Mengapa Perempuan Rentan Depresi?


Ada beberapa faktor memengaruhi perempuan rentan depresi. (Foto: Unsplash-Anthony Tran)
DEPRESI sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja. Namun, perempuan dikatakan lebih mudah depresi daripada pria. Brett Silverstein & Arthur D. Lynch pada Gender Differences in Depression: The Role Played by Paternal Attitudes of Male Superiority and Maternal Modeling of Gender-Related Limitations, mengungkapkan perbedaan simtomatologi depresi telah banyak beroleh perhatian dan fakta menujukan prevalensi depresi klinis dan subklinis lebih tinggi terjadi di antara perempuan. Salah satu faktor diyakini berperan besar adalah perubahan hormonal.
Baca juga:
Pria, Jaga Mentalmu Sehat, jangan Terjebak Toxic Masculinity
Lebih lanjut, berdasarkan Whitney Waharton pada jurnal Neurobiological Underpinnings of the Estrogen-Mood Relationship, perempuan berada pada risiko lebih tinggi daripada pria untuk mengalami gangguan mood dan depresi. Risiko ini dikaitkan dengan fluktuasi kadar estrogen terjadi selama siklus reproduksi, terutama saat transisi menopause. Peran sosial juga berpengaruh pada perempuan, seperti menjadi ibu rumah tangga atau perempuan yang mengejar karier justru menghadapi diskriminasi dan ketidaksetaraan pekerjaan.
Lalu, apa saja faktor lain membuat perempuan rentan mengalami depresi?
Mengutip laman Alodokter, depresi pada perempuan bisa menimbulkan beragam keluhan dan gejala, mulai dari sedih, kehilangan semangat melakukan kegiatan, hingga munculnya keinginan bunuh diri. Beratnya keluhan akan bergantung pada tingkat depresi.

Ada tiga penyebab tingginya angka depresi pada perempuan, mulai dari faktor biologis, psikologis, hingga sosial budaya. Pada perempuan perubahan kadar hormon, seperti estrogen dan progesteron, bisa memengaruhi bagian sistem saraf berhubungan dengan suasana hati. Hal ini berkaitan juga dengan meningkatnya risiko gangguan kesehatan mental, termasuk depresi.
Perubahan kadar hormon perempuan terjadi saat menstruasi, hamil, keguguran, melahirkan, dan menopause.
Baca juga:
Alasan psikologis, perempuan mengalami ragam fase kehidupan dapat memengaruhi kondisi psikisnya, mulai dari pendidikan, karier, menikah, memiliki anak, proses membesarkan anak, hingga krisis paruh baya.
Selain itu, perempuan punya cara unik ketika menghadapi masalah, antara lain dengan lebih banyak mempertimbangkan dan memikirkan berbagai hal dan kemungkinan, serta lebih melibatkan perasaan saat berada di suatu hubungan.

Beragam tahap kehidupan serta cara merespons suatu keadaan turut memengaruhi kesehatan mental dan membuat perempuan lebih mungkin mengalami depresi.
Tradisi di masyarakat pun sering menilai perempuan harus memiliki sikap lembut, bisa mengasuh, dan harus peka, lanjut Alodokter, sehingga penilaian tersebut rentan menjadikan perempuan mendefinisikan dirinya melalui pendapat orang lain. Hal ini tentu akan memengaruhi kesehatan mentalnya. Jadi, tidak heran bila perempuan lebih mudah mengalami stres.
Baca juga:
Tuntutan perempuan harus bisa berperan ganda juga turut memberi pengaruh. Misalnya, perempuan sebaiknya ikut bekerja, entah itu untuk mencukupi kebutuhan keluarga atau karena takut direndahkan jika hanya menjadi ibu rumah tangga. Namun, di sisi lain, perempuan tetap dituntut bertanggung jawab untuk urusan rumah tangga.
Sejumlah alasan di atas menjelaskan mengapa perempuan lebih mudah mengalami depresi. Kondisi ini tidak boleh diangggap enteng karena bisa menimbulkan gangguan kesehatan. (And)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
