baca juga:

Kurang Vitamin D Dua Kali Lebih Mungkin Terkena Virus Corona

2
Telomer pendek dikaitkan dengan penyakit kanker dan diabetes tipe 2. (Foto: Unsplash/Migueal Andrade)

Apa yang tidak mereka konsumsi juga sama pentingnya. Para peneliti menemukan orang yang paling banyak mengonsumsi makanan olahan cenderung tidak memasukkan makanan utuh bergizi seperti buah-buahan dan sayuran dalam makanan mereka. Mereka juga makan lebih sedikit protein, lebih sedikit serat, lebih sedikit karbohidrat, dan cenderung tidak mengonsumsi lemak sehat seperti minyak zaitun.

Pola makan yang kebanyakan makanan nabati, tinggi serat, lemak tak jenuh, dan mikronutrien, kadang disebut sebagai diet Mediterania. Penelitian ekstensif mengaitkan diet Mediterania dengan manfaat kesehatan seperti risiko penyakit yang lebih rendah, peningkatan tekanan darah dan gula darah yang berkelanjutan, dan penuaan yang lebih sehat juga.

Jadi, jelas terlihat bahwa pola makan yang berlawanan, diet tinggi junk food, terkait dengan penuaan yang lebih cepat. Penelitian baru ini, bagaimanapun, adalah yang pertama menunjukkan jenis hubungan antara telomer pendek dan makanan olahan secara keseluruhan. Penelitian sebelumnya juga menemukan minuman manis, alkohol, dan daging olahan juga terkait dengan telomer pendek.

Namun, penelitian ini bersifat observasi, jadi diperlukan lebih banyak penelitian untuk membandingkan efek makanan olahan dari waktu ke waktu. Juga lebih memahami bagaimana hal itu dapat memengaruhi kesehatan kita dalam jangka panjang. (lgi)

Baca juga:

Cuma Butuh 10 Menit, Mendiagnosis Serangan Jantung lewat Air Liur

#Kesehatan #Tips Kesehatan #Info Kesehatan #Kesehatan Makanan
Bagikan
Ditulis Oleh

Leonard

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan