Kesehatan

Belajar dari Tragedi Itaewon, Wajib Tahu Cara CPR untuk Pertolongan Henti Jantung

Dwi AstariniDwi Astarini - Senin, 31 Oktober 2022
Belajar dari Tragedi Itaewon, Wajib Tahu Cara CPR untuk Pertolongan Henti Jantung

Henti jantung atau sudden cardiac arrest merupakan kondisi saat jantung tiba-tiba berhenti memompa darah, darah berhenti mengalir ke otak dan organ-organ vital. (foto: freepik/rawpixels)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

PESTA Halloween di Itaewon, Korea Selatan, Sabtu (29/10), berujung menjadi tragedi. Sebanyak 154 orang meninggal dunia dalam tragedi tersebut. Sebagian besar mengalami sesak napas. Banyak korban lainnya mengalami henti jantung.

Apakah itu henti jantung? Bagaimana itu terjadi dalam kerumunan?

BACA JUGA:

Pesta Halloween di Itaewon Berujung Maut, 151 Tewas



Henti jantung atau sudden cardiac arrest merupakan kondisi saat jantung tiba-tiba berhenti memompa darah. Akibatnya, darah berhenti mengalir ke otak dan organ-organ vital.

Seperti dilansir National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), tak sedikit dari kasus henti jantung yang berujung pada kematian. Sebanyak 9 dari 10 pasien henti jantung meninggal dunia dalam hitungan menit.

Penyebab utama henti jantung yaitu fibrilasi ventrikel yang merupakan salah satu jenis aritmia atau detak jantung yang tidak beraturan. Henti jantung berbeda dengan serangan jantung. Serangan jantung terjadi saat pembuluh darah tersumbat dan membuat darah yang membawa oksigen tak bisa mencapai jantung.

Kenali ciri-ciri henti jantung



Ada beberapa ciri henti jantung yang perlu kamu ketahui, yakni:

- Tiba-tiba pingsan atau kehilangan kesadaran,

- Tidak bernapas atau napas terengah-engah,

- Tidak merespons teriakan,

- Denyut nadi tidak terdeteksi.

BACA JUGA:

Belajar dari Insiden Halloween di Itaewon, Ketahui Langkah Aman di Tengah Kerumunan

Pertolongan pertama

CPR
Pertolongan pertama yang bisa diberikan pada pasien henti jantung ialah CPR atau cardiopulmonary resuscitation. (foto: freepik/rawpixels)

Pertolongan pertama yang bisa diberikan kepada pasien henti jantung yakni cardiopulmonary resuscitation (CPR). Halodoc menyebut, bila CPR dilakukan dengan baik, prosedur CPR bisa menurunkan risiko kematian akibat henti jantung. Prosedur yang dikenal juga dengan sebutan resusitasi jantung paru ini dapat mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah yang terhenti akibat henti jantung.

Jadi, dapat dikatakan bahwa prosedur CPR perlu dilakukan secara cepat dan tepat sebagai pertolongan pertama untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Selain karena henti jantung, CPR juga bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama untuk serangan jantung, kecelakaan, atau tenggelam.

Secara umum, prosedur CPR terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu compression, airways, dan breathing. Berikut langkah-langkah melakukan CPR:



1. Kompresi Dada (Compression)

Untuk melakukan kompresi dada, pertama-tama, letakkan salah satu telapak tangan di bagian tengah dada pasien, dan tangan yang satunya di atasnya. Lalu, tekan dada pasien henti jantung sebanyak 100-120 kali per menit.

Kecepatan tekanan yakni 1-2 tekanan per detik. Lakukan kompresi dada ini hingga pertolongan medis tiba, atau hingga pasien menunjukkan respons.



2. Membuka Jalur Napas (Airways)

CPR
Jika kamu belum terlatih atau belum menguasai prosedur CPR, sebaiknya lakukan kompresi dada saja. (Foto: freepik/prostooleh)



Jika pasien henti jantung tidak kunjung menunjukkan respons, langkah selanjutnya yakni airways atau membuka jalur napas. Caranya, dongakkan kepala pasien dengan meletakkan tangan di dahinya, lalu angkat dagu pasien secara perlahan.

BACA JUGA:

Itaewon, Area Hit Hiburan Malam di Hamparan Gang Sempit



3. Bantuan Napas (Breathing)


Setelah dua langkah tadi, pasien belum menunjukkan tanda-tanda pernapasan? Langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah memberi bantuan napas dari mulut.

Caranya, jepit hidung pasien henti jantung, lalu posisikan mulut kamu di mulutnya. Berikan napas dengan cara meniupkan udara dari mulut sebanyak dua kali. Lakukan ini sambil memerhatikan apakah dada pasien mengembang dan mengempis seperti sedang bernapas.

Bila dada pasien tidak mengembang dan mengempis, berarti pemberian napas buatan belum benar. Cobalah perbaiki posisi leher pasien, atau periksa apakah ada sumbatan di jalan napasnya.

Setelah itu, lakukan lagi kompresi dada sebanyak 30 kali, lalu selingi dengan 2 kali pemberian napas buatan. Lakukan siklus ini hingga bantuan medis atau ambulans datang, atau hingga pasien mulai bernapas dan bergerak.

Penting untuk dipahami bahwa jika kamu belum terlatih atau belum menguasai prosedur CPR, sebaiknya lakukan kompresi dada saja (hands only CPR). Jangan memberikan napas buatan.

Penting untuk kamu mempelajari prosedur ini, agar kamu bisa menyelamatkan nyawa orang terdekat yang mengalami henti jantung atau kondisi gawat darurat lainnya. prosedur CPR sebagai pertolongan pertama untuk henti jantung. Prosedur ini sangat penting untuk dilakukan sesegera mungkin untuk meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup.(dgs)

BACA JUGA:

Sejumlah Konser, Siaran, dan Acara di Korea Ditunda Setelah Tragedi Halloween Itaewon

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Indonesia
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Anggaran kesehatan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dialokasikan sebesar Rp 244 triliun.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Bagikan