Mengapa Jantung Berhenti Mendadak dan Cara Mengatasinya


Henti jantung menjadi tidak sadar dan berhenti bernapas. (Foto: Freepik/Jcomp)
HENTI jantung mendadak adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa. Ini terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak. Akibatnya, orang menjadi tidak sadar dan berhenti bernapas.
Perawatan segera diperlukan atau orang tersebut akan meninggal dunia. Kelangsungan hidup dimungkinkan dengan tindakan cepat dan perawatan medis.
Henti jantung mendadak adalah penyebab utama kematian dan menyebabkan sekira 300.000 hingga 450.000 kematian di Amerika Serikat setiap tahun menurut National Heart, Blood, and Lung Institute.
Henti jantung menyebabkan sekira setengah dari kematian terkait dengan serangan jantung dan stroke.
Kesalahpahaman umum tentang risiko henti jantung mendadak adalah bahwa pada dasarnya itu adalah serangan jantung, tetapi itu tidak akurat.
Melansir dari The Mayo Clinic, henti jantung mendadak tidak sama dengan serangan jantung. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke bagian jantung tersumbat.
Henti jantung mendadak bukan karena penyumbatan, melainkan lantaran perubahan aktivitas listrik jantung yang menyebabkan henti jantung mendadak.
Baca juga:
Rutin Konsumsi Blueberry Bisa Tingkatkan Kinerja Otak dan Jantung

Siapa pun berisiko mengalaminya, tetapi ada cara untuk mengurangi kemungkinan serangan jantung mendadak dengan hidup sehat, tidak merokok, tidak minum alkohol berlebihan, menjaga berat badan yang sehat, dan melakukan kunjungan atau pemeriksaan dokter tahunan.
Dr. Jayne Morgan, Ahli Jantung dan Direktur Klinis Satuan Tugas Covid di Piedmont Hospital/Healthcare di Atlanta, menjelaskan bahwa serangan jantung mendadak adalah kerusakan sistem kelistrikan jantung.
Ada beberapa penyebab seperti serangan jantung (aliran darah tersumbat ke jantung), jaringan parut, kardiomiopati (jantung yang membesar atau menebal), perubahan signifikan pada elektrolit tubuh seperti potasium dan magnesium, dan Commotio Cordis (dari pukulan ke dinding dada pada sudut dan waktu tertentu dari siklus jantung).
Begitu pula pendapat Dr. Eli Friedman, direktur medis kardiologi olahraga di Baptist Health Miami Cardiac & Vascular Institute. "Banyak hal berbeda yang dapat menyebabkan hal ini. Penyakit jantung yang diketahui atau tidak diketahui sebelumnya, diseksi aorta, emboli paru, dan kelainan elektrolit hanyalah beberapa contoh. Pada akhirnya, kita semua mati karena serangan jantung, yaitu jantung berhenti."
Melansir pernyataan John Hopkins Medicine, serangan jantung dapat disebabkan oleh kondisi jantung atau dapat terjadi secara tidak terduga. Namun, ada tiga penyebab utama serangan jantung.
Baca juga:
Belajar dari Tragedi Itaewon, Wajib Tahu Cara CPR untuk Pertolongan Henti Jantung

Pertama, aritmia dan fibrilasi ventrikel. Aritmia terjadi ketika sinyal listrik di jantung adalah masalah yang menyebabkan detak jantung tidak normal.
Fibrilasi ventrikel adalah jenis aritmia dan merupakan penyebab paling umum henti jantung. Fibrilasi ventrikel adalah detak jantung yang cepat di ventrikel jantung, yang menyebabkan jantung bergetar alih-alih memompa darah secara normal.
Kedua, pembesaran jantung (kardiomiopati). Otot jantung melebar atau menebal, menyebabkan kontraksi jantung yang tidak normal.
Ketiga, penyakit arteri koroner. Penyakit jantung jenis ini terjadi ketika arteri koroner menyempit dan menebal oleh penyumbatan plak, yang membatasi aliran darah ke jantung. Jika tidak diobati, penyakit arteri koroner dapat menyebabkan gagal jantung atau aritmia, yang keduanya dapat menyebabkan serangan jantung.
Ada beberapa cara mengatasi henti jantung mendadak. "Henti jantung adalah hilangnya fungsi jantung, pernapasan, dan kemudian kesadaran secara tiba-tiba, biasanya dalam waktu 6 detik. CPR (cardiopulmonary resuscitation) segera sangat penting dalam menentukan hasilnya. Karena henti jantung dapat terjadi di mana saja, "jelas Dr. Morgan.
Di Indonesia, jika seseorang mengalami henti jantung, tanggapi dengan menelepon 119 (ambulans/kemenkes) dan mengambil AED (automated external defibrillator), alat portabel yang berfungsi menganalisa irama jantung secara otomatis, terdekat jika tersedia.
Kemudian memulai CPR dengan penerapan AED. Sangat penting untuk melanjutkan CPR dan mengikuti instruksi dari AED hingga penyedia medis darurat tiba. (dgs)
Baca juga:
Operasi Transplantasi Jantung di Indonesia Jadi Harapan Baru Pasien Jantung
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Tanggapi Kasus Jantung WNA Australia yang Tertinggal di Bali, Komisi IX DPR: Pelanggaran Serius dan Harus Diusut!

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
